Chereads / Grey to Red : 16 Millions Colors / Chapter 6 - Pandangan tajam yang menumpul

Chapter 6 - Pandangan tajam yang menumpul

Seusai berganti seragam, Ard bergegas bergabung ke barisan dan melakukan peregangan. Seusainya, Guru Olahraga mengungkapkan bahwa pelajaran saat ini adalah Dodge Ball. Permainan Dodge Ball tersebut akan ada dua tahap. Tahap pertama ialah pembagian tim dalam bertanding, sedangkan tahap kedua adalah eksekusi.

Tahap Eksekusi adalah sesi dimana yang terkena bola pertama kali hingga satu menit berakhir, mendapat hukuman dengan dilempari bola oleh seluruh pemain, dengan kategori sesuai jenis kelamin.

Pemain yang mendapat hukuman, diharuskan menghindar selama satu menit. Jika pemain di Tahap Eksekusi terkena bola, maka nilai pelajarannya akan dikurangi. Seusai mendengar penjelasan, para murid merasakan ketegangan ketika akan melakukannya. Tanpa menunda lebih lama, Guru Torva mulai membagi tim menjadi dua.

[Kubu Laki-laki]

[Tim A] [Tim B]

Willy Ard

Xion Hiruma

Gant Vexa

Regrast Oltrast

Zerga Vorios

Ghyfa Xerion

Altres Helgra

Jay Retra

Coxa Eldra

Xervas Argest

Seusai ditentukan dan membentuk posisi, masing-masing pemain bersiap dalam menerima dan melancarkan serangan. Ketika bersiap dengan kuda-kuda, Ard dikejutkan oleh aura kegelapan yang tertuju padanya dari kedua tim.

"Bahkan tim-nya sendiri tak ingin mengakui keberadaan bajingan ini. Aku paham rasanya, kawan," ujar Willy dalam hati sembari tersenyum canggung.

Seusai melihat kedua tim bersiap, Guru Torva melempar koin sebagai tanda tim yang akan memegang bola di Service pertama. Ketika mendarat di telapak tangan, Guru Torva menunjukkan gambar sayap yang berada di belakang koin. Tim A yang dipilih sebagai sayap, dinyatakan sebagai pemegang bola pertama. Kemudian, Guru Torva membunyikan peluit sebagai tanda dimulainya pertandingan.

Kala itu, Gant menjadi pemain yang memegang bola pertama. Para siswi dari kedua tim yang melihatnya, langsung menyemangati Gant dari bangku cadangan.

"Jadi orang tampan itu untung di segala tempat, ya?" gerutu siswa dari Tim B sembari menatap sinis.

Sembari tersenyum tipis, Gant memulai gerakan yang mempesona dan melempar bola dengan kuat. Seketika, siswi di bangku cadangan menjerit kegirangan karena pesona yang ditunjukkan oleh Gant. Dengan cepat, Hiruma menangkap bola dan berputar, lalu melemparnya kembali dengan kuat. Para siswi yang melihatnya, kembali menjerit histeris karena serangan balik Hiruma yang begitu tegas.

Seusai dilempar, salah satu siswa di Tim A menghindar dan membuat Xion menangkap bolanya. Dengan tatapan tajam dan aura membunuh, Xion berdedikasi dalam menargetkan Ard. Sembari memasang kuda-kuda, Xion melempar bola dengan sangat kuat, seperti bola meriam yang diluncurkan. Ketika mengetahui kekuatan Xion, Ard memutuskan untuk mencoba menangkapnya, agar tak mengenai siswa di belakangnya.

Ketika akan ditangkap, reaksi Ard terlambat hingga membuat wajahnya terkena bola dengan sangat kuat, hingga ia terpental beberapa meter. Seusai melihat kekuatan Xion, siswa di kedua tim terkejut hingga terdiam kaku.

"S-seraaaam!" ujar seluruh siswa dalam hati.

Sedangkan seluruh siswi dari bangku cadangan, berteriak kegirangan dan memuji Xion. Bahkan salah satu siswi, berkomentar bahwa pukulan Xion diharuskan lebih keras lagi. Sedangkan di jendela Klub Astronomi lantai dua, seorang siswi dengan paras dewasa memantau kegiatan Dodge Ball sembari tersenyum tipis dan menopang dagu.

"Jadi ... Dia, ya? Si Bodoh yang menerima serangan dengan ringan hati, sekalipun eksistensinya ditolak oleh mereka. Kurasa, kau harus bertanggung jawab karena sudah membuatku jatuh hati, Ard," ujar siswi tersebut.

Seusai dinyatakan gugur, Ard berjalan keluar lapangan dan berniat membersihkan wajah. Para siswi yang melihat Ard, menatapnya dengan penuh kekecewaan. Kala itu, perbincangan dari para siswi mengarah pada permainan Ard yang buruk.

Seusai sampai di jejeran keran depan toilet, Ard langsung memutar keran dan membasuh wajah, serta meminum air. Ketika sedang memperbaiki rambut, Ard dipanggil oleh suara dari seorang siswi. Seketika, Ard menoleh dan terkejut karena siswi berambut cokelat dengan panjang sebahu mendatanginya.

Sembari tersenyum tipis dan menahan malu, gadis tersebut memberanikan diri dalam meminjamkan handuk kecilnya. Seketika, Ard kembali terkejut karena ada seorang gadis yang begitu baik padanya. Dengan perasaan canggung, Ard menerimanya sembari tersenyum tipis dan menuturkan terima kasih.

