Kala itu, Xion menarik kerah Ard dan membawanya ke atap sekolah. Kemudian, ia menghempaskannya ke depan hingga membuat Ard terkejut. Dengan ekspresi kesal, Ard menanyakan maksud Xion yang bertindak kasar.
Seketika, Xion membantah kalimat Ard dengan balik bertanya perihal yang dilakukan Ard, karena menghampirinya secara tiba-tiba, hingga membuat rumor baru. Seusai mendengarnya, Ard menatap dingin karena tak percaya dengan reaksi Xion yang berlebihan.
"Kau menyebut ini berlebihan? Kurasa mereka juga akan memberikan reaksi serupa karena perilakumu sebelumnya. Apa yang kau rencanakan? Berniat mengancamku?" tanya Xion sembari menatap tajam.
Ketika melihat reaksi Xion yang selalu memberikan pandangan buruk, Ard mendekatinya dengan gestur seperti orang yang habis kesabaran. Kemudian, Ard memukul kepala Xion dengan cepat menggunakan tangan kanan. Ard pun menegur Xion berhenti menuduhnya. Seusai dipukul, Xion bereaksi sedikit kesakitan dengan memegangi kepalanya.
Sembari bertolak pinggang, Ard mengungkapkan bahwa ia memiliki permintaan dari Amy, agar membawakan Xion padanya untuk melakukan perbincangan pribadi. Seusai Ard menyebutkan perihal kakaknya, Xion terkejut karena tak menyangka jika Ard memiliki seorang kakak.
"Kakak, katamu? Dimana dan bagaimana kau memungutnya?" tanya Xion sembari berdiri kaku.
"Jangan tanya aku. Tanyakan pada mereka yang mengembangbiakkannya," balas Ard sembari menatap sinis dan bertolak pinggang.
*HATSYI*
"Ard, bodoh. Jangan membicarakanku seenaknya di sana," gerutu Amy sembari mengusap hidung seusai bersin.
Kala itu, Xion tak menyangka bahwa ada orang yang belum dikenal, mau mengajaknya untuk berbincang secara pribadi. Ketika menanyakan alasannya, Ard pun menuturkan maaf karena ia tak mendapatkannya. Sembari tersenyum tipis, Ard meminta Xion untuk percaya dan menemui Amy di depan Restoran Alfrazta.
Seusai menyebutkan nama tempat, Xion tak berhenti terkejut karena restoran tersebut biasa didatangi oleh Kaum Borjuis.
"Jika begitu, kutitipkan dia padamu, ya? Jika dia berbuat aneh-aneh, kau bisa menjualnya ke om-om kaya atau pasar gelap! Kita pergi ke kantin, Xion!" pinta Ard sembari berjalan masuk ke pintu atap.
"Oi, tung--! Ah, sialan! Sekarang aku penasaran dengan anggota keluarganya. Apakah mereka semua makhluk normal?!" tanya Xion sembari menggaruk kepalanya dengan kesal.
Ketika baru melewati pintu atap, Ard dicekik dari belakang oleh Willy. Sembari merasa kesal, Willy meminta penjelasan Ard karena sudah berbohong padanya terlebih menyangkut perihal Amy. Dengan ekspresi sesak, Ard justru menyemangati Willy agar ia berhasil bersaing dengan Xion. Seketika, Willy menambah kekuatan cekiknya dan menegur Ard untuk tidak bergurau.
"Kak Amy meminta pertemuan secara privasi dengan Xion! Sudah jelas aku kalah telak, sialan! Apanya yang 'berjuang', hah?! Kau bermaksud agar aku menyelinap ke proses pendekatan hubungan mereka?!" tanya Willy semakin kesal.
Sembari menatap sinis, Xion menanyakan maksud kalimat Willy dan niat yang disembunyikan Ard. Seketika, Ard dan Willy menoleh, lalu berteriak karena Xion ada di belakang mereka. Dengan tatapan tajam, Xion menanyakan kebenaran pada mereka untuk sekali lagi. Kala itu, Ard dan Willy berusaha membujuk Xion dalam menghentikan kesalahpahaman.
Di saat bersamaan, Gant berbincang dengan Guru Rixa perihal Ard. Sembari tersenyum tipis, Gant menanyakan kemajuan permintaannya tempo hari. Dengan ekspresi takut, Guru Rixa menuturkan maaf karena Ard justru menolak penawaran untuk mendirikan klub. Guru Rixa pun berasumsi, bahwa Ard merasa bersalah karena sudah mementingkan ego-nya.
Sembari tersenyum tipis, Gant merasa lega karena dugaannya akurat. Kemudian, Gant meminta pada Guru Rixa untuk suatu hal. Seusai mengajukan permintaan, Gant menuturkan terima kasih dan berpamitan pada Guru Rixa.
