Chereads / Grey to Red : 16 Millions Colors / Chapter 16 - Kakak kedua

Chapter 16 - Kakak kedua

Di lain tempat, rumah Xion. Seusai menjalani ajakan makan malam dari Amy, ia kembali terpikirkan dengan perbincangan sebelumnya. Kala itu, Xion tak menyangka bahwa Amy berniat mengajaknya untuk sekolah militer di Rusia.

"Benar. Karena selama aku memperhatikanmu, kau sudah memenuhi kriteria di dalamnya. Terlebih, kau adalah orang keras kepala yang menyenangkan ketika diajak berbicara," ujar Amy sembari menopang dagu dengan kedua tangan.

"Apakah acara ini diadakan hanya untuk mempermainkanku?" tanya Xion sembari menatap tajam.

"Tidak. Apa yang kukatakan adalah kebenaran. Aku bersungguh-sungguh dalam membawamu ke dunia yang tepat. Kau tentu sedang mencarinya, bukan?" lanjut Amy sembari tersenyum tipis.

Seusai Amy menyebutkan "dunia" yang dimaksud, Xion kembali mempertimbangkan keputusannya. Dikarenakan, saat ini ia memiliki permasalahan dalam menentukan dunia di masa depan. Meskipun jawab tersebut ada di depan mata, Xion mencoba percaya bahwa ada jawaban lain yang tersembunyi.

Kembali pada SMA Hylze, Ard memilih membawa Guru Rixa yang pingsan ke UKS. Kemudian, ia merebahkannya di kasur dan menunggu hingga ia sadar. Kala itu, Ard sangat tak menyangka karena Guru Rixa pingsan di tempat dan waktu yang buruk. Ketika teringat dengan topeng di kepalanya, Ard melepas dan melihat dengan seksama.

"Apa mungkin ... topeng ini membunuhnya? Padahal keren, lho! Dari karakteristiknya ... ini dari jepang, kan?" gumam Ard sembari memperhatikan topeng.

Dua puluh lima menit kemudian, kedua mata Guru Rixa berkedut dan mulai terbuka. Di saat bersamaan, Ard merasa bersyukur karena Guru Rixa sudah tersadar. Sedangkan Guru Rixa, ia terkejut dan langsung bangun dengan posisi terduduk. Sembari tersenyum lebar, Ard menyapa Guru Rixa dengan ucapan selamat malam. Seketika, Guru Rixa semakin terkejut karena keberadaan Ard. Ia pun menanyakan hal yang dilakukannya di tempat mereka berada.

Sembari tersenyum lebar, Ard mengungkapkan bahwa ia sedang menemani Guru Rixa yang pingsan sedari beberapa saat yang lalu. Ketika teringat, Guru Rixa tak berhenti terkejut karena sebelumnya ia pingsan seusai berpapasan dengan suatu sosok mengerikan.

"Oh, maksud Anda ... ini?" tanya Ard sembari mengenakan topeng yang digenggamnya.

Seketika, Guru Rixa memukul wajah Ard yang masih menggunakan topeng, hingga membuatnya terpental.

"Dasar bodoh! Sebenarnya apa yang kau lakukan seharian ini?! Hingga bermalam di sekolah!" tanya Guru Rixa sembari berdiri dengan ekspresi kesal.

Seusai mendapati pukulan dari Guru Rixa, Ard bangun secara perlahan. Ard pun mengungkapkan, bahwa ia sedang merenovasi ruang klub. Sembari membuka topeng dan menggaruk kecil kepalanya, Ard lanjut mengungkapkan bahwa ia tak sadar jika hari sudah gelap. Seusai mendengar penjelasan, Guru Rixa menghela nafas dan merasa tak menyangka dengan kebodohan Ard.

Kemudian, Guru Rixa menegur Ard untuk segera pulang. Namun dengan ekspresi lugu, Ard menyebutkan bahwa renovasinya masih belum selesai. Sembari melampiaskan rasa kesal, Guru Rixa kembali menegur Ard dengan menyebutkan bahwa masih ada hari esok dalam melanjutkan renovasinya. Guru Rixa pun mengancam Ard, bahwa ia akan memberikan skorsing jika menetap di sekolah tanpa izin dari guru.

Dengan ekspresi canggung, Ard memilih menuruti teguran Guru Rixa. Seusai menegur Ard, Guru Rixa melihat waktu di jam tangannya. Ia pun kembali terkejut, karena waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Dengan tegas, Guru Rixa meminta Ard segera keluar dari area sekolah. Dikala sudah keluar bersamaan, Ard menanyakan cara Guru Rixa untuk pulang ke Gal, ketika sudah tak ada kendaraan umum di Alya.

Tanpa pikir panjang, Guru Rixa justru mengungkapkan, bahwa ia akan berjalan kaki hingga perbatasan Gal. Seketika, Ard terkejut dan mengerutkan dahinya. Kemudian, Ard menangkap pergelangan tangan kanan Guru Rixa dan menariknya. Begitu pun dengan Guru Rixa, ia langsung terkejut dan menanyakan kemana Ard akan membawanya. Sembari tersenyum tipis, Ard mengungkapkan bahwa ia mengajak Guru Rixa untuk menginap di rumahnya.

