Pagi ini Sukinah meminta izin pada majikannya untuk ke luar rumah. Ia menjanjikan kembali pada siang hari, karena hendak melihat cucunya yang baru saja lahir ke dunia. Guina yang memahami bagaimana perasaan Sukinah atas kelahiran cucu barunya, tentu saja memberi izin. Dia menanti ucapan Sukinah yang akan kembali sebelum pukul satu siang.
Jelas saja semua perkataan serta alasan Sukinah adalah omong kosong. Hari ini dia ada janji temu dengan Setyo guna memberikan informasi terbaru. Setyo menanti Sukinah di depan gang agar tidak diketahui oleh Guina, kemudian membawanya ke suatu tempat.
Mobil mendarat di halaman sebuah restoran. Di sanalah keduanya saling bertukar cerita. Sebelumnya memang Sukinah yang meminta pertemuan ini dengan dalih membawa berita terpanas. Jika tidak, Setyo tak akan menjemputnya dan membiarkan ia tetap bekerja di kediaman Guina sambil menjalankan rencana.
"Informasi apa yang kau dapatkan?" tanya Setyo tak ingin berlama-lama.
"Ternyata Guina dan Ronald adalah suami istri, Bos."
"Apa?"
Setyo tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
"Bagaimana bisa?"
"Aku sempat mendengar pembicaraan mereka. Saat Ronald hendak pulang ke rumah istri pertamanya yang bernama Karin, tapi Guina malah kelihatan sedih dan agak melarang. Aku juga memberanikan diri bertanya pada Guina tentang siapa Ronald. Rupanya dia mengatakan kalau pria itu adalah suaminya. Mereka baru menikah beberapa hari saja," ucap Sukinah memberi keterangan.
"Kau yakin?"
"Yakin sekali, Bos. Kan, aku yang melihat dan mendengar langsung."
Setyo spontan teringat dengan peristiwa pengunduran diri Guina sampai-sampai dia sekarang memiliki sekretaris jurusan yang baru. Waktu itu Guina mengatakan bahwa ia harus pulang kampung untuk selamanya.
Setyo tak habis pikir dengan apa yang baru saja ia ketahui. Seakan Sukinahlah yang sudah mengarang semuanya, padahal tidak.
"Berarti Guina sudah membohongiku. Pantas saja dia resign dari pekerjaan," titah Setyo geram.
Guina juga undur diri untuk membantu Setyo mendapatkan Karin kembali, padahal dia sudah berjanji untuk menunaikan hajatnya tersebut. Setyo tidak mengerti apa motif Guina melakukan hal sedemikian rupa. Yang jelas, sekarang Setyo benar-benar merasa dipermainkan. Kalau sudah begini, lebih baik ia membongkar kejahatan Guina dan Ronald sekalian. Supaya Karin tahu dan ingin berpisah dari suaminya.
"Kalau gitu kita pergi sekarang!" kata Seyo yang memilih bangkit dari duduknya.
"Mau ke mana, Bos?"
"Kita ke rumah Karin untuk membahas hal ini. Kau harus ikut, karena kau sebagai saksi. Aku juga memiliki bukti kuat berupa video kirimanmu kemarin."
Setyo tak pikir panjang lagi. Kekesalannya pada Guina harus segera dituntaskan. Lagipula, hal ini akan menjadi kesempatan emas bagi Setyo untuk mengecoh rumah tangga mantan istrinya tersebut.
Pria yang tengah terbakar emosi itu menancap gas mobilnya tanpa perkiraan. Setyo berani melaju dengan kencang, karena jalanan sepi. Hanya ada beberapa kendaraan di belakangnya. Namun, nahas. Bersaman dengan itu seekor kucing jantan menyebrang jalan dan membuyarkan konsentrasi Setyo. Dia menginjak rem secara mendadak guna menghindari hewan bewarna oren tersebut. Sialnya sebuah mini bus di belakangnya tak dapat mengerem dan akhirnya menubruk mobil Setyo sampai membuat benda itu terseret dan menabrak pembatas jalan.
Mobil Setyo terbalik berikut dengan orang-orang di dalamnya. Dia hanya mengingat sebuah pohon besar yang hendak mencumbu wajahnya. Setelah itu, Setyo tidak mengetahui apa-apa lagi.