Kemudian, Ard mengusap wajah dengan lembut dan mengeringkan rambutnya. Seusainya, Ard meminta maaf, karena sudah merepotkan gadis tersebut. Sembari tersenyum tipis, gadis tersebut mengungkapkan bahwa tindakannya bukanlah apa-apa.

Dengan berniat untuk tak membuang waktu, Ard menuturkan pamit karena harus bergegas untuk kembali ke lapangan. Dengan ekspresi canggung, gadis tersebut mengiyakan alasan Ard dan berpisah dengannya.

"Terima kasih. Kau sudah membuktikannya, Ard. Terima kasih," gumam gadis tersebut sembari mengelap air matanya.

Sembari menunggu pertandingan usai, Ard duduk di bangku cadangan bersama siswa lain yang gugur. Dua belas menit berlalu, pemain yang tersisa ialah Xion dan Hiruma. Kala itu, siswa maupun siswi dari kedua tim menyoraki mereka. Pertandingan penentuan pun berlangsung begitu sengit. Ketika Xion melancarkan serangan dan akan mengenai Hiruma, Hiruma kembali menangkap bola dan berniat melancarkan suatu teknik.

Ketika dilemparkan balik, bola tersebut melakukan rotasi yang begitu cepat di udara, hingga membuat Xion kesulitan dalam menangkapnya. Serangan tersebut menjadi kekalahan bagi Xion dan membuat Tim B bersorak. Sedangkan siswa yang terkena bola dalam satu menit pertama, diharuskan bersiap di lapangan untuk dieksekusi.

Dalam Tahap Eksekusi tersebut, Ard berusaha sekuat tenaga dalam menghindari serangan. Ketika melihat hindaran Ard, mereka terkejut karena dia memiliki kemampuan dalam menghindar.

"Dia mampu menghindari serangan kami sebaik ini?! Lantas kenapa dia tak menghindari seranganku sebelumnya?!" tanya Xion dalam hati sembari melakukan eksekusi.

"Dia memang tak pernah mengecewakan. Aku bersyukur karena sudah mengikutinya," ujar Gant dalam hati sembari tersenyum tipis.

Seusai satu menit, terdapat empat orang termasuk Ard yang mampu bertahan dalam eksekusi tersebut. Guru Torva yang merasa puas dengan permainan mereka, menyuruh para siswa untuk beristirahat sementara waktu sembari menunggu giliran Kubu Gadis selesai. Kala itu, para siswa mulai berpencar dan mengambil waktu istirahat.

Sedangkan Ard, ia mencari pohon yang rimbun untuk berteduh. Ketika berhasil mendapatkan tempat yang bagus, Ard berbaring di bawahnya sembari menutup mata dan menikmati hembusan angin. Willy yang melihat Ard, menghampiri sembari membawakan minuman dingin kalengan. Kemudian, Willy menaruh minuman tersebut di atas kening Ard dan mengungkapkan bahwa permainannya memuaskan.

"Apa ini? Kau mengikutiku? Menyeramkan. Tapi terima kasih," gerutu Ard sembari tersenyum tipis dan mengambil minuman kaleng dari keningnya, sembari mengambil posisi duduk.

"Jangan begitu, sialan. Jarang-jarang aku memberikan pelayanan ini. Lagipula kau adalah klien yang berharga," balas Willy sembari tersenyum lebar dan meneguk minuman.

Dikala bersantai, Willy menanyakan Ard perihal Tahap Eksekusi sebelumnya. Dengan ekspresi terkejut, Ard balik bertanya dengan maksud Willy. Willy pun mengungkapkan, bahwa Ard memiliki kemampuan dalam menghindar. Namun, ia merasa heran karena Ard tidak menghindari serangan yang mudah dari Xion. Sembari tersenyum tipis, Ard membuka penutup kaleng dan tak menyangka dengan pertanyaan Willy.

Kemudian, Ard meneguk minuman tersebut dan mulai menceritakannya. Seusai bercerita, Willy terkejut karena Ard melakukannya demi siswa di belakangnya. Alasan lain Ard tak menghindar adalah karena ia tak ingin disebut sebagai orang yang mementingkan diri sendiri dibanding timnya.

Sembari tersenyum tipis, Ard mengungkapkan bahwa setiap ia membayangkan lemparan Xion yang memiliki nafsu untuk membunuh, mustahil untuknya dalam membiarkan mereka terkena serangannya.

"Lagipula kau sudah mengetahuinya, bukan? Jika dia membenciku hingga ke inti bumi," ujar Ard sembari tersenyum tipis.

"Hah~ kau benar-benar gila. Aku jadi ragu dengan cerita orang-orang tentangmu yang menjadi setan di masa lalu. Mereka hanya melihat dari satu sisi. Itu membuatku mual," keluh Willy sembari memainkan jari telunjuk kanan di tepi atas kaleng.

"Semua orang bebas dalam memiliki pandangan, kawan. Kau tak bisa mengatur hati dan pikiran mereka. Kau adalah manusia biasa yang hidup dalam sosial. Kau harus beradaptasi di dalamnya," tegur Ard sembari tersenyum tipis dan lanjut meneguk minuman.

Ketika Ard dan Willy sedang berbincang, Xion yang berada di balik pohon di belakang mereka, mendapati pandangan baru mengenai Ard.