Chereads / PERNIKAHAN 11 HARI / Chapter 13 - Pernikahan

Chapter 13 - Pernikahan

PERNIKAHAN

1 Agustus 2021

Aku ingin sekali setelah beberapa bulan bertunangan dengan Ananta, aku melangsungkan pernikahan itu, pernikahan yang sebenarnya aku tak sangka akan terjadi. Sebuah pernikahan sandiwara saja, pernikahan kontrak.

"Kalila, kamu sedang apa sih? Mikirin apa kamu itu? katanya mau menikah kenapa masih bengong saja." ucap Mamaku menegur diriku di ruang rias pengantin.

"Ma, aku kira pernikahan ini sangat membuat aku gugup sekali. karena ini kali pertama bagiku akan menikah dengan seseorang yang seperti Ananta. Menurut Mama apa pernikahan aku akan berlangsung lama dengan Ananta?" tanyaku sembari mengalihkan pembicaraan.

"Ananta anak yang baik menurut Mama. Jadi tidak salah jika ia menikahi anak perempuan Mama satu-satunya. Kamu kenapa tanya seperti itu Kalila? Ada apa? Coba ceritakan dulu masalah kamu sama Mama. Kalau memang ada sesuatu yang mengganjal di hati kamu bisa cerita sama Mama, jangan di pendam sendiri begitu. Nanti kamu jadinya stress dan tidak konsentrasi untuk menikah. Fokus saja pada hari bahagia kamu Kalila jangan pikirkan hal lainnya, paham." Pungkas Mamaku menasehati.

"Ma, terima kasih ya. Sudah menasehati aku dan juga memberikan aku semangat yang luar biasa untuk hari pernikahan aku ini. Makasih banget sudah menjadi orang yang sangat baik untukku. Maaf kalau Kalila punya salah sama Mama selama ini, tolong jangan pernah marah sama aku jika suatu saat pernikahan aku dan Ananta ada masalah besar dan membuat kami harus berpisah. Mama janji?" jelasku pada Mama sambil memegang tangannya dengan erat.

Tiba-tiba Mamaku terdiam, berpikir bahwa apa yang di katakan oleh diriku sangat tak wajar menurutnya itu sebabnya Mamaku termenung saat anak perempuannya berucap seperti itu.

"Mama sangat tidak menyangka jika kamu akan berkata seperti itu pada Mama, jangan suka berkata hal yang buruk untuk hidup kamu Kalila. Ananta adalah laki-laki yang baik hatinya. Mama yakin dia tidak akan menikah untuk main-main. Jadi kamu harus tetap bertahan apapun yang terjadi. Meski badai pernikahan akan datang Mama harap kamu tidak akan pernah meminta bercerai pada suami kamu kelak. Paham!" ucap Mamaku.

"Ma, aku tidak tahu harus berkata apa lagi pada Mama dan juga Papa tapi aku harap pernikahan ini benar-benar bisa bertahan atau mungkin akan kandas di saat waktunya sudah habis." Tuturku dengan sorot mata yang sedih pada Mamaku.

"Mama nggak ngerti jalan pikiran kamu Kalila. Mau menikah hari ini tapi kenapa pikirannya malah keperceraian, belum juga nikah masa mau bercerai setelah itu, sebenarnya ada apa sama kamu Kalila, ceritakan kalau ada masalah sama Ananta kalian harus bicara dengan baik-baik jangan sampai berpisah hanya karena hal sepele. Apa hari ini kalian ada ribut besar?" tanya Mamaku sambil memelukku dengan erat.

"Ma, aku sebenarnya ingin cerita suatu hal sama Mama tapi ini sangat berat untuk Kalila katakan sama Mama jadi maaf aku tak bisa ucapkan sekarang." Celotehku sambil terdiam dengan sorot mata sedihku.

Tiba-tiba pintuk ruangan rias terketuk oleh seseorang dengan keras.

TOOK... TOOK... TOOK...

"Permisi, boleh saya masuk?" tanya seseorang dari balik pintu ruangan tempat aku sedang di rias.

"Masuk saja, pintunya tidak di kunci." Sahutku dari dalam ruangan sambil menghapus sedikit air mata yang tak sengaja jatuh di pipiku.

"Maaf, saya perias pengantinnya. Tadi datangnya agak telat soalnya saya terjebak macet, tapi untunglah bisa datang tepat waktu sekarang. Tolong jangan marah sama saya ya mbak?" ucap wanita paruh baya itu padaku.

