Seusai merasa cukup dalam menguping, Xion memutuskan untuk meninggalkan mereka. Kemudian, Xion menonton pertandingan Dodge Ball Kubu Siswi, sembari duduk di bawah pohon. Ketika sedang menonton, ia merasakan kehadiran suatu objek di sebelah kirinya. Objek tersebut berupa Jus Stroberi dari Hiruma. Sembari menatap dingin, Hiruma menuturkan maaf tanpa memberitahu alasannya.
Xion yang menyadari maksud Hiruma, menerima Jus Stroberi tersebut dan merobek bagian atas dengan giginya. Kemudian, Xion langsung meneguk jus hingga habis dan mengusap sekitar mulutnya. Lalu, Xion menuturkan terima kasih dan menyebutkan bahwa jus tersebut terasa enak, hingga ia mulai berminat untuk membelinya kembali lain waktu.
Sembari menonton pertandingan, Hiruma mengungkapkan bahwa ia tak menduga jika orang seperti Xion menyukai sesuatu yang manis.
"Jika aku tak menyukai hal yang manis, maka artinya aku tak menyukai warna kulitku sendiri," bantah Xion sembari menatap sinis.
"Sejak kapan kau mengakui warnamu itu manis? Justru lebih pahit dari kehidupan ini," sindir Hiruma sembari menatap dingin.
"Setidaknya tidak sepahit kehidupanmu dalam bermasyarakat," sanggah Xion sembari tersenyum sinis tanpa memandang Hiruma.
Seketika, Hiruma mengeluarkan aura dingin yang membuat Xion membeku di tempat, karena dia berhasil membuatnya skakmat. Beberapa saat kemudian, mereka menghela nafas dan meminta maaf secara bersamaan. Sebagai basa-basi, Hiruma mengungkapkan bahwa ia memiliki hal yang mengganggunya. Seketika, Xion sedikit terkejut karena orang seperti Hiruma tertarik akan suatu hal. Untuk keduakalinya, Hiruma menghela nafas dan memperingati Xion bahwa Hiruma masih seorang manusia tulen.
Lalu, Xion mempersilahkan Hiruma dalam mengajukan pertanyaan. Hiruma mulai menanyakan Xion, perihal kedekatannya dengan Ard. Seketika, Xion terkejut karena Hiruma tampak asal dalam mengambil kesimpulan. Dengan ekspresi kesal, Xion balik bertanya penyebab Hiruma dapat berpikir seperti itu. Hiruma mengungkapkan, bahwa ia melihat momen Xion dengan kawanan Ard ketika di kantin.
"Siapapun pasti menyadarinya. Jika kau disapa oleh seseorang, artinya kalian pernah berhubungan. Atau kau ingin menyebutkan bahwa itu adalah suatu kesalahpahaman?" ungkap Hiruma sembari lanjut bertanya.
Dengan ekspresi kesal, Xion menyangkal bahwa momen kala itu bukanlah hal besar. Ketika mendengar penjelasan Xion, Hiruma justru semakin penasaran karena orang seperti dirinya, tidak mungkin niat dalam mengurusi hal sepele, hingga pernah melakukan kontak dengan Ard.
Kemudian, Xion pun berusaha mengalihkan topik dengan balik bertanya, karena Hiruma repot-repot untuk mengetahui suatu hal diluar urusannya. Dengan ekspresi datar tanpa menatap Xion, Hiruma mengungkapkan bahwa momen mereka kala itu mencemari mata dan pikiran. Sehingga, ia berniat mencucinya dengan menggali jawaban.
"Kau orang yang dingin namun justru mudah terbakar, ya? Sifatmu membuat otakku panas," gerutu Xion dengan ekspresi sinis tanpa menatap Hiruma.
"Itu karena seluruh sel otakmu terbuat dari otot dan lemak," sanggah Hiruma dengan ekspresi dingin sembari menonton pertandingan.
"Kacamatamu mau kupecahkan hingga lulus?" balas tanya Xion sembari memejamkan kedua mata dan mengerutkan dahi karena kesal.
Ketika sudah mulai terbiasa dalam berkomunikasi dengan Xion, Hiruma lanjut menanyakan perihal latar belakang Ard. Lalu, Xion kembali terkejut dan menanyakan keseriusan Hiruma yang tak mengetahuinya. Hiruma pun kembali menghela nafas karena sedari dulu dia hanya fokus belajar dalam menggapai tujuannya. Seusai mendengar tekad Hiruma, Xion justru meminta maaf karena kurang peka.
Sembari memejamkan kedua mata sesaat, Hiruma meminta Xion untuk melupakan hal sepele tersebut. Tanpa menunda lebih lama, Xion mulai menceritakan latar belakang Ard, sebagai murid yang bermasalah. Seusai diceritakan, Hiruma memutuskan untuk mengingat informasi tersebut dalam memorinya. Namun, ketika Hiruma melihat bentuk Ard saat ini yang bertolak belakang, ia kembali penasaran dengan penyebabnya.
Ketika Hiruma menyebutkan penyebab, Xion teringat dengan gadis yang selalu menemani Ard kemana pun ia pergi. Meskipun Ard masih sering bertindak kasar, gadis tersebut selalu tersenyum dan tak lepas dari Ard. Kasus gadis tersebut tampak serupa dengan Willy yang akrab dengan Ard saat ini. Kala itu, Hiruma melihat ekspresi Xion yang tampak berpikir begitu dalam perihal Ard.
