Chereads / PERNIKAHAN 11 HARI / Chapter 8 - Terjebak Keadaan

Chapter 8 - Terjebak Keadaan

Terjebak Keadaan

9 Mei 2021

"Makan yang banyak ya, Ananta! Jangan sungkan. Tante sudah siapkan banyak makanan untuk menyambut kedatangan kamu ke rumah kami. Senang banget, tahu kalau Kalila sudah punya pacar. Apalagi pacarnya Kalila ganteng banget. Cocok untuk dijadikan calon mantu idaman." Pungkas Mamaku sambil terus saja tersenyum menatap kami berdua.

Aku merasa jenuh dengan keadaan yang serba menyebalkan seperti ini. Ananta merasa aku bohongi masalah usiaku yang sudah tak muda lagi. Sedangkan aku sendiri harus membohongi Papa dan juga Mamaku. Tapi aku terpaksa melakukan ini, jika tidak aku yakin, pernikahan yang mereka inginkan akan terus saja dipaksakan.

Situasi ini sungguh membuat aku tertekan, harus apa dan bagaimana? Tatapan sinis dari mata Ananta sangat kuat, menunjukan kekecewaan yang teramat dalam. Aku merasa bahwa keadaan sedang menjebak diriku dan keluargaku ini sudah membuat aku terpaksa harus bersandiwara soal percintaan dan hubungan yang palsu belaka.

"Pokoknya, setelah selesai sarapan ini. Aku akan mengatakan segala yang ada di isi hatiku padamu Kalila. Aku sangat tak suka dengan sandiwara kita berdua ini. Setiap hari aku membayangkan bagaimana hidup kamu di temani dengan orang tua yang sukanya memaksa. Tak beda jauhlah sama sikap kamu Kalila yang sama-sama suka memaksa aku." Tutur Ananta sambil berbisik di telinga Kalila.

"Terserah kamu mau bicara apa saja padaku. Aku tahu, jika keadaan ini sudah menjebak kamu dan aku di dalam keluargaku yang menyebalkan sekali. aku minta maaf, tapi tolonglah jangan berbisik dulu. Nanti kalau Papa dan juga Mamaku curiga bisa bahaya. Redamkan sedikit emosi kamu padaku Ananta. Nanti saja kamu marahnya sama aku setelah selesai sarapannya. Jika sekarang kamu marah aku yakin ini tak tepat waktunya." Celoteh Kalila sambil berbisik pada Ananta di telinganya.

Ananta yang sudah merasa sangat kesal bahkan sudah mencapai kemarahan pada situasi yang sangat menyebalkan antara harus tetap duduk dan menikmati sarapan pagi ini bersama Papa dan juga Mamanya Kalila. Ananta masih sedikit ragu untuk bergerak gegabah. Dia masih diam saja dan duduk seakan menikmati masakan dari Mamanya Kalila. Walaupun di dalam hatinya Ananta sangat tak nyaman di sudutkan berbagai kebohongan oleh Kalila.

Meski Ananta di sewa hanya sebagai Pacar sewaan namun tetap saja Ananta merasa tak enak hati jika harus terus menerus berbohong pada Papa dan juga Mamanya Kalila yang tampak sangat bahagia sekali saat tahu anaknya yang bernama Kalila itu mempunyai pacar yang menurut mereka sangat ganteng dan juga hebat karena bekerja sebagai pembisnis.

Dalam hati Ananta bertanya-tanya dalam hatinya untuk apa Kalila menyewa dirinya? Padahal jika dilihat-lihat Kalila masih sangat cantik meski katanya usianya sudah 35 tahun. Ananta saja tak menyangka jika usia Kalila sudah 35 tahun. Ia berpikir bahwa Kalila masih sama dengan dirinya.

"Kamu berpikir tentang apa Ananta?" tanya Kalila sambil menyenggol tangan Ananta yang sedang termenung seakan memikirkan sesuatu yang berat saja.

