Chereads / Grey to Red : 16 Millions Colors / Chapter 20 - Pemahaman

Chapter 20 - Pemahaman

Seusai merasa cukup dalam menghakimi Hiruma, Xion melepaskan cengkeramannya dan kembali duduk, serta meminta maaf. Begitu pun dengan Hiruma, ia ikut meminta maaf karena tak sesuai harapannya.

Sedangkan Ard dan Willy, mereka selesai membersihkan toilet dan bergegas ke kantin. Ketika mendapat giliran dalam antrian, Ard memesan Daging Domba dengan Saus Tomat dan sayuran. Seusai pesanan diberikan, Ard mengeluarkan D-Cash dan melakukan pembayaran. Namun, pembayaran ditolak karena saldo Ard kurang.

Sembari menahan rasa malu, Ard memanggil Willy dan meminta bantuannya. Seketika, Willy menghela nafas dan membayar pesanan milik Ard. Dalam momen itu, Ard merasa malu karena permasalahannya dilihat oleh banyak orang. Seusai Ard dan Willy menerima pesanan, mereka segera duduk dan menikmati makan siang.

"Hei, kau lihat barusan? Ard merampok uang dari Willy! Dia tak tahu malu, ya? Padahal pesanannya bisa dibatalkan jika tak memiliki uang," bisik salah satu siswi.

"Benar. Kasihan Willy. Kenapa dia mau saja menuruti kemauan Ard?" tanya rekan siswi tersebut.

Dikala sedang makan siang, terdapat salah satu siswa yang melapor bahwa ada sekelompok anak-anak berandalan yang mencegat gerbang SMA Hylze. Seketika, seisi sekolah dilanda kepanikan dan bingung dengan yang terjadi. Kemudian, salah satu provokator dari anak-anak berandal tersebut meminta dengan lantang agar Ard segera keluar menghadap mereka.

Seusai mendengarnya, mereka terdiam kaku dan menduga, bahwa Ard pernah terlibat dengan anak-anak berandalan tersebut. Ketika Wakil Kepala Sekolah melihat kejadian tersebut, menanyakan pada Kepala Sekolah, perihal tindakan yang harus dilakukan. Sembari tersenyum tipis Kepala Sekolah meminta Wakil Kepala untuk mengabaikan mereka dan membiarkan Ard yang menangani permasalahan tersebut.

Seketika, Wakil Kepala terkejut dan merasa keberatan, karena murid di sekolah yang bersangkutan, haruslah dilindungi dari luar. Namun, Kepala Sekolah tetap meminta Wakil Kepala untuk diam dan melihat. Kala itu, Wakil Kepala bingung dan penasaran dengan maksud dari keputusan Kepala Sekolah.

Sedangkan Ard, ia didesak murid lain agar pergi keluar menangani anak-anak berandalan yang mencarinya, serta memastikan sekolah aman dari ancaman mereka. Sembari tersenyum canggung, Ard menerima permintaan mereka dan bergegas keluar. Selama berjalan di koridor, seluruh murid menatap Ard dengan resah.

Sedangkan Willy, ia menyusul Ard keluar. Ketika tersadar, Ard terkejut karena Willy mengikutinya. Sembari menatap kesal, Willy mengungkapkan bahwa ia tak bisa meninggalkannya sendirian. Sembri mengumpulkan keberanian, Willy berusaha menjadi juru bicara agar permasalahan tersebut dapat diselesaikan secara baik-baik.

Namun, salah satu anak berandalan langsung membentak, dengan meminta Willy untuk tidak bercanda. Kemudian, ia menodongkan pemukul baseball pada Willy dan memintanya untuk pergi.

"Kau dengar itu, Willy? Pergilah," pinta Ard sembari tersenyum tipis.

"A-Ap-- jangan bercanda! Kau berniat menyelesaikan in--" bantah Willy dengan kalimat terpotong, karena pukulan secara tiba-tiba dari Ard pada pipi kanannya.

Seketika, Willy terjatuh hingga tak sadarkan diri, serta membuat seisi sekolah terkejut. Begitupun dengan anak-anak berandalan tersebut, mereka sangat tak menyangka karena Ard berani memukul temannya sendiri. Sembari tersenyum tipis, Ard meminta maaf dan menanyakan detil permasalahan pada mereka.

"K-Kau ... Kau lupa?! Sudah kubilang jangan bercanda, sialan!" pinta salah satu berandalan sembari mengayunkan pemukul Baseball dan mengarahkannya pada kepala Ard.