Dengan perasaan panik, Guru Rixa mencoba membantah ajakan Ard dan tak seharusnya ia repot-repot mengajaknya. Namun, Ard memilih untuk menolak bantahan Guru Rixa dan meminta agar ia mau menerima untuk kali ini. Secara tak sadar, Guru Rixa tiba di depan rumah Ard yang jaraknya cukup dekat dengan sekolah.

Sembari tersenyum tipis, Ard mengetuk pintu rumah dan menunggu dibukakan. Tak lama kemudian, pintu dibuka oleh sang ibu dan ia pun terkejut karena melihat Ard pulang larut malam. Ketika akan menanyakan penyebabnya, sang ibu tersadar dengan kehadiran sosok wanita dewasa di belakang Ard. Dengan perasaan canggung, sang ibu pun menanyakan wanita tersebut.

Sembari tersenyum tipis, Ard memperkenalkan Guru Rixa pada sang ibu, hingga membuatnya terkejut karena tak menyangka. Kemudian, Guru Rixa meminta maaf karena sudah datang secara tiba-tiba. Ard pun mengungkapkan secara ringkas, penyebab ia membawanya ke rumah. Seusai mendengar penjelasan Ard, sang ibu mempersilahkan mereka masuk. Dengan perasaan canggung, Guru Rixa menerima kebaikan dari mereka.

Sembari tersenyum tipis, sang ibu menanyakan menu makan malam kesukaan Guru Rixa. Namun, Guru Rixa mencoba menolak dengan menyebutkan bahwa ia sudah makan malam. Secara kebetulan, perut Guru Rixa justru berbunyi hingga membuat suasana menjadi kaku. Sembari menahan rasa malu, Guru Rixa mempersilahkan ibu Ard untuk menyajikan apapun yang tersedia. Kala itu, Ard dan Guru Rixa makan malam bersama, sembari berbincang dengan sang ibu.

Seusai makan malam, ibu Ard pun mempersilahkan Guru Rixa untuk mandi. Belum sempat untuk menolak, ibu Ard justru langsung menuju kamar untuk meminjamkan baju ganti. Sembari tersenyum lebar, Ard menegur Guru Rixa untuk tidak terlalu kaku.

"Justru ketika Anda wangi, itu lebih baik, kan? Siapa tahu ada pria lajang yang mencium aroma Anda dan datang kemari sembari membawa cincin pernikahan," ujar Ard sembari menopang pelipis dengan tangan kanan dan tersenyum lebar.

"Hah?! Siapa yang mengajarimu untuk sarkas ke wali kelasmu, hah?! Kau mau kubuat tinggal kelas?!" tanya Guru Rixa sembari mengunci kepala Ard dan memutar kepalan tangan kanan di atas tengkoraknya.

Seketika, Ard meronta kesakitan dan memohon ampun pada Guru Rixa. Seusai mengambil baju dari kamar, sang ibu terkejut karena melihat keakraban Guru Rixa dengan Ard. Kala itu, ia melihat mereka seperti sepasang kakak adik, meskipun sudah memiliki Amy di dalamnya.

Kemudian, sang ibu menghampiri dan membuat Guru Rixa menghentikan gurauannya. Sang ibu pun meminta Guru Rixa, untuk segera membersihkan diri. Dengan segera, Guru Rixa mengiyakan tawaran ibu Ard dan menerima pinjaman baju ganti. Di kala berendam, Guru Rixa semakin percaya bahwa Ard adalah orang yang berbeda dari rumor di masa lalu.

"Ini sebabnya, ya? Hingga kau membantunya sejauh ini? Aku pun ingin membantunya dalam banyak hal. Cahaya ini harus dilindungi, agar kegelapan itu tak kembali," ujar Guru Rixa dalam hati sembari berendam.

Seusai mandi dan mengganti pakaian, Guru Rixa keluar dan sedikit terkejut karena Ard tampak menunggu untuk giliran mandi. Sembari tersenyum tipis, Guru Rixa meminta maaf karena merasa lama ketika mandi. Seketika, Ard tertawa kecil dan menegur Guru Rixa, untuk tidak terlalu kaku di rumahnya.

"Jika begitu, aku mandi dulu. Aku penasaran dengan aroma Anda yang membekas, Guru Rixa," ujar Ard sembari tersenyum lebar dan langsung mengunci pintu.

"K-Kau-- Oi, Ard! Duh. Dasar anak muda jaman sekarang. Aku tak habis pikir," keluh Guru Rixa sembari menggosok rambut dengan handuk.

Seketika, ibu Ard mendatangi Guru Rixa yang berdiri di depan kamar mandi dan menanyakan yang terjadi. Dengan ekspresi canggung, Guru Rixa mengungkapkan bahwa tak ada apa-apa dan meminta maaf karena sudah membuat keributan.