"Bolehkah aku tahu siapa namamu?" Wanita itu kembali berseru.
"Ronald."
"Nama yang bagus. Aku Yulia."
Saat ini sosok yang kerap dipanggil Yulia itu tersenyum ke arah Ronald. Dirinya merasa beruntung, karena bertemu dengan pria sebaik itu. Jika tak ada Ronald, maka Yulia tidak dapat membayangkan bagaimana nasibnya. Barangkali ia sudah melahirkan di tepi jalan.
"Apa semua sudah cukup? Aku harus pergi bekerja," ucap Ronald.
"Ah, tunggu!"
Yulia menampilkan kelima jari tangannya dan mengedarkan pandangan berkaca-kaca. Yulia baru mengenal lelaki itu. Tentu saja ia ingin membalas jasanya di kemudian hari.
"Bolehkah aku bekerja di rumahmu, Mas? Anggaplah sebagai ucapan terimakasih, karena sudah membantu wanita malang ini."
Yulia tidak mengetahui latar belakang orang yang baru menolongnya, tapi dia tetap nekat untuk tinggal bersamanya sebagai bentuk pengabdian. Lagipula, dengan kehadiran Ronald, Yulia merasa bahwa dia memiliki pelindung yang baru.
"Bekerja?" Sepasang alis Ronald berkedut.
"Aku bisa menjadi pembantu di rumahmu tanpa digaji."
Keberanian Yulia memang patut diacungi jempol. Dia melakukan semua ini selain karena ingin berbalas jasa, tapi dia juga bosan tinggal seorang diri di kontrakannya. Semenjak ditinggal sang mantan suami, Yulia kerap menghabiskan waktu dengan perasaan hambar dan sepi.
Ronald sejenak berpikir. Ia tahu persis bagaimana kondisi seseorang yang baru melahirkan tanpa suami. Belum lagi keadaan ekonomi yang tidak memadai. Yulia memang pantas tinggal bersama orang baru yang dapat memberinya semangat. Namun, Ronald menjadi bingung. Yulia baru beberapa jam lalu melahirkan, jadi mana mungkin ia bisa bekerja.
"Kau belum memiliki tenaga, Yulia," kata Ronald memberi penolakan secara halus.
"Aku bisa pulang sekarang ke rumah, Mas, dan dua minggu lagi aku sudah bisa bekerja."
Perempuan itu juga tahu bahwa sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk beraktivitas. Dia harus fokus dengan kesembuhannya pasca melahirkan.
"Aku mohon izinkan aku bekerja di sana."
Ronald berpikir bahwa Yulia benar-benar sudah bosan dengan kehidupannya yang sekarang. Selain itu, Ronald juga sadar bahwa di rumahnya hanya ada seorang baby sitter pertanda kalau perempuan itu bekerja hanya untuk menjaga Aru dan Isha. Sementara Karin membereskan rumah tersebut seorang diri. Setelah ditimbang-timbang, akhirnya Ronald tertarik untuk menerima Yulia sebagai asisten rumah tangganya. Ya, hitung-hitung sebagai pertolongan untuk wanita janda beranak satu sepertinya. Meskipun niat Yulia untuk balas budi, tapi Ronald akan tetap memberinya gaji.
"Baiklah. Kau boleh bekerja di rumahku setelah dua minggu ke depan."
"Benarka? Aku sangat berterimakasih."
Yulia tak dapat menutupi kebahagiaannya. Mungkin ini merupakan rezeki putri pertamanya itu untuk mempunyai keluarga baru.
"Kau mau pulang kapan?"
"Sekarang. Aku bisa merawat anak ini sendirian."
"Aku akan mengantarmu. Ayo!"
Ronald kembali berbaik hati dengan membawa Yulia kembali ke rumahnya. Yang ada dipikiran Ronald sekarang hanyalah membantu wanita malang. Dia tidak memiliki tujuan lain, apalagi memanfaatkan keadaan Yulia yang tanpa suami tersebut.
***
Kebosanan menyambangi Guina. Karenanya, dia memutuskan untuk berkeliling kota dengan sebuah sepeda motor yang terdapat di rumah Karin. Guina singgah ke sebuah super market guna membeli minuman. Namun, ia berhasil dikejutkan oleh mobil Ronald yang turut terparkir di sana.
Guina terus mengintai benda bewarna hitam tersebut. Seharusnya Ronald sedang di café sekarang. Keterkejutan Guina kian bertambah saat Ronald membuka pintu mobil sehingga menampakkan sesosok wanita di dalamnya. Guina langsung menampakkan botol minuman tersebut dan berlari menuju mobil, sementara Ronald sudah masuk kedalam gedung dua lantai itu.
