Keesokan harinya, para warga masih banyak yang tertidur di jalan-jalan karena kekenyangan semalam. juga aku mengeluarkan beberapa wine yang kusimpan untuk digunakan saat pesta.
"ya.. ini lebih baik dari kemarin"
kemarin ekspresi semua orang sangatlah keruh sehingga saat pesta tadi malam mereka terasa seperti orang yang berbeda, pasti masih ada beberapa orang yang trauma, namun masih lebih baik dari kemarin.
*Dum *Dum *Dum.
hentakan kaki terdengar.
*teng *teng *teng *teng.
bunyi lonceng membangunkan seluruh warga. saat perbaikan kemarin aku juga menambahkan beberapa fitur pengembangan desa termasuk lonceng untuk keadaan darurat.
"Tuan leo! keadaan darurat! nona Sophia memanggil anda, dia sedang berada digerbang"
"baik, aku segera kesana"
aku segera berlari menuju gerbang dan disana berbaris beberapa orang dengan peralatan seadanya. beberapa membawa cangkul dan juga ada yang membawa garpu rumput. hanya satu yang pasti pada mereka, yaitu tekad yang membara Dimata mereka.
diantara mereka Sophia memimpin mereka.
"Sophia ada apa?"
Sophia menunjuk kearah gunung, disana ada banyak sekali monster, dari Goblin hingga Golem yang kuat terlihat.
"Yah... jumlah mereka setidaknya ada 100.000..."
aku menghitung jumlah mereka berdasarkan hasil dari Skill [Deteksi].
bagaimana, aku ingin melawan mereka?
bukan berarti aku tidak bisa membasmi mereka semua, hanya saja....
"kalian, basmi semua monster itu"
"""eh?"""
mereka terkejut dengan kata yang keluar dariku.
"maksudku kalian semua, dengan kekuatan kalian sendiri yang akan melawan mereka"
mereka masih terlihat bingung.
"maksud anda bagaiman tuan leo?"
seorang gadis bertanya dengan tanda tanya mengambang dikepalanya
"seperti kata orang, praktek lebih baik dari teori. [Dispel: kutukan]"
aku mengucapkan kata kunci salah satu skill milikku.
"baiklah, coba kau gunakan Sihir Api dasar, Fire"
aku berkata pada gadis itu
"ta-tapi, kami suku FireFox tidak bisa menggunakan sihir"
"coba saja dulu"
"u-um baiklah, Fire...!?"
dia terlihat terkejut saat melihat sebuah api kecil muncul dari telapak tangan miliknya.
"Apa aku masih bermimpi?!"
dia terlihat sangat bingung dengan keadaanya.
"yah, pokoknya. kumpulkan semua orang dan berkumpullah disini lagi. segera"
"B-baik!"
dia segera berlari dan mulai mengumpulkan warga.
setelah menunggu beberapa menit akhirnya mereka berkumpul.
"Baik, karena semua sudah disini. Hari ini, kalian akan melawan para monster disana!"
banyak dari mereka mulai ribut namun aku segera melanjutkan kata-kataku.
"Kalianlah yang akan melindungi desa kalian, akan melindungi desa milik kalian dengan kekuatan kalian sendirilah yang akan melindungi desa kalian! Monster-monster disana tidak akan segan pada kalian!. mereka tidaklah meremehkan kalian! mereka akan melawan kalian dengan sekuat tenaga! itu menandakan mereka tidak meremehkan suku yang dulu pernah dikenal dengan legenda Suku Penguasa Api! jadi, disini aku akan membuat kalian sekali lagi mengangkat nama Suku kalian.[Force Dispell:Kutukan]!"
mereka semua bersinar saat terkena mantra milikku. Dimata mereka tekad membara bisa dilihat dari pupil merah alami mereka.
"Sekarang, jumlah kalian adalah 100 orang. Jumlah musuh 200.000 tapi, jangan takut. karena Aku bersama kalian"
aku menyeringai dan akhirnya para monster mulai mendekat.
"Ayo! Siapkan Tekad Kalian!"
""""Ya!!!!""""
mereka meraungkan semangat perang sambil mengangkat tangan mereka kelangit.
"Saat Goblin atau monster lain mendekat, Tembakkan Peluru Api secara beruntun. jangan khawatir tentang Kekuatan Sihir, aku yang akan menyuplai"
"ya!"
mereka segera berbaris diatas dinding dan yang lain dibawah tembok.
"Tembak!"
*Tatatatatattata
Banyak Peluru api ditembakkan bagaikan hujan api.
"yah.. dengan ini level mereka pasti akan meningkat pesat"
aku memperhatikan banyak monster mulai berhenti bergerak.
monster rank C Ogre mati dalam sekali tembakan, seperti yang diharapkan dari Suku Penguasa Api.
Golem mulai maju untuk melindungi monster yang tidak memiliki pertahanan sihir.
wow.. strategi yang hebat. ini mungkin saja bukan hanya Gelombang Monster, kemungkinan ada monster cerdas dibelakang mereka.