***
Seminggu sudah Setyo mendekam di rumah sakit dan ini merupakan hari pertamanya kembali ke rumah. Setyo merasa bersyukur, karena dia masih diberi kehidupan pasca tragedi kecelakaan itu. Mobil Setyo ditabrak oleh kendaraan lain dari belakang, sementara sang pelaku memilih kabur akibat tidak merasa bersalah. Setyo yang mengerem mendadak sampai membuat kendaraan di belakangnya tak dapat mengontrol keadaan.
Namun, Seto dengan berat hati harus kehilangan handphone yang di dalamnya terdapat video Guina dan Ronald sedang makan bersama di rumah baru mereka. Setyo sempat meminta polisi untuk mencari benda itu, malangnya tidak ditemukan juga. Barangkali handphone Setyo jatuh ke jurang, atau sudah diambil oleh orang lain.
Lalu, bagaimana dengan Sukinah? Wanita paruh abad itu adalah korban yang paling parah. Dia memang hanya mengalami luka ringan, tapi efek kecelakaan membuat strokenya kambuh. Sukinah masih bermukim di rumah sakit dan tidak bisa berbicara. Bahkan, sekujur tubuhnya lumpuh total. Sukinah memerlukan alat bantu untuk mengonsumsi sesuatu serta buang air.
Setyo turut membiayai pengobatan Sukinah hingga perempuan itu sehat. Dia tahu bahwa semua ini adalah kesalahannya. Setyo juga merasa sial, karena Handphone Sukinah remuk total. Kini, dia tidak memiliki bukti apapun untuk memberitahu Karin mengenai kelakukan bejat suaminya.
Sementara itu Guina sudah melepas Sukinah, meskipun rasa penasaran masih menyelimuti hatinya. Seminggu lalu tepatnya pada siang hari, Guina ternanti-nanti janji Sukinah untuk kembali. Awalnya dia mengira kalau Sukinah akan terlambat pulang. Nyatanya perempuan itu sama sekali tidak kembali sampai detik ini. Guina sudah lepas tangan. Ia tak ingin tahu menahu tentang apa yang terjadi dengan sosok itu lagi. Sekarang Guina mengerjakan urusan rumah dengan tangannya sendiri.
***
Karin mendaratkan bokongnya di hamparan karpet berbulu. Saat ini dia sedang berada di sebuah bangunan megah milik salah satu rekannya. Ini merupakan acara syukuran bagi teman Karin tersebut atas rumah barunya.
Ibu beranak dua itu membenahi posisi duduk si kembar, lalu memegangkan keduanya permen. Karin sedikit lega, karena para tamu memang disediakan tempat lesehan, sehingga ia tak perlu takut jika kedua bocahnya akan terjun dari kursi.
Ia yang tidak tahu menahu siapa saja yang diundang dalam kegiatan syukuran ini, sontak dibuat kaget saat sepasang netranya menangkap wajah Dora. Perempuan berambut pendek itu turut mengintainya dari jarak dua meter. Tidak tahu entah sejak kapan ia melakukan hal tersebut.
Meski merasa tidak nyaman, tapi Karin harus tetap berada di sana hingga acara selesai. Dia begitu menghargai undangan yang telah sampai kepadanya itu. Alangkah tidak sopan apabila Karin pulang, bahkan sebelum pembukaan dimulai dengan alasan yang tidak jelas.
Dora mencoba bertahan untuk tidak beranjak dari tempat, kemudian mencakar-cakar wajah Karin. Cukup sekali saja dia berbuat anarkis. Jika tindak keji itu diulanginya, bisa jadi Karin akan memenjarakannya.
Walau tak dapat menghajar Karin, tapi Dora tetap memiliki siasat untuk menyindir perempuan itu. Dia sengaja berbicara keras pada teman-teman seperkumpulannya di sana.
"Aku suka sekali dengan penampilan kalian hari ini. Kuharap kalian semua akan terus seperti ini, ya. Pelakor bertebaran di mana-mana. Jika kita sebagai istri kurang menarik, pasti suami akan kabur," ucap Dora sambil tertawa.
Perkataannya itu disambut penuh antusias, karena pembahasan pelakor menduduki rating pertama di kalangan ibu-ibu. Mereka terus saja nyerocos, karena tidak tahu jika sebenarnya Dora sedang menyindir seseorang.
***
Bersambung