Chereads / Grey to Red : 16 Millions Colors / Chapter 15 - Keberanian

Chapter 15 - Keberanian

Di setiap langkah, Ard merasa penasaran dengan maksud dari Guru Rixa. Terlebih, Guru Rixa justru melewati ruang guru dan terus berjalan hingga ke ujung gedung. Ketika sampai di tempat yang tampak terbengkalai, Guru Rixa mengeluarkan kunci dan membuka pintu ruangan di depan mereka. Kemudian, Guru Rixa menyalakan lampu dan membuat Ard terkejut, karena Gant sedang duduk sembari meminum teh. Sembari tersenyum tipis, Gant menyambut dikala Ard masih terdiam kaku.

"A-apa-- Guru Ri--" sahut Ard sembari menoleh dengan kalimat terpotong.

"Gant. Kau ambil alih. Aku tak sudi dipertanyakan 1000 hal," pinta Guru Rixa sembari keluar dan mengunci pintu.

"Dengan senang hati," balas Gant sembari tersenyum hangat dan menyeruput teh.

Dengan perasaan bingung, Ard menatap Gant dan menanyakan yang terjadi. Kemudian, Gant berdiri dan mendekati Ard, serta memojokkannya ke tembok. Lalu, Gant menaruh tangan kanan ke tembok, dekat kanan atas kepala Ard.

"Ard. Terdapat dua pilihan. Terima pemberianku ... Atau kulumat bibirmu?" tanya Gant sembari tersenyum tipis.

"Ku ... Terima pemberianmu," balas Ard sembari berdiri kaku dengan keringat dingin.

"Begitu. Baguslah," lanjut Gant sembari tersenyum tipis dan memberi kunci ke tangan kiri Ard.

Seusai memberikan kunci, Gant menjauhkan diri dari Ard dan berdiri di depan pintu. Sedangkan Ard, menatap heran pada kunci dan Gant. Gant pun mengungkapkan, bahwa kunci tersebut adalah hadiah untuk Ard, sebagai kepemilikan Klub Penanganan Hewan Liar.

Seketika, ia semakin terkejut karena Gant mengetahui permasalahan Ard. Ketika Ard menanyakan caranya, Gant menegur agar ia mengabaikan penyebabnya. Kemudian, teguran Gant berlanjut agar Ard tidak membuang mimpi, hanya karena merasa membebani orang. Ard justru diharuskan, untuk mampu mewujudkan mimpi dan membayar orang yang ia bebani.

"Dengan begitu, keduanya berakhir bahagia tanpa ada yang tersakiti. Ini bukanlah perihal ego. Melainkan kepercayaan dan tanggung jawab," lanjut Gant sembari mengangkat jari kelingking di tangan kanan.

Ketika Gant mengangkat jari kelingking, Ard teringat janjinya dengan Rita. Kemudian, Ard ikut melihat ke telapak tangan kanan dan melihat jari kelingking miliknya. Dikala Ard sedang merenungi masa lalu, Gant mengetuk pintu dari dalam dan dibukakan oleh Guru Rixa.

Lalu, Gant berjalan keluar serta meminta Ard untuk membangun dan merawat klub sebaik mungkin. Begitu pun dengan Guru Rixa, ia akan mengusahakan anggaran untuk pembangunan Klub Penanganan Hewan Liar milik Ard. Seusainya, Guru Rixa menutup pintu dan menyusul Gant.

Beberapa saat kemudian, kesadaran Ard beralih pada dimensi yang berbeda. Ketika sadar dengan dimensi tersebut, Ard terkejut dan melihat sekeliling. Kemudian, ia merasakan suatu kehadiran di belakangnya dan terdiam kaku. Kala itu, Ard sangat tak menyangka karena bertemu dengan Rita.

"Meskipun sudah SMA, kau masih saja jelek, Ard. Jangankan kekasih, kurasa mendapatkan teman pun kau mati-matian," gerutu Rita sembari tersenyum lebar.

"Kau ... Belatung Nangka Sialan. Berhenti menghantuiku dan kembalilah ke akhirat!" seru Ard sembari tersenyum tipis dan terjatuh duduk, serta menutup wajah dengan tangan kanan.

"Oi, oi, oi, oi! Sudah repot-repot kuminta tuhan untuk mengabulkan permintaanku, lantas apa yang kudapat disini?! Tunjukkan rasa bersyukurmu makhluk gagal!" bantah Rita dengan kesal.

