Chereads / HE COMES BACK / Chapter 41 - MENCARI TAHU KEBENARAN YANG ADA

Chapter 41 - MENCARI TAHU KEBENARAN YANG ADA

"Terus awasi mereka dan beri aku informasi selanjutnya!"

Setyo mengetikkan beberapa deret huruf di layar ponselnya, kemudian kembali mencoba fokus dengan pekerjaannya.

Apakah antara Guina dan Ronald memiliki hubungan? Aneh sekali, jika keduanya tinggal satu atap. Lalu, apa Karin mengetahui semua ini? Setyo memijat pelipisnya yang seketika berdenyut sambil terus menatap laptop di hadapannya.

***

Guina memerhatikan suaminya yang sibuk mempersiapkan diri untuk pulang ke rumah istri pertamanya. Ada kesedihan mendalam di hati wanita itu tatkala Ronald hendak meninggalkannya. Kini, dia harus memulai hari-harinya penuh kesendirian dan tanpa aktivitas. Guina tahu bahwa menuntut kedatangan Ronald untuk menemaninya adalah sesuatu yang amat sulit.

Ronald sudah selesai dengan pakaian ganti yang sengaja ia bawa dari rumah kemarin. Dia pun menemui Guina untuk menyampaikan sepatah dua patah salam perpisahan sekaligus peringatan.

"Guina, aku sudah menuruti permintaanmu untuk bermalam di sini. Jadi, kuharap kau tak akan menghubungiku di saat Karin berada di rumah. Kau tahu jam berapa ia bekerja, kan? Aku juga memohon agar kau menutupi rahasia besar ini. Jika semuanya terbongkar, maka aku akan menjadi pria yang paling menyesal di dunia, karena telah mengecewakan keluarga yang begitu kusayangi," titahnya.

Perempuan yang berstatus sebagai istri kedua Ronald itu tersenyum perih. Sebegitu cintanya Ronald terhadap Karin, Isha dan Aru. Sampai-sampai dia menekan Guina supaya tidak mengatakan kebenaran yang ada.

"Iya, Mas," balas Guina tak ingin memperpanjang pembahasan.

"Aku akan mentransfer uang untukmu setiap minggu. Gunakan dengan baik, ya!"

"Iya, Mas."

Guina tampak memikirkan sesuatu dan dia memutuskan untuk mengejar Ronald yang mulai melangkahkan kaki ke luar rumah.

"Mas! Apa tidak lebih baik jika kau menginap di sini semalam lagi?"

Dia ingin melihat Ronald lebih lama. Tentu saja Guina belum puas memandang wajah suami yang hampir serupa dengan mantannya tersebut.

"Aku harus pulang, Guin," balas Ronald acuh tak acuh.

Ronald dengan berat hati mengikuti perkataan istri sirinya dan bermalam di kediamannya, tapi untuk yang satu ini Ronald tak akan termakan ucapannya lagi. Perasaannya begitu gelisah saat meninggalkan keluarga untuk pertama kali. Biasanya sesibuk apapun Ronald selalu pulang ke kediamannya.

Guina pun tak mampu berbuat apa-apa, selain mencebikkan bibir tanda kecewa. Sesungguhnya Guina ingin memeluk tubuh Ronald guna menghadang kepergiannya. Namun, Guina sadar diri. Ia paham akan posisinya sebagai seorang istri yang tak diinginkan. Lagipula, Guina tidak mau apabila Ronald menjadi muak akibat tingkahnya yang terlalu memaksakan kehendak.

"Suatu saat kau kan bertekuk lutut di hadapanku, Mas," batin Guina seraya melepas kepergian sang suami.

Tanpa disadari oleh Ronald dan Guina, ada seseorang yang sejak tadi mengintai peristiwa tersebut. Siapa lagi kalau bukan Sukinah si pembantu suruhan Setyo. Dia dapat menangkap dengan jelas pembicaraan mereka dan apa yang sedang terjadi diantara Ronald dan Guina.

Untuk lebih memastikan dan tak salah memberi informasi, akhirnya Sukinah melancarkan misi kedua. Ini merupakan waktu yang tepat untuk menguak isi hati seorang Guina.

Wanita bertubuh bak balon itu ngacir ke belakang untuk membuatkan segelas teh hangat dan camilan. Lalu, ia menemui Guina yang termenung di kursi beranda rumah sambil memandang entah apa. Sukinah berlagak bak seorang ibu yang menaruh perhatian terhadap putrinya.

"Diminum dulu, Nyonya," tutur Sukinah lembut.

Guina menoleh ke sumber suara dan berusaha menarik kedua sudut bibirnya supaya terlihat baik-baik saja. Tak lupa ia mengucapkan terimakasih pada Sukinah yang dianggapnya sangat mengerti keadaan.

"Gimana rasa kuenya, Nya? Enak?" tanya Sukinah yang tak kunjung beranjak.

"Enak. Bibi pintar masak, ya!"

"Hehehe."

Sukinah menampilkan deretan gigi putih nan besarnya tersebut. Tanpa segan ia mulai bertanya pasal Ronald.