"(Meskipun dia lupa dengan eksistensimu, kau tetap bertindak seperti ayahnya. Jangan terlalu lembut, Gant. Kerasnya dunia harus tetap ia dapatkan sebagai langkah penebusan dosa.)" ujar Guru Rixa dalam hati sembari menatap cemas.
"(Dia sedang berusaha keras dalam menjadi manusia. Dia anak yang baik. Walaupun dunia saat ini membencinya, dia berusaha agar dunia itu menerimanya. Terlebih, dia membawa janji dari gadis itu.)" ujar Gant dalam hati sembari berjalan di koridor.
Di Kantin SMA Hylze, Ard dan Willy mengambil tempat duduk untuk makan. Makan siang kali ini, Willy membawa menu berisi Nugget Sapi yang disertai berbagai sayuran dan Topping Mayonaise. Sedangkan Ard, ia membeli potongan daging bebek panggang dan membawa minuman energi buatan Amy.
Seusai membuka penutup botol, Ard meminta Willy bersulang untuk kelancarannya dalam mendapatkan hati Amy. Tanpa pikir panjang, Willy menerima tawaran Ard dan bersulang. Seusai meminumnya, Willy tersenyum tipis dan menuturkan terima kasih. Sedangkan Ard, ia terdiam beberapa saat sembari tersenyum tipis.
"VOODKAAAAA!" seru Ard dengan kesal sembari membanting botol ke lantai hingga pecah.
Seketika, seisi kantin terkejut dan terdiam kaku karena perilaku Ard. Dalam momen tersebut, Ard tak menyangka bahwa ia kembali dijahili oleh Amy. Dengan aura kegelapan yang menyelimuti seluruh tubuhnya, Ard membuat tatapan penuh kebencian.
"Akan kubunuh. Pasti," gumam Ard sembari tersenyum bengis.
Ketika melihat ekspresi Ard, seluruh murid meninggalkan kantin, begitu pun dengan staf kantin yang memilih menutup kantinnya. Sedangkan Willy, ia tak bisa berkata-kata karena melihat kegelapan di sekujur tubuh Ard.
Di saat bersamaan, Gant mendatangi kantin dan terkejut, karena sekitar tampak kosong. Kemudian, ia melihat Ard dan Willy sedang duduk bersama. Ketika menyadari kehadiran Gant, Willy merasa penasaran dengan yang ingin dilakukan Gant. Namun, ia lansung berasumsi, jika Gant ingin makan siang. Sembari tersenyum tipis, Gant berjalan menghampiri Ard dan Willy.
Ketika tiba di hadapan mereka, Gant menuturkan permisi dan meminta waktunya. Dengan ekspresi canggung dan penasaran, Willy mempersilahkan Gant perihal permintaannya. Lalu, Gant menatap Ard dan memintanya untuk ikut sepulang sekolah. Seketika, Willy terkejut dan langsung berasumsi, bahwa Gant ingin memberi "pelajaran" pada Ard.
"(Apakah ... Si Pangeran ini berniat menghabisinya?! Sialan. Dia tampak lebih berbahaya dari yang kuduga! Aku harus membantu Ard untuk menjauh dari orang ini.)" ujar Willy dalam hati sembari merasa panik.
Dengan ekspresi lugu, Ard mengiyakan permintaan Ard. Seusai mendengar jawaban, Gant tersenyum tipis dan menuturkan terima kasih, serta beranjak pergi.
"Oi, Ard! Kenapa kau begitu lurus dalam menerima permintaannya?! Kau tak berpikir jika dia akan menjebakmu?!" tanya Willy dengan ekspresi kesal.
"Hmm? Tidak. Kenapa kau berpikir seperti itu?" tanya Ard sembari menyendok makanan.
Ketika melihat respon Ard perihal Gant lebih lanjut, Willy pun memegang kening dengan tangan kanan karena tak habis pikir. Sembari menatap sinis, Willy meminta Ard untuk berhati-hati terhadap Gant. Namun, Ard justru membantah dengan mengungkapkan bahwa Gant bukanlah orang jahat. Seketika, Willy menghentak meja dengan tangan kanan dan menanyakan Ard yang semudah itu untuk percaya pada orang yang belum dikenalnya. Terlebih posisi Ard saat ini, dijauhi oleh murid lain karena masa lalunya.
Seusai mendengar asumsi Willy, Ard menghela nafas dan tersenyum tipis. Ard pun menegur Willy untuk percaya, bahwa tidak semua murid membencinya. Dengan ekspresi ragu, Ard lanjut mengungkapkan bahwa ia ingin mempercayai dugaan tersebut.