"Iya, tidak apa-apa mbak, saya tidak akan marah. Lagi pula acara pernikahan saya belum di mulai. Silakan rias sekarang saja, untuk menghemat waktu." Ujar Kalila sambil tersenyum manis pada perias pengantin itu.

"Oh ya, saya nama saya Kadek Ayu. Perias pengantin khas Bali. Sekarang bisa saya lanjutkan pekerjaan saya untuk merias wajah mbaknya?" tanya Kadek Ayu padaku.

"Tentu, silakan mbak Kadek Ayu. Kalau saya namanya Kalila Hara. Panggil saja Kalila. Wedding Organizer yang saya sewa memilih mbak Kadek Ayu untuk merias saya, terima kasih ya sudah bersedia jadi perias pengantin saya." Ungkapku dengan nada suara bahagia sambil tersenyum.

"Eh, jangan bilang terima kasih sama saya mbak. Justru saya yang berterima kasih sama Wedding Organizer yang sudah bersedia memilih saya sebagai perias pengantinnya seorang anak pengusaha sehebat Putra Group. Siapa yang tidak tahu tentang Beni Syahputra pemilik dari Putra Group yang memiliki anak cantik seperti mbak Kalila." Jelasnya sambil memancarkan aura bahagia sekali karena bisa merias wajahku.

"Mbak ternyata tahu juga tentang Papa saya ternyata ya. Hebat Beni Syahputra sampai perias pengantin saja tahu namanya. Kalau begitu saya tidak perlu menceritakan tentang siapa saya tadi, karena mbak Kadek Ayu sudah tahu lebih dulu. Tapi saya senang sih, karena keluarga saya di tahu sama banyak orang. Makasih." Pungkasku.

Percakapan antara aku dan Mama seketika terhenti saat perias pengantin ini datang padaku. Membuat kesedihanku berubah menjadi sangat manis. Entah mengapa aku sedikit lebih berani dan siap untuk melangsungkan acara pernikahan ini dengan Ananta. Lelaki yang sudah aku pilih untuk menjadi suami kontrakku untuk sebelas hari saja.

"Ayolah Kalila Hara Syahputra kamu harus siap untuk menjadi istri dari Ananta. Lelaki yang sudah kamu pilih walau itu hanya sementara saja." gerutuku dalam hati.

"Kamu sedang apa?" tanya Ananta lewat pesan WhastApp.

Aku diam sejenak berpikir tentang harus apa dan bagaimana untuk bersikap pada Ananta yang sebentar lagi akan menjadi suami aku. Tapi setidaknya hatiku perlu ketenangan tapi rasanya sangat sulit sekali untuk tenang karena sedikit saja ada pergejolakan batin tentang Ananta. Di satu sisi hatiku senang karena mau menikah tapi di sisi lain hatiku sangat takut jika nanti setelah 11 hari pernikahan antara aku dan Ananta akan berakhir dengan perpisahan yang sangat menyedihkan.

Aku takut akan ada hati yang terluka parah, hati yang remuk karena di tinggal orang yang sangat di cintainya. Tapi di saat pikiranku kearah ketakutan akhirnya aku memutuskan untuk konsisten sesuai dengan sikap aku di awal tadi bersama dengan Ananta bahwa ini hanya sandiwara saja dan aku membayar Ananta dengan harga yang sangat mahal sekali untuk bersedia menikahi diriku dan oleh itu aku tak perlu di bawa perasaan terlalu dalam pada Ananta yang jelas-jelas hanya ingin hartaku saja.

"Aku sedang di rias wajahnya oleh perias pengantin. Kenapa?' balasku di pesan WhatsApp sambil berusaha menenangkan hati dan pikiranku.

"Kamu kenapa balas pesan aku judes banget? Lagi marah sama aku?" tanya Ananta padaku.

"Aku nggak marah sama siapapun. Sudah kamu fokus aja dengan rencana pernikahan kita. Jangan ganggu aku dulu. Aku masih mau di rias wajahnya." Sahutku lewat pesan WhatsApp.

"Siapa yang WhatsApp mbak?" tanya Kadek Ayu padaku.

"Oh, ini calon suami saya. Si Ananta. Dia tanya saya sedang apa." Jawabku pada perias pengantin itu sambil sedikit menyunggingkan senyum di wajah.