"yah.. mungkin saatnya aku muncul"
Golem liar adalah monster rank C namun karena pertahanan sihir mereka mereka sangat merepotkan bagi beberapa Hunter.
aku melesat kearah Golem terdekat dan mengeluarkan belati dari dalam Item box dan mencincangnya dengan cepat.
[Belati Pembunuh]
Memberikan damage sebesar 10.000 dalam serangan pertama.
"haha, seperti yang diharapkan dari item KoA.
ini terlalu ngecheat"
aku segera melesat lagi kearah Golem lainnya.
kecepatan milikku kubatasi karena akan menghancurkan medan jika tidak. bayangkan, seperti batu yang dilemparkan dengan kecepatan lebih dari cahaya dan menabrak suatu planet maka dampaknya akan menghancurkan planet itu tanpa sisa. yah begitulah kira-kira.
semua Golem sudah kubasmi jadi akan aman.
•PoV Kiara(Gadis yang kutukannya pertama Dispell oleh leo)
"Wow.. seperti yang diharapkan dari tuan Leo. dia membelah Golem semudah mentega"
"yah.. juga dia masih sangat muda"
"hei, aku naik banyak level setelah membasmi mereka semua!"
"hm?aku juga. kau bagaimana Kiara?"
"yah.. aku sudah naik menjadi 32"
"wow! aku hanya 29.."
"haha! aku 30!"
mereka berdua adalah sahabat Kiara, Tiara dan Saria.
"Kalau begini, kita bisa belajar menggunakan sihir dengan mudah "
"ya, juga bukankah ini terlalu mulus? aku curiga"
"bukankah bagus jika mulus?"
"yah bagus sih.. tapi bukankah-!?"
seketika tekanan meningkat dan membuat mereka semua terkejut.
"apa...apa-apaan itu?"
Tiara menunjuk kearah gunung tempat monster berasal.
disana berdiri seorang gadis namun beberapa saat kemudian dia menghilang dan muncul tepat didepan tuan leo.
"tuan Leo! awas!"
aku berteriak namun, karena jarak yang jauh.
suaraku tidaklah sampai padanya. 'monster' tersebut sudah mencapai tuan Leo.
•Pov Leo•
*dam!
suara tanah terhempas terdengar diseluruh medan pertempuran.
disana ada seorang gadis berpakaian hitam dengan sayap kelelawar di pundaknya.
"hm? siapa kau?"
"dasar manusia sialan!! beraninya kau menggagalkan rencana ku!"
dia mulai menyerang lagi, tapi, menghindarinya sangatlah mudah.
karena penasaran aku terpaksa menggunakan [Bind] untuk menghentikan gerakannya.
"!? lepaskan! apa yang kau lakukan manusia sialan!"
siapa dia ini? dari sayapnya dapat dipastikan bahwa dia adalah ras iblis.
"Kau pasti ras iblis kan? biar kutebak, um Vampir pasti"
"aku tidak perduli!! cepat! lepaskan aku!"
"hei, jangan meronta-ronta seperti itu... hah... aku tidak ingin menggunakan ini tapi..[Intimidation]"
"!?"
seketika si gadis vampir akhirnya terdiam.
[Intimidation] adalah yang skill yang memberikan efek [Fear] pada targetnya.
target yang terkena status efek Fear cenderung terdiam dari pada pada efek status lain.
"huh. akhirnya dia terdiam"
aku memindahkannya dan meletakkan dia kembali pohon terdekat.
"mari kita habisi para Golem itu"
setelah menghabisi semua Golem, aku akhirnya membangunkan si vampir untuk diintrogasi.
"Jadi? kenapa kau ada disini?"
"kau pikir aku akan memberi tahu mu?! tidak akan!!"
"hah.. kau sungguh anak yang melelahkan ya.."
"hiih!?"
dia ketakutan karena mengira aku akan menggunakan kekerasan, tapi hal itu tidak lah efisien.
[Job card: Detektif]
aku menggunakan kartu detektif agar lebih efisien. Job detektif memiliki skill spesial yaitu [Pemaksaan] ini membuat mereka yang menjadi target mengatakan semua yang ditanyakan kepada nya tanpa sengaja.
setelah menggunakan job tersebut. interogasi menjadi lebih lancar.
ternyata dibalik rencana penaklukan. Raja Iblis lah dalangnya. dia mendengar rumor kalau disekitar desa Firefox ini sangatlah lemah dan keamanannya sangat rendah. jadi kemungkinan mereka menang jadi meningkat jika lewat sini daripada lewat jalur lain. juga raja iblis sudah mulai mempersiapkan pasukan untuk melawan sang pahlawan.
"yah.. terima kasih atas kerjasama mu. ini, sesuai janji aku memberikanmu sekantung darah segar"
darah ini adalah milikku. membuat dan memanipulasi darah sangatlah mudah dengan [Race card: penguasa vampir].
darah ini kusimpan saat event Helloween digame. karena tidak ada yang bermain game dan hanya beberapa orang saja yang bermain maka, game terasa seperti pusat eksperimen bagiku.
"wow!! darah apa ini!? sangat kuat! dan juga, sangat enak!!"
si gadis vampir mulai meminum darah yang kuberikan dengan suara aneh.