"Tuan Ronald itu suami Nyonya, ya?"

Apa Guina tahu bahwa Sukinah hanyalah orang suruhan? Tentu saja tidak. Karenanya, Guina dengan enteng menjawab pertanyaan wanita tersebut.

"Iya, Bi. Mas Ronald itu suamiku."

Degh!

Dada Sukinah sampai bergemuruh, karena sudah mendapatkan jawaban langsung dari sang empunya hubungan.

"Pintar sekali Nyonya mencari suami. Kalau dilihat-lihat Tuan Ronald adalah lelaki tegas lagi tampan."

Guina tertawa kecil mendengar penuturan asisten rumah tangganya itu. Yang dikatakan oleh Sukinah tak ada salahnya. Ronald memang sosok pria berwajah rupawan dan gagah. Itulah poin tambahan yang membuat Guina mencintainya, bahkan sampai rela mengorbankan sahabatnya sendiri demi mendapatkan Ronald.

"Tapi, sepertinya Tuan Ronald begitu sibuk," kata Sukinah lagi.

"Ah, iya. Suamiku itu pemilik sebuah café yang harus selalu mengontrol keadaan di sana."

"Oh, ya? Menakjubkan! Siapapun pasti bangga memilikinya. Apa Nyonya sudah lama menikah dengan Tuan Ronald?"

"Belum. Kami menikah lewat beberapa hari lalu saja."

"Pengantin baru ternyata," ejek Sukinah mesem-mesem.

Orang yang mendengar jadi salah tingkah sendiri. Namun, detik berikutnya hatinya mendadak sedih. Sepasang pengantin baru pasti akan menghabiskan waktu berdua dalam kurun waktu yang lama. Malangnya, semua itu tidak berlaku bagi Guina. Dia hanyalah seorang istri siri yang dinikahi akibat ketidaksengajaan, bahkan keterpaksaan. Jadi, mustahil baginya bisa mendapatkan kebahagiaan secepat kilat. Guina harus menyusun strategi bagaimana caranya merebut Ronald dari pelukan Karin. Setelah itu barulah Guina dapat merasakan kebahagiaan bersama suaminya.

***

"Papa!"

Hap!

Isha dan Aru berlomba-lomba memeluk papa mereka yang baru saja sampai di rumah. Meskipun Ronald terlambat makan malam bersama, tapi dua bocah itu tetap senang. Pasalnya mereka kecarian sang Ayah ketika Ronald menghilang semalaman.

"Wah! Jagoan-jagoan Papa, sini!"

Ronald membungkukkan badan, lalu meraih tubuh Isha dan Aru untuk digendong. Terbesit di hati akan kesalahan yang telah ia lakukan. Ronald benar-benar merasa berdosa atas semuanya.

"Papa tenapa nda puyang?" tanya Isha dengan suara cemprengnya.

"Maafkan Papa ya, Sayang. Temen Papa ada yang sakit dan harus dijenguk. Jangan bersedih lagi, karena sekarang Papa sudah bersama kalian, oke!"

"Oke!" sahut Isha dan Aru bersamaan.

Kebahagiaan yang dirasakan si kembar juga turut dirasakan oleh Karin. Baru semalam saja tidak bertemu dengan Ronald, tapi hidupnya terasa ada yang kurang. Karin menyambut kedatangan sang suami dengan haru sambil membuka kedua tangannya lebar-lebar.

"Oh, suamiku! Aku sangat merindukanmu," ucap Karin manja.

Ronald menurunkan Isha dan Aru, kemudian mengecup dahi Karin selama beberapa detik. Lagi-lagi rasa bersalahnya kian mencuat. Bagaimana jika Karin tahu bahwa Ronald telah menikah dengan sahabatnya sendiri? Apakah perlakuan Karin masih sama seperti sekarang?

"Aku juga merindukanmu, Sayang," balas Ronald dan mulai mengalihkan pikiran buruknya.

Karin buru-buru ke dapur guna menghidangkan kopi hangat untuk suaminya. Seberes melakukan hal tersebut, keduanya mulai bercerita sambil menjaga si kembar.

"Bagaimana keadaan temanmu itu?" tanya Karin, karena setahunya Ronald pergi menjenguk orang sakit.

Ronald meneguk saliva lalu menegakkan tubuh. Dengan terpaksa ia harus mengarang cerita bohong. "Temanku mengalami lambung kronis, Sayang. Dia tidak bersemangat dan sukar makan."

"Oh, ya? Bagaimana keadaannya sebelum kepergianmu?"

"Masih sama. Aku berharap semoga dia lekas sehat, karena dia merupakan rekan kerja yang cukup dekat denganku."

"Aku turut mendo'akan kesembuhannya."

Tidak tahu kenapa, Ronald mendadak merasakan hal-hal buruk yang akan terjadi dalam rumah tangganya di kemudian hari. Dirinya tidak yakin, jika pernikahan sirinya akan tertutup hingga nanti. Entah itu dari dirinya, atau malah Guina yang membongkar rahasia besar tersebut.

***

Bersambung