Dikala Ard duduk bersila sembari menutup wajah dengan kedua tangan, Rita menghampiri Ard secara perlahan. Kemudian, ia berjongkok di depan dan memeluk Ard, sembari memejamkan kedua mata. Lalu, Rita mengelus kepala Ard secara lembut dan menegur bahwa semuanya akan baik-baik saja. Sembari tersenyum lebar, Rita mengungkapkan rasa syukur karena Ard sudah tumbuh dewasa dengan baik.

Kemudian, Rita pun meminta Ard untuk menunjukkan wajahnya. Ketika diminta, Ard justru tak menuruti kemauan Rita, hingga membuat Rita memegang kepala Ard dari kedua sisi dan memaksa untuk menatapnya. Sembari tersenyum lebar, Rita menggerutu bahwa wajah Ard tampak sangat jelek ketika menangis.

Namun, Rita lanjut mengungkapkan bahwa ia bersyukur karena Ard sudah bisa mengeluarkan air mata. Lalu, Rita menanyakan Ard perihal yang membuatnya menangis. Ketika dipertanyakan, Ard menunduk dan menjawab bahwa ia tak mengetahui penyebab pastinya.

"Dasar tidak berguna. Kurasa aku harus menjawabnya untukmu. Tangismu saat ini ... Adalah rasa takutmu karena khawatir tak bisa membayar kebaikan mereka. Iya, kan?" tanya Rita sembari tersenyum lebar dan memeluk kedua kaki.

"Berisik! Kembalilah ke akhirat!" seru Ard sembari menutup wajah dengan kedua tangan.

"Tentu. Dengan syarat, kau harus berani menerima kebaikan mereka dan membayarnya di kemudian waktu. Jika ada yang terjebak dengan kegelapan, selamatkan mereka. Karena kau tipikal orang bodoh yang suka menanggung semuanya sendirian, pekerjaan ini cocok untukmu," tegur Rita sembari tersenyum tipis dengan eksistensinya yang memudar.

[Kembalilah menjadi orang bodoh, yang suka menggemparkan dunia.]

Seusai bertemu dengan eksistensi sementara Rita, Ard berdiri dan mendongakkan kepala. Lalu, ia memejamkan kedua mata dan menarik nafas, serta menghembuskannya secara perlahan. Kemudian, berjalan mendekati jendela dan menatap jauh ke luar. Ketika merasa cukup dalam merenung, Ard menggulung kedua lengan seragam.

Kala itu, Ard memutuskan untuk membersihkan dan merombak ruang klubnya. Tiga jam berlalu, Guru Rixa meregangkan otot denan merentangkan kedua tangan ke udara. Ketika melihat jam, ia terkejut karena waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam.

"Ah, sial! Jika aku terlalu fokus bekerja, aku akan sulit menjadi istri maupun ibu yang baik! Pulang, Rixa! Pulang!" gumam Guru Rixa sembari berkemas.

Seusai keluar dari ruang guru dan mengunci pintu, Guru Rixa mendengar suara berisik dari kejauhan. Suara tersebut terdengar seperti aktifitas seseorang dengan perkakas. Ketika teringat, Guru Rixa langsung menduga bahwa suara itu berasal dari Ard. Namun, langkahnya terhenti karena Guru Rixa merasa takut dengan kegelapan sepanjang lorong sekolah.

Kala itu Guru Rixa mendapati dilema, karena ia penasaran dengan Ard dan takut akan kegelapan. Sembari berusaha untuk berpegang teguh bahwa seorang guru tidak boleh takut, Guru Rixa memberanikan diri menembus kegelapan di sepanjang lorong sekolah.

"Tidak ada yang perlu ditakutkan! Aku tidak takut! Aku tidak takut! Aku tidak takut! Aku tidak takut! Aku akan jadi istri pemberani dan ibu yang tangguh!" ujar Guru Rixa dalam hati.

Ketika sedang berjalan dengan langkah cepat, sebuah benda jatuh dan menghasilkan suara nyaring secara tiba-tiba. Sehingga, Guru Rixa langsung berlari ke depan tanpa peduli arah yang ia tuju. Ketika akan belok kanan, Guru Rixa berpapasan dengan sosok yang memakai topeng mengerikan, hingga membuatnya berteriak dan pingsan.

"G-Guru Rixa?! Kenapa malam-malam begini dia masih di sekolah?! Lembur, kah? Ah, tak baik, lho. Nanti Anda sulit mendapatkan jodoh jika terlalu keras bekerja," gerutu Ard sembari berusaha menggendong Guru Rixa di depan dada.

Kala itu, Ard memutuskan untuk mengantar Guru Rixa pulang. Namun, ia mendapati kesulitan karena angkutan umum di Alya pada malam hari adalah hal yang sangat langka.