Chereads / Grey to Red : 16 Millions Colors / Chapter 8 - Harapan yang hancur

Chapter 8 - Harapan yang hancur

Seusai pulih dari duka sesaat, Willy dikejutkan oleh panggilan masuk dari sang ayah pada CyPhone-nya. Dengan segera, Willy menerima panggilan tersebut dan mulai berbincang. Kemudian, dengan ekspresi menyesal, Willy meminta maaf karena memiliki urusan mendadak. Sembari tersenyum tipis, Ard justru menegur Willy untuk bergegas.

"Ya. Baiklah! Sampai nanti, kawan! Akan kubawakan barang harum lainnya!" seru Willy sembari berlari dan melambaikan tangan kanan.

Seusai berpisah, Ard mendapati keheningan di sore hari. Matahari yang terbenam, membuatnya terdiam sejenak. Kala itu, Ard terpikirkan suatu hal secara tiba-tiba. Sedangkan di Ruang Guru, Guru Rixa sedang menikmati kopi susu hangat. Disaat bersamaan, Guru Rivy berpamitan pada Guru Rixa. Sembari tersenyum tipis, Guru Rixa mengiyakan dan menasihati Guru Rivy untuk berhati-hati di jalan.

"Hah~ pasti sangat membahagiakan jika memiliki suami seperti miliknya, ya? Kurasa aku harus menyusulnya juga. Tapi siapa yang harus kusambar?!" keluh Guru Rixa sembari membenamkan wajah dan memukul meja kerja.

"Di Aplikasi Kencan banyak pilihannya, Guru Rixa," sanggah Ard secara tiba-tiba, sembari berdiri di sisi kanan dan tersenyum tipis.

"Ah, tidak, tidak. Aplikasi seperti itu banyak pembohongan publik. Aku lebih suka-- huh?" balas Guru Rixa sembari masih membenamkan wajah dan terkejut dengan suara seseorang.

Ketika tersadar, Guru Rixa mengangkat kepala dan melihat ke arah Ard. Kemudian, Guru Rixa terkejut dan menanyakan lamanya Ard ada di sampingnya. Dengan ekspresi lugu, Ard mengungkapkan bahwa ia baru saja tiba. Lalu, Guru Rixa memperbaiki penampilan dan menanyakan keperluan Ard.

Sembari menahan malu, Ard mengungkapkan permohonan dalam membuat klub baru secara personal. Seusai mendengarnya, Guru Rixa terkejut karena tak menyangka dengan permintaan Ard. Kemudian, Guru Rixa menanyakan Ard perihal penyebabnya. Ard pun meminta maaf dan mengungkapkan, bahwa ia kesulitan dalam memilih klub karena belum ada yang menarik minatnya.

Dengan ekspresi bingung, Guru Rixa lanjut menanyakan dunia yang dicari Ard. Ard mengungkapkan, bahwa ia mencari Klub Hewan atau Klub Dunia Air. Seusai mendengarnya, Guru Rixa tertawa lepas karena tak menyangka dengan klub yang dicari oleh Ard.

"Dasar. Kau ini anak SD, kah? Dunia yang kau cari itu cukup sulit untuk ditemukan sekalipun kau berada di sekolah lain. Lagipula, sekolah tak akan memberi anggaran jika kau membuat klub ekskul yang belum begitu jelas arahnya," tegur Guru Rixa sembari tersenyum sinis.

"Ah, mengenai itu tak perlu dicemaskan. Aku akan memakai keuanganku sendiri dalam membangun klub ekstrakulikuler yang kuinginkan. Aku hanya membutuhkan izin dan tempat dalam mengembangkannya," balas Ard sembari tersenyum lebar.

Ketika mendengar, Guru Rixa kembali terkejut karena kesungguhan Ard dalam mendapatkan klub ekskul impiannya. Sembari memikirkan kebaikan masa depan Ard, Guru Rixa menegurnya untuk tidak memaksakan diri. Tanpa mendengar permintaan lebih lanjut, Guru Rixa memutuskan untuk tidak mengizinkan Ard dalam membangun klub ekskul baru secara personal.

Guru Rixa pun menegur Ard untuk kembali melihat-lihat daftar klub ekskul, hingga ia memiliki minat di dalamnya. Dengan ekspresi sedikit kecewa, Ard berusaha menerima keputusan Guru Rixa. Kemudian, Ard menuturkan permisi dan keluar dari ruang guru. Sembari berjalan dengan aura putus asa, Ard memutuskan untuk pulang ke rumah.

Seusai berbincang dengan Ard, Guru Rixa pun memutuskan untuk pulang. Ketika akan keluar, Guru Rixa dikejutkan oleh kehadiran Gant di depan pintu dan menanyakan keperluannya. Sembari tersenyum hangat, Gant meminta maaf dan menanyakan Guru Rixa perihal waktunya. Seketika, senyum hangat Gant berubah menjadi tatapan yang sangat dingin hingga membuat Guru Rixa terdiam kaku.

