Hari Kedua Setelah Pernikahan
Malam itu aku tak pernah melakukan hubungan suami istri dengan Ananta. Kami hanya sebatas sandiwara saja dengan Ananta. Pernikahan yang sering di warnai dengan pertengkaran membuat hubungan kami berdua semakin hambar saja rasanya tak karuan.
Malam kedua setelah pernikahan Ananta masih saja tidur di kamar yang berbeda denganku. Seperti ada dinding yang membatasi kami. Sikap Ananta yang mulai terlihat perlahan-lahan menyadarkan aku untuk tidak melakukan sesuatu yang justru akan menghancurkan hidupku kelak.
Dan pagi ini aku sudah terbangun lebih awal. Karena jujur rasanya sangat gelisah, memikirkan sikap Ananta yang mulai kasar padaku. Bahkan ingin mengadukan segalanya pada Papa dan juga Mamaku. Apa mungkin aku sudah salah menilai sikap Ananta selama ini. Ku kira baik hatinya ternyata hanya ingin uangku saja.
Tak butuh waktu lama untuk tahu sikap Ananta, baru dua hari menikah kini sudah terpancar jelas bagaimana peringainya yang sebenarnya. Mau di kata apa lagi, segalanya sudah terlanjur terjadi. Mau membatalkan pernikahan tapi sudah terjadi pernikahan ini. Yang sebenarnya aku sendiri tidak menghendaki hal tersial ini terjadi pada hidupku.
Rasanya terjebak di rencana sendiri. Aku masih murung di dalam kamarku seorang diri sambil menitikan air mata kesedihan di atas ranjangku yang empuk. Bagaikan putri raja yang kaya raya. Namun hatiku meringis kesakitan. Menahan pedihnya pernikahan yang sebenarnya aku sesali.
Tiba-tiba...
"Buka pintunya Kalila... ayo cepat!!!" suara itu terdengar begitu keras dari balik pintuku sungguh sangat menakutkan untukku dengar.
"Ada apa?" tanyaku gemetar.
"Sudah buka saja pintunya. Mengapa lama sekali! jika kamu tidak juga membuka pintunya aku akan dobrak dengan sangat keras. Bagaimana?" ancam Ananta padaku sambil terus saja mengetuk pintu dengan keras.
"Tunggu!" sahutku, sambil segera menuju pintu kamarku.
Saat aku mulai membuka pintu kamarku ternyata Ananta sudah berdiri dengan tatapan wajah sangarnya. Sebelumnya aku tak pernah melihat tatapan wajah seperti itu dari Ananta.
Sambil berkacak pinggang Ananta mengatakan sesuatu padaku dengan nada bicara yang sombong sekali. membuat aku tak habis pikir dengan tabiatnya yang berubah drastis. Semenjak pernikahan.
"Aku sangat lapar, jadi tolong buatkan aku sarapan pagi ini. Oh ya, hari ini aku akan berangkat kerja ke toko buku seperti biasa. Jadi tolong sebelum aku berangkat kerja kamu sudah siapkan sarapan aku di meja. Mumpung sekarang masih jam 5 pagi, kamu siap-siap saja sana. Dari pada telat buatkan aku sarapan." Pungkas Ananta padaku dengan sinisnya.
"Ini masih sangat pagi. Matahari saja belum bangun. Kenapa harus aku yang buatkan kamu sarapan Ananta. Lagi pula ada pembantuku di rumah ini. Tinggal suruh pembantu aja kok repot banget." Sahutku ketus sambil berkacak pinggang juga membalas sikap Ananta yang mulai kurang ajar padaku.
"Aku nggak mau di masakin sama pembantu. Yang aku mau itu istriku yang buatkan aku sarapan. Jadi kamu itu istriku sekarang, jadi sudah tanggung jawab kamu untuk siapkan masakan untuk suami kamu ini. Jangan membantah bisa nggak sih!" tutur Ananta yang mulai semakin kasar padaku.
Aku hanya bisa menarik napas panjang sambil menatap dengan sebal semua ucapan dari Ananta kali ini, aku tidak akan memaafkan Ananta. Lihat saja balasanku nanti. Akan aku buat menyesal sudah berani menyuruhku sebagai pembantu untuk memasakan makanan untuk laki-laki brengsek ini. Gayanya sangat sok sekali. menyebalkan!