Seketika, sebagian besar murid mengalihkan pandangan mereka, karena tak sanggup melihat momen brutal tersebut. Kemudian, mereka semakin terkejut, karena Ard masih berdiri tegak meskipun kepalanya sudah dipukul dengan kuat. Begitu pun dengan anak-anak berandalan tersebut, mereka bingung dengan yang terjadi karena Ard tak terlihat kesakitan. Meski darah keluar dari kepalanya, Ard tetap tersenyum tipis dan kembali menanyakan permasalahan di masa lalu.

Kemudian, Ard memegang pemukul Baseball dan mengambil alih secara perlahan. Lalu, Ard memposisikan kepala pemukul Baseball di telapak kiri, sedangkan gagangnya di telapak kanan. Dengan cepat, Ard menekan kedua sisi secara bersamaan, hingga membuat pemukul Baseball berubah menjadi lempengan. Seketika, mereka kembali terkejut hebat dan melangkah mundur secara perlahan.

"M-Monster ...." gumam salah satu anak berandalan.

Tanpa pikir panjang, mereka memilih untuk kabur hingga membuat Ard heran. Dengan ekspresi kecewa, Ard merasa gagal karena tidak sempat untuk berbicara dan menyelesaikan permasalahannya.

[Untuk menghindari rasa sakit yang hebat, lepaskan energi spiritualmu secara perlahan dan sedikit demi sedikit, seperti halnya kau bernafas.]

Seusai melakukan teknik yang diajarkan di masa lalu, Ard berhasil menetralisir rasa sakit tersebut. Namun sebagai gantinya, Ard kehilangan stamina dan terjatuh ke depan, hingga tak sadarkan diri. Seketika, seisi sekolah kembali terkejut dan panik, karena Ard dan Willy pingsan di halaman depan sekolah. Tanpa pikir panjang, Petugas Sekolah yang sebelumnya diancam untuk diam, melakukan tindakan dalam menyelamatkan mereka. Begitu pun dengan Xion, ia ikut membantu untuk membawa Ard ke UKS.

Ketika sampai, mereka merebahkan Ard dan Willy di kasur masing-masing. Kemudian, Dokter Yuvia mempersilahkan mereka untuk keluar dan menuturkan terima kasih karena sudah membawakan Ard dan Willy. Tanpa pikir panjang, Xion mengiyakan permintaan Dokter Yuvia dan memohon kerjasama nya.

Seusai melihat kejadian tersebut, Wakil Kepala menanyakan keputusan dari tindakan Kepala Sekolah. Sembari tersenyum tipis, Kepala Sekolah mengungkapkan, bahwa ia akan bertanggungjawab dalam menangani Ard.

"Dia sudah membuktikan untuk tidak menggunakan kekerasan. Dia bukanlah monster yang kita kenal saat itu," ujar Kepala Sekolah sembari menyilangkan kedua lengan di belakang punggung dan menatap jauh ke luar jendela.

"Jadi itu alasan Anda? Untuk melihat jawaban dari perubahannya? Bukankah kita sudah berlebihan?" tanya Wakil Kepala sembari tertunduk.

"Tidak. Tak ada yang perlu dicemaskan dari seorang pria, yang memiliki hobi menentang dunia. Satu-satunya yang berlebihan hanyalah kau, Elzi," bantah Kepala Sekolah sembari menatap Elzi.

Kembali pada UKS, Guru Rixa menjenguk Ard dan Willy. Ketika menatap dengan cemas, Dokter Yuvia menegur Guru Rixa untuk tidak terlalu khawatir, karena tidak terdapat luka fatal pada mereka. Sembari tersenyum tipis, Guru Rixa membantah bujukan Dokter Yuvia perihal Ard. Guru Rixa mengungkapkan, bahwa jantungnya sempat berhenti ketika kepala Ard dipukul begitu saja oleh pemukul Baseball.

"Jika dia putraku, makhluk-makhluk kotor itu sudah pasti kuhabisi di tempat. Persetan dengan penjara dan neraka, asalkan jiwa ini bisa membalas mereka,"ujar Guru Rixa sembari tersenyum tipis dan mengelus kepala Ard dengan tangan kiri.

"Dia bahkan tak melawan. Dia ingin menyelesaikannya dengan pemahaman. Sudah sejauh ini, kenapa mereka masih belum menerimanya?" tanya Dokter Yuvia sembari menatap jauh.

"Menghilangkan rasa takut itu tidak mudah, Yuvia. Karena ini masalah kepercayaan. Meskipun mereka telah melihat hari ini, perasaan ragu yang baru akan tumbuh hingga mereka merasa cukup dalam mencari jawaban," balas Guru Rixa.