"Setelah kau menunjukkan ekspresi itu, bagaimana bisa aku mempercayainya, sialan? Yah, jika kau ingin mempercayainya sejauh ini, aku tak akan menyanggahnya lagi. Maaf," ujar Willy sembari tersenyum tipis dan sedikit tertunduk.
Ketika melihat ekspresi Willy, Ard menatap sinis dan menegurnya untuk menghentikan ekspresi tersebut, karena terlihat menjijikan.
"Hah?! Bagaimana kau bisa mengatakan itu setelah aku khawatir padamu?! Kembalikan kecemasanku, sialan!" bantah Willy sembari berjalan ke belakang Ard dan mengunci lehernya.
Seketika, Ard merasa sesak nafas dan meminta Willy untuk melepaskan kunciannya. Seusai puas bergurau dan makan siang, Ard dan Willy memutuskan untuk kembali ke kelas. Sedangkan di dalam kelas, Gant kembali dikerumuni beberapa siswi dan dipertanyakan berbagai hal.
Kala itu, ia ditanya oleh salah satu siswi, perihal Gant yang berbincang dengan Ard ketika di kantin. Dengan pemikiran serupa, siswi lainnya menanyakan maksud Gant, dengan menyebutkan bahwa Ard adalah orang yang berbahaya. Sembari tersenyum tipis, Gant mengungkapkan bahwa Ard bukanlah orang jahat seperti yang mereka duga. Dengan ekspresi kecewa, salah satu siswi menyebutkan bahwa Gant diduga terlalu baik.
"Ahahaha. Begitu? Tapi, kenyataannya Ard memang baik, lho. Kenapa kalian tak mencoba berbincang dan berteman dengannya?" tanya Gant sembari tersenyum tipis.
Seketika, mereka terdiam dan tersenyum canggung, serta menatap satu sama lain. Kemudian, salah satu siswi memberanikan diri dalam mengungkapkan, bahwa ia takut jika melihat emosional Ard keluar. Sembari tersenyum tipis, Gant menegur siswi tersebut dengan menyebutkan bahwa Ard sudah tidak seperti masa lalu.
"Dia tak menyembunyikan apapun. Dia hanya ingin berteman dengan kalian. Jika memang masih seperti dulu, kantin sudah dipastikan berantakan karena perkelahian kami," tegur Gant sembari tersenyum hangat.
Seusai mendapati teguran Gant, mereka justru semakin penasaran dengan yang sudah diperbuat Ard, hingga Gant membelanya sejauh itu. Ketika Ard dan Willy memasuki kelas, bel untuk pelajaran selanjutnya pun berbunyi. Kala itu, mereka memulai pelajaran Bahasa Inggris. Ketika Guru Ivy sedang menerangkan cara penyebutan kalimat, ia meminta Ard untuk membacakan kalimat yang ada dalam buku. Seketika, Ard terkejut dan mendadak keringat dingin. Sembari melawan perasaan gugup, Ard berusaha membaca kalimat yang ditunjukkan.
[On that day, The King just know when he got distracted by The Jester's plan.]
"On tat day ... te King jus kenow ... wen he got ... distracted bi te jesters plan," ujar Ard sembari gemetar.
Seusai mendengarnya, seisi kelas terdiam dan menatap Ard, karena salah total dalam penyebutan kalimat. Dikala keheningan masih berlangsung, para murid mendengar suara dari Gant yang tampak berusaha untuk tidak tertawa. Namun, tawa Gant justru menguat karena rasa geli dalam ingatannya.
Sembari menahan rasa malu, Gant bergegas keluar dan menuju toilet. Ketika melihat perilaku Gant, dugaan Willy justru menguat dan tak bisa menahannya. Ia pun beranjak dari kursi, serta meminta izin Guru Ivy untuk pergi ke toilet. Belum sempat untuk merespon total, Willy bergegas keluar dengan ekspresi yang tak biasa. Kemudian, Guru Ivy menatap Ard dan memintanya untuk kembali duduk, serta melanjutkan pelajaran.
Sedangkan di toilet, Gant berusaha menyelesaikan perasaan geli akibat perilaku Ard. Ketika masih berdiri di depan wastafel sembari tertunduk, Gant menyadari kehadiran seseorang di sebelah kiri. Ketika baru mengangkat kepala dan akan menatapnya, Gant mendapati pukulan pada pipi kiri hingga ia terjatuh.
"Sudah kuduga. Kau benar-benar berbahaya. Kau salah satu dari mereka. Padahal si bodoh itu percaya padamu, bahwa kau berbeda," ujar Willy sembari menatap tajam dan mengepal tangan kanan.