"Guru Rixa. Ada yang ingin kubicarakan. Mohon kembali duduk ke meja Anda," pinta Gant dengan ekspresi serius.

"(A-apa-apaan ini?! Aku tak bisa melawan. Intimidasinya terlalu kuat. Aku tak pernah dengar jika Gant bisa seperti ini!)" tanya Guru Rixa dalam hati sembari mundur secara perlahan.

Kala itu, Guru Rixa berbincang dengan Gant akan suatu hal. Seusai berbincang, Gant yang masih dalam Mode Intimidasi meminta Guru Rixa agar segera melakukannya. Kemudian, Gant beralih ke Mode Hangat dan menuturkan permisi, sembari berjalan keluar.

"Mama ... jemput aku," gumam Guru Rixa sembari memeluk kedua kaki dengan ekspresi ketakutan.

Ketika keluar dari dalam gedung sekolah, Gant merasakan kehadiran seseorang di sebelah kanan. Orang tersebut ialah Hiruma yang berdiri sembari bersandar pada tembok. Kala itu, Gant menyadari bahwa Hiruma sudah menguping pembicaraannya. Sembari menatap tajam, Xion menanyakan penyebab Gant melakukannya. Sembari tersenyum tipis, Gant mengungkapkan bahwa ia hanya sekedar ingin melakukannya.

"Begitu. Jangan terlalu memanjakannya. Dia bukan makhluk yang rapuh," tegur Xion sembari berjalan keluar area sekolah.

"Tentu. Terima kasih. (Sayangnya, dia sudah hancur berkali-kali, Xion. Tak ada yang mau melihat, mengenal bahkan mendengar dirinya. Kecuali malaikat itu. Tapi, dia juga sudah kembali ke surga.)" balas Gant sembari lanjut bergumam dalam hati.

Dalam perjalanan pulang, Ard dipanggil oleh seseorang dari arah kiri. Ketika menoleh, Nenek Rhuta meminta maaf karena membutuhkan bantuan Ard. Sembari tersenyum lebar, Ard menanyakan permasalahan Nenek Rhuta. Kemudian, Nenek Rhuta meminta Ard untuk masuk ke rumah dan diantar ke dapur. Kala itu, Nenek Rhuta memiliki permasalahan perihal kran air yang macet.

Dengan ekspresi cemas, Nenek Rhuta menanyakan Ard perihal bisa atau tidaknya ia mengatasi permasalahan tersebut. Sembari tersenyum lebar, Ard meminta Nenek Rhuta untuk percaya padanya. Seketika, Nenek Rhuta merasa lega dan mempersilahkan Ard. Dengan perasaan antusias, Nenek Rhuta berniat membuatkan cemilan untuk Ard.

Tanpa menunda lebih lama, Ard melakukan eksekusi perihal permasalahan kran air. Kala itu, Ard mencampur satu cangkir cuka dengan satu liter air, lalu merebusnya hingga mendidih. Setelah campuran mendidih, Ard merendam kran yang di dalamnya terdapat endapan kerak. Ia merendam kran selama satu hingga dua jam, tergantung jumlah dan tebalnya kerak.

Dikala menunggu, Ard menoleh ke kanan dan melihat langit berbintang. Disaat bersamaan, Nenek Rhuta membawakan cemilan berupa permen gula hasil racikan Nenek Rhuta. Ketika melihatnya, Ard terkejut karena merasa nostalgia dengan permen tersebut.

Namun, Nenek Rhuta justru meminta maaf karena tak bisa memberikan cemilan yang lebih baik. Ketika sedang mengemut permen gula, Ard menegur Nenek Rhuta untuk tidak terlalu memikirkannya. Sembari tersenyum lebar, Ard tetap menyukai permen gula buatan Nenek Rhuta.

"Dasar. Kau memang tak pernah berubah, ya? Jika Dyenna melihatmu mengunyah permen ini lagi, dia akan menegurmu untuk tidak sering mengonsumsinya karena khawatir akan sakit gigi," ujar Nenek Rhuta sembari duduk dan melihat langit berbintang.

"Hahahaha. Begitulah. Ketika sakit gigi itu terjadi, dia mengambil tang dan bersikeras untuk mencabut gigiku secara paksa," ujar Ard sembari tersenyum sinis dan melihat langit berbintang.

"Kebetulan. Aku membawanya untuk berjaga-jaga," ujar Dyenna dari belakang Ard sembari menggenggam tang.

Seketika, Ard terkejut dan memberanikan diri untuk menoleh ke belakang. Kala itu, Ard tak menduga jika Dyenna ada di rumah Nenek Rhuta.