"Ard benar-benar mempengaruhimu, ya? Hingga aku mampu melihat asap yang keluar dari otakmu," ujar Hiruma sembari menonton pertandingan.
Sembari memejamkan kedua mata dan mengerutkan dahi, Xion meminta Hiruma untuk diam sejenak. Xion pun membantah asumsi Hiruma, dengan menyebutkan bahwa ia hanya penasaran dengan ilmu hitam yang digunakan Ard dalam menarik seseorang ke dalam genggamannya. Namun, Hiruma justru membantah dugaan Xion, dengan berasumsi bahwa Ard hanya memiliki keberuntungan yang tinggi.
"Sekalipun kau adalah bajingan tulen, roda takdir tidak bisa diremehkan. Dengan roda takdir itu, kau bisa bertemu malaikat-- tidak. Sosok yang lebih baik dari satu juta malaikat di surga. Dan dia sudah diberkahi itu," ujar Hiruma.
"Padahal kau bilang tidak tahu apa-apa tentangnya. Tapi kau berbicara seolah sudah menemani bajingan tulen itu sedari lahir. Namun aku juga tak bisa menyangkal itu," gerutu Xion sembari menatap Hiruma sesaat dan berlanjut menonton pertandingan.
"Pemikiran positif adalah nyawa keduamu untuk bisa hidup. Terlebih dalam bermasyarakat. Kau harus mengutamakan logika dibanding ego. Dengan begitu kau bisa diakui sebagai manusia," lanjut Hiruma sembari berdiri dengan kedua tangan di saku.
Seusai dinasihati oleh Hiruma, pandangan Xion beralih pada Ard yang berbincang sembari berdiri dengan Willy di bawah pohon. Kemudian, Xion sedikit tertunduk dan menghela nafas, serta mulai berdiri. Kala itu, pertandingan dari kubu siswi beserta Tahap Eksekusinya telah usai. Mereka pun diminta untuk berkumpul dan bersiap untuk melakukan aerobik yang disertai musik.
Seusai menjalani pelajaran olahraga, sebagian besar murid merasa segar karena metode Guru Torva. Kemudian, mereka bergegas membersihkan diri dan mengganti pakaian, serta melanjutkan jam sekolah dalam menjalani dua jenis mata pelajaran terakhir. Ketika jam sekolah selesai, para murid bergegas menuju Klub Ekstrakurikuler masing-masing.
Sedangkan Ard dan Willy, mereka belum memiliki klub yang diminati. Ketika teringat dengan minat Willy, Ard mulai menanyakannya. Sembari tersenyum tipis dan menyilangkan kedua lengan di depan dada, Willy mengungkapkan bahwa ia ingin memiliki Klub Video Game. Seketika, Ard menatap sinis dan menggerutu, bahwa Willy hanya ingin bersantai ria dalam klub. Seketika pula, Willy membantah dugaan negatif Ard dengan menyebutkan, bahwa jika masuk ke dalam Klub Video Game, ia dapat belajar dalam mengembangkannya dan menjual ke seluruh dunia.
"Hah~ seharusnya kau bilang bahwa kau ingin masuk ke 'Klub Pengembangan Video Game'. Tapi aku terkejut karena di sekolah ini tak ada ekskul itu," keluh Ard sembari bertanya-tanya.
"Begitu pun denganku. Seharusnya Dunia Digital seperti itu ada di sini! Apakah mereka lupa?! Jika sebuah permainan dapat memulihkan jiwa setiap manusia?!" tanya Willy dengan kesal.
"Yah~ jika Video Game-nya mengandung sistem 'Gacha', jiwa manusia mana yang akan pulih ketika dapat unit sampah?" balas tanya Ard sembari tersenyum tipis.
Sembari mengepal tangan kanan, Willy mengungkapkan tekad bahwa ia justru tak ingin membuat Video Game dengan sistem 'Gacha'. Ia pun bertekad untuk membuat Video Game yang luar biasa dan menjadi kaya. Sembari menatap sinis, Ard menanyakan Willy perihal biaya server tanpa memasukkan Microtransaction. Seketika, Willy terdiam dan dilanjutkan pertanyaan Ard, perihal biaya pengembangan konten beserta DLC dalam menghasilkan uang.
"Kawan. Aku mengerti niatmu. Tapi jika Video Game yang kau buat itu Offline, maka uang yang akan kau dapat hanya dari penjualan unit. Itu pun jika unitmu laku keras. Kau harus menyediakan aset dengan kualitas dan harga sepadan, secara berkala. Dengan begitu mereka akan memberikanmu kekayaan jangka panjang," tegur Ard sembari menaruh tangan kiri di bahu kanan Willy.
Seusai dinasihati Ard, Willy melangkah ke pojok belakang kelas dan meringkuk, sembari menghadap tembok. Ketika sedang merenung, Ard menunjukkan vidio "koleksi"nya ke wajah Willy. Seketika, Willy merebut CyPhone milik Ard dan menanyakan asal dia mendapatkannya, sembari mengusap air mata. Sembari tersenyum tipis, Ard membisikkan kode dan alamat perihal vidio tersebut.
"Ketika kau mati, akan kutaburi serpihan emas di atas makam mu," ujar Willy sembari menjabat tangan kanan Ard dan merangkulnya.
"Terima kasih. Tapi aku lebih suka Segitiga Beruang Uehara Ai," balas Ard sembari tersenyum tipis dan menepuk pelan punggung Willy.