"Apa yang kamu lihat Kalila? Apa sekarang kamu baru menyadari wajahku ini sangat ganteng, itu makanya kamu terus saja melotot. Nanti kamu akan jatuh cinta sama aku Kalila. Lihat saja. beberapa hari kita menikah aku yakin kamu akan benar-benar mencintaiku." Ucap Ananta sambil tersenyum licik padaku.
"Nggak akan pernah terjadi hal itu Ananta. Sampai dunia ini kiamat, aku nggak sudi mencintai lelaki brengsek seperti kamu. Sangat menyebalkan sekali, mencintai manusia liar yang nggak tahu diri." Pungkasku sambil berkacak pinggang.
"Sudah, terima saja takdir kamu itu Kalila. Jangan banyak mengeluh, nanti benaran lagi kamu itu jatuh cinta sama aku. Ayo buatkan aku makanan untuk pagi ini. Aku sangat lapar sekali. Sudah tidak bisa menahan lagi." Tutur Ananta.
"Kalau aku nggak mau gimana? Apa yang akan kamu lakukan padaku?"tanyaku dengan nada suara yang sebal.
"Baiklah aku akan bilang sama Papa dan juga Mama kamu?" sahut Ananta membuatku semakin sebal saja.
"Ah, kamu itu hanya bisa mengancamku tentang perjanjian kita saja. dikit-dikit mainannya ingin bilang sama Papa dan juga Mamaku. Dasar licik!" tegasku.
"Ya, bagaimana lagi. Hanya itu yang bisa aku lakukan saat ini untuk mengendalikan kamu supaya mau menurut denganku. Jika tidak aku yakin kamu pasti tidak akan mendengarkan aku." Tutur Ananta lagi.
"Baiklah aku menyerah untuk kali ini. Aku akan buatkan kamu sarapan. Kalau begitu kamu pergi saja mandi, nanti aku siapkan. Lagi pula ini masih sangat pagi. Matahari saja masih tidur." Sahutku.
"Oke." Jawab Ananta singkat dan kemudian pergi meninggalkan diriku sendiri.
Dasar menyebalkan sekali. gerutu dalam hati namun apa daya rasanya percuma saja jika seperti itu. karena tidak akan membuat aku lebih baik. Rasanya kepalaku sangat ingin meledak aja memikirkan tentang Ananta yang kini banyak tingkah.
Aku langsung menuju ke dapur menyiapkan sarapan untuk Ananta. Yang aku tahu cara membuat telur goreng aja jadi aku buatkan itu saja untuk Ananta. Entah dia suka ataupun tida, itu tidak masalah yang penting rasa masakan yang aku buat cukup enak dan lezat.
Terserah jika nanti dia perotes gara-gara menu yang aku buat tidak ada rasanya atau menurut dia nggak enak aku tidak peduli lagi. Yang penting aku sudah buatkan menu sarapan yang aku tahu caranya saja.
Tak terasa kini sudah jadi telur gorengku untuk Ananta. Dan matahari juga mulai muncul. Sedikit pagi yang menyebalkan untukku, tapi tidak apa-apa lagi pula ini kan kehidupan, mau tidak mau itu yang aku buatkan untuk Ananta.
"Ananta, sarapannya sudah jadi. Aku taruh di meja makan. Kalau sudah selesai mandi langsung sarapan. Aku nggak peduli lagi kamu mau marah atau tidak. Yang pasti nanti aku akan langsung tidur lagi, soalnya masih ngantuk." Pungkasku dengan ketus.
Ananta tak menjawab sama sekali ucapanku ini hanya bergeming. Aku sangat heran mengapa Ananta sangat menyebalkan sekarang. Apa mungkin ini sikap aslinya Ananta yang belum aku ketahui selama ini yang ia sembunyikan dari wajah tampannya itu. dasar bunglon, bermuka dua.
"Iya taruh saja sarapan aku di meja makan. Jika kamu masih ngantuk tidur saja lagi sana." Pungkas Ananta menyahut dengan sok belagak seperti suamiku yang baik.
Setelah aku tahu jika Ananta telah mendengar ucapanku, aku langsung kembali ke kamarku untuk lanjut tidur, karena sungguh mataku sangat mengantuk. Bangun sangat pagi di jam 5. Membuat aku ingin tidur lagi setelah banyak bicara dengan Ananta suami palsuku itu. Sok baik dan kadang sok peduli. Sangat menyebalkan.