Dengan ekspresi menyesal, Gant meminta maaf sembari tersenyum tipis. Kemudian, ia mengambil posisi duduk dan mengusap darah yang keluar dari samping kiri mulutnya. Gant pun mengungkapkan, bahwa ia sama sekali tak berniat untuk mengejek Ard. Hal tersebut dikarenakan, Gant mudah tertawa dengan hal kecil yang terlihat konyol.
"Aku ... benar-benar menyedihkan, ya? Terlebih rasa malu ini, akan terbawa seumur hidupku. Hei, Willy. Bisakah kuminta kesempatanmu untuk membayar ini?" tanya Gant sembari berdiri dan tersenyum tipis.
"Sudah seharusnya. Kau sangat beruntung karena orang itu bukan pendendam. Bahkan dia tak akan ingat dengan dosamu saat ini," balas Willy dengan ekspresi kecewa.
"Begitu. Syukurlah. Kepercayaanku padanya pun tak memudar. Dan 'tempat' itu bisa kujadikan hadiah yang sempurna untuknya," ujar Gant sembari tersenyum tipis dan sedikit tertunduk.
Seusai mendengar 'tempat' yang disebutkan Gant, Willy terkejut dan menanyakan maksudnya. Namun, Gant justru mengungkapkan, bahwa Willy akan segera tahu. Tanpa menunda lebih lama, Gant menegur Willy untuk segera kembali ke kelas. Ketika sampai, Gant mengetuk pintu dan menuturkan permisi. Kemudian, ia membuka pintu dan masuk bersama Willy.
Sembari berdiri, Gant dan Willy meminta maaf pada Guru Ivy karena sudah berperilaku tidak sopan. Dengan ekspresi terkejut dan tersenyum canggung, Guru Ivy mengiyakan permintaan maaf Gant, serta menegurnya untuk kembali duduk. Kala itu, mereka melanjutkan pelajaran hingga jam sekolah usai.
Ketika sore hari tiba, para murid bergegas pulang dan melanjutkan aktifitas klub. Sedangkan Ard, ia mendapati piket dalam membersihkan kelas. Ketika sedang menyapu, Ard melihat Willy duduk di atas meja, serta menanyakannya yang tidak segera pulang.
"Kau ini bodoh, kah? Bagaimana aku bisa meninggalkanmu seorang diri, dikala tak ada yang mau piket karena kehadiranmu?!" balas Willy sembari merentangkan kedua tangan.
Ketika melihat sekitar, Ard tersadar karena murid yang seharusnya piket di hari itu, justru pulang seluruhnya. Sembari menatap sinis, Willy menanyakan perasaan Ard yang tampak biasa-biasa saja. Dengan ekspresi lugu, Ard mengungkapkan bahwa ia tak mempermasalahkannya.
"Ngomong-ngomong selain itu ... Lihat ini!" seru Ard sembari melempar sapu ke udara.
Seusai melemparnya, Willy memperhatikan sapu yang berputar di udara. Kemudian, Ard melakukan pose lutut ditekuk pada sudut berkerut hingga membuat sapu jatuh dan berdiri dengan tegak lurus di atas "pusaka"-nya. Seketika Willy terkejut hebat karena tak menduga dengan keahlian konyol dari Ard.
"WRRRYYYY! Katakan padaku, manusia hina! Apa kau masih menyebut dirimu laki-laki jika tidak bisa melakukan ini?!" tanya Ard sembari berjalan dengan pose tersebut.
"Sialan! Ajari aku! Master! Akan ku buktikan jika 'pusaka' ini bernilai di mata Nona Yuzu!" seru Willy sembari bertekuk lutut dan menghantam lantai dengan tangan kanan.
"Keputusan yang tepat. Untuk pemilik 'pusaka' lembek sepertimu, ikutlah denganku," pinta Ard sembari berjalan ke depan pintu keluar.
Ketika akan membuka pintu, pintu kelas justru terbuka lebih dulu oleh Guru Rixa. Seketika, suasana menjadi hening karena Guru Rixa melihat kebodohan Ard. Sembari mencoba bersabar, Guru Rixa menghela nafas dan meminta Ard untuk ikut sementara waktu.
"Aku ... Tak kena, kan?" tanya Willy dengan perasaan panik.
"Jangan khawatir. Kau belum mengikuti kebodohannya. Tapi tidak untuk lain kali," balas Guru Rixa sembari menyeret Ard ke suatu tempat.
Kala itu, Willy semakin penasaran dengan maksud dari kalimat Gant dan momen Guru Rixa yang membawa Ard. Willy pun berasumsi, bahwa mereka berkaitan dengan permasalahan Ard. Ketika akan mengikutinya, Willy teringat dengan sapu yang tergeletak. Kemudian, Willy memutuskan untuk menggantikan Ard dalam melakukan piket.