"hei, berhenti membuat suara aneh. juga, bagaimana sifat dari raja iblis?"
"hm? yah.. dia sangat berbeda dari raja iblis lain. dia ingin mengambil alih daerah ini karena dia ingin meningkatkan pasukannya tapi tanpa membebani masyarakat. dia bahkan berjanji hanya mengambil alih kota tanpa membunuh warga yang tak bersalah"
"jadi, mengapa kau membawa sangat banyak pasukan kemari?"
"itu agar para penduduk atau tentara disini menyerah dengan damai tanpa pertumpahan darah"
"dan, kenapa kau menyerang saat diperintahkan oleh raja mu untuk menaklukan tanpa pertempuran?"
"uh...yah... kau tahu... aku butuh darah... jadi..."
"hei, hadap kesini!"
dia mulai menoleh kearah lain untuk menghindari tatapanku.
dan tiba-tiba dia bersujud.
"Aku menyesal"
"he~ kau? menyesal? tapi entah mengapa aku tak yakin?"
"ya!! kumohon ampuni aku!!"
dia menangis dan mulai meronta-ronta seperti anak kecil.
"yah sudahlah. yang penting tidak ada korban jiwa"
"oh ya! namamu siapa? aku harus tahu nama dermawaan yang memberikanku darah kualitas tinggi ini"
"memuji-muji ku tidak merubah apapun kau tahu. namaku Leo dan kau?"
"namaku Claire Von Zepes. seorang bangsawan yang berasal dari keluarga Vampir"
dia menjabat tanganku.
"hei, kenapa kau tiba-tiba menjabat tanganku?"
"ah! kelepasan! maafkan aku!"
dia buru-buru menarik tangannya.
yah, pokoknya. desa sudah aman jadi, aku bisa puas pergi dari sini.
tapi sebelum pergi aku harus melakukan sesuatu dulu.
aku membawa Claire ke dapur umum untuk memberikan makanan dan meninggalkannya disana. ternyata orang-orang didesa ini sangat cepat menerima orang asing ya.. aku jadi khawatir.
aku segera menuju ke salah-satu rumah yang sudah diperbaiki. rumah ini adalah tempat tinggalku selama disini.
aku mengeluarkan beberapa buah bola kecil seukuran Bola kasti.
dan menanamnya dilantai batu.
kebetulan rumah ini berada dipusat desa.
setelah selesai menanamnya aku segera menguburnya kembali.
"huh... dengan ini aku tak perlu khawatir tentang pertahanan. saatnya bagian dinding"
setelah selesai menanam bola tersebut aku segera menuju ke tempat tembok berada.
aku pergi ke bagian Utara, tempat gerbang berada.
[Job card: Mechanical engineering]
aku merubah Job dan mendesain sebuah meriam serbu dengan panel yang muncul.
hingga sore hari.. akhirnya meriam selesai dipasang.
aku juga sekalian membersihkan area tempur dan memberikan barang yang bisa digunakan, seperti tanduk dan lainnya pada penduduk desa.
"wow.. apa ini? ini terlihat seperti meriam yang kulihat dibuku tapi ini ringan dan juga memiliki lubang yang banyak"
"ini adalah salah-satu pertahanan yang kubangun untuk desa"
"um... tuan Leo. apa anda hendak pergi?"
"hm? ya, aku tidak bisa tinggal disini terus. aku hendak melihat luasnya dunia. dan aku berjanji, aku pasti akan kembali kesini"
yang sedang bicara denganku adalah Kiara. dia sangatlah hormat padaku, Bahkan saat aku memprotes dipanggil tuan, dia tidak menyerah dan terus memanggilku tuan.
"Kiara. aku titipkan desa padamu ya. aku tahu kau yang terkuat didesa ini. gunakanlah kekuatanmu untuk melindungi desa"
level Kiara sudah mencapai 63. dia bahkan sudah mendapatkan versi upgrade dari sihir api yaitu Sihir Flame.
"ya! pasti! saya pasti akan menjaganya!"
dia menjawab dengan penuh semangat juang.
ya, aku tahu.. jika Kiara yang menjaganya maka pasti baik-baik saja.
"baiklah mari kita pulang, sudah hendak malam"
matahari yang bersinar jingga mulai menghilang diufuk barat. pertanda bahwa malam akan segera tiba.
aku segera pergi kembali kerumah dan berbaring.
"yah... setidaknya desa ini tidak lagi seperti pertama kali aku melihatnya"
saat aku Sampai didesa ini pertama kali. Aku menggunakan skill [Eye See Death] untuk melihat korban. dan aku melihat mereka sangatlah gelisah dan khawatir dengan kerabat mereka yang masih hidup. inilah yang menjadi salah satu alasanku ingin mempertahankan desa ini.
aku sangat tahu betapa sedihnya ditinggal oleh orang tersayang. itulah aku tidak ingin mereka berlarut-larut dalam kesedihan.
Dimata mereka saat aku pertama kali melihat Nadia, yang ada hanyalah tatapan kosong seorang anak yang kehilangan kebahagiaannya.
"huff... sudahlah mari kita tidur"
aku menghilangkan segala beban pikiran ku dan mulai tertidur.