Tok! Tok! Tok!
Karena penasaran, akhirnya Guina menggedor kaca mobilnya.
Yulia yang merasa bahwa seseorang di luar sana ingin berbicara padanya langsung saja membuka pintu. Dilihatnya mata asing yang melongo ke arah putri kecil tersebut.
Guina heran bukan main. Siapa perempuan dan bayi mungil yang masih merah itu? Kenapa bisa bersama Ronald? Pikirannya mendadak aneh dan berlayar tak tentu arah.
"Kau siapa?" tanya Guina.
"Aku Yulia. Kau sendiri siapa?"
Baru saja Guina hendak berkata bahwa dia adalah istri Ronald, tapi sang empunya kendaraan sudah sampai di hadapan mereka. Ronald sempat melihat kehadiran Guina, jadi dia langsung ke luar dan membatalkan transaksi jual beli di super market.
"Guina!"
Wanita yang namanya dipanggil sontak menoleh. Padahal dia ingin mengintrogasi Yulia seorang diri.
"Mas. Siapa perempuan itu?"
Yulia enggan menutup kaca mobilnya, karena dia hendak menguping obrolan Ronald dan Guina. Sayangnya, Ronald malah menarik pergelangan tangan Guina ke tempat yang lebih jauh lagi. Mana mungkin Yulia turun mobil dan membiarkan bayinya kepanasan. Akhirnya, Yulia hanya memerhatikan gelagat keduanya dari kejauhan.
"Apa yang kau lakukan di sini? Bukannya kau seharusnya di rumah?"
"Aku bosan, jadi aku meminjam motor Karin untuk berkeliling. Kau belum menjawab pertanyaanku, Mas." Guina kembali mengingatkan.
Sial!
Seketika Ronald salah tingkah sendiri karena kepergok istri keduanya membawa perempuan lain. Pasti saat ini Guina sedang berspekulasi yang aneh-aneh.
"Namanya Yulia. Aku menemukan dia di tepi jalan saat mau melahirkan, lalu aku membawanya ke rumah sakit."
"Kenapa kalian malah berduaan di mobil itu?"
"Aku ingin mengantarkannya pulang ke rumah."
Guina tidak tahu apakah Ronald sedang berkata jujur atau malah berbohong, tapi yang jelas bayi itu memang tampak begitu kecil dan merah, pertanda bahwa usianya baru beberapa jam saja. Guina ingin marah akibat terbakar cemburu, tapi dia sadar akan posisi. Guina tidak memiliki hak untuk melarang Ronald, meskipun pria itu adalah suaminya sendiri.
"Guina, kuperingatkan padamu untuk tidak memberitahu Karin soal ini. Aku tidak memiliki hubungan khsusus dengan Yulia, bahkan kami baru mengenal beberapa jam saja. Aku hanya ingin membantunya," titah Ronald.
Bagaimana jika Guina tiba-tiba mengadu pada Karin? Tentu saja Karin akan marah dan mencurigai dirinya. Sebelum hal itu terjadi, ada baiknya jika Ronald memberi peringatan terlebih dahulu pada Guina.
"Sebegitu takutnya kau kehilangan Karin, Mas," lirih Guina yang ternyata masih bisa didengar oleh Ronald.
"Dia istriku dan tentu saja aku mencintai dia."
Guina agak kaget ketika Ronald menjawab rintihan hatinya. Dia keceplosan dan jadi malu sendiri.
"Aku juga istrimu, Mas."
"Istri akibat kecelakaan, Guina. Sudahlah! Aku harus mengantar perempuan itu ke rumahnya."
Dia benar-benar merasa iri dengan Karin yang begitu disayangi oleh Ronald. Terlebih Ronald mengatakan bahwa dirinya hanyalah istri akibat kecelakaan. Sekarang lelaki itu sudah pergi dan meninggalkan dirinya seorang diri.
"Apapun akan kulakukan asal kau menjadi milikku seutuhnya," gumam Guina seraya melepas kepergian Ronald. Keinginan untuk merebut pria itu semakin membuncah.
Sedangkan Yulia yang sudah berada di sisi Ronald lagi tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia menangkap jika Ronald dan Guina mengobrol serius, sehingga dia penasaran akan sosok wanita asing tersebut.
"Siapa perempuan tadi, Mas?" tanya Yulia.
Namun, Ronald jadi gugup sendiri. Haruskah dia memberitahu kebenaran yang ada pada Yulia sebagai orang yang akan bekerja di rumahnya?
***
Bersambung