"Eh, tidak ada kok! Aku baik-baik saja. Tak ada masalah yang berarti. Ayo di habiskan sarapannya." Ucap Ananta sambil berpura-pura memasang senyum lebar meski hatinya sendiri merasa kecewa pada Kalila.

"Kapan kalian mau menikahnya?" tanya Papa secara mendadak.

"Apa? Pernikahan?" ucap Ananta yang terkejut.

"Iya. Om sudah lama sekali tak mendengar anak kesayangn Om itu punya pacar. Itu sebabnya Om berharap ada kabar bahagia yang datang untuk Kalila. Kamu mau menikah dengan Kalila?" tanya Papaku pada Ananta.

"Tidak begitu Pa. Aku harap Papa tidak memaksa Ananta untuk segera menikahi aku. Kalila sudah pernah bilang sama Papa. Kalau Ananta itu masih sibuk sama bisnisnya. Masalah pernikahan jangan di bahas ya. Kasihan Ananta kalau terus di tanya kapan nikahnya. Please, Papa sama Mama tolong mengerti keadaan aku ini." Tuturku pada orang tuaku.

"Papa tidak memaksa Ananta untuk segera menikahi kamu Kalila. Hanya saja Papa Cuma penasaran saja, kapan kamu di pinang? Bukannya sudah lama pacaran? Masa sih, nggak mau meresmikan hubungan secara sah. Papa sudah tak sabar menunggu kabar bahagia bisa datang dari kamu Kalila." Ucap Papaku sedih.

"Ehem! Begini Om. Saya tidak berani janji untuk pernikahan. Karena saya masih sibuk bekerja saja. Lain kali saja Om. Di bahas soal pernikahan. Saya sudah selesai sarapannya. Kalau begitu maaf Om dan Tante. Saya pamit pulang ya." Celoteh Ananta yang segera berdiri dan bersalaman pada Papa dan juga Mamaku.

Kalila merasa sangat tak enak hati pada Ananta. Seharusnya tak berpikir soal menyewa Ananta sebagai pacar sementara saja. namun apa boleh buat, itu semua di lakukan Kalila hanya untuk menyelamatkan dirinya dari paksaan Papa dan juga Mamaku. Tapi aku sudah membuat Ananta sangat kecewa dan sedih. Bahkan Ananta segera berjalan dengan cepat ke luar rumahku.

"Ananta!" panggilku dengan keras.

Namun sayngnya, Ananta tak mau berhenti juga. Ia terus berjalan dan meninggalkan aku dengan cepat. Aku tak habis pikir bahwa Ananta sangat marah padaku hanya karena situasi yang menjebak seperti ini. Aku memaksa Ananta untuk menjadi pacar sewaanku, tapi apa boleh buat itu hanya sandiwara namun berujung kesialan seperti ini. Ananta di tanya kapan mau menikahi aku pasti itu membuatnya gelisah. Karena tak mungkin akan menikahi aku secara nyata. Karena hubungan kita hanya sandiwara. Pura-pura bukan sungguhan.

"Ananta!" panggilku lagi dengan keras dan akhirnya Ananta mau berhenti sejenak.

Aku segera menghampiri Ananta dan bertanya soal kenapa ia marah seperti itu padaku. Aku tahu jika keadaan seperti menjebaknya. Tapi aku tak bermaksud untuk menjebak Ananta dalam situasi yang sangat tak menyenangkan itu.

"Ananta, kamu marah sama aku?" tanyaku dengan heran.

"Tidak, aku tak mungkin marah sama kamu Kalila. Hanya saja aku merasa terkejut dengan usia kamu yang sudah mencapai 35 tahun. Apa kamu tahu berapa usiaku sekarang Kalila?" tanya Ananta dengan heran.

"Memangnya berapa?" tanya penasaran.

"Usiaku baru saj 28 tahun. Kita berdua terpaut usia yang cukup jauh yaitu 7 tahun lebih tua kamu Kalila dan pantasnya aku tak menyetujui hubungan sandiwara kita berdua ini. Aku merasa terjebak sendiri." Pungkas Ananta pada Kalila.

"Oke, aku tahu usia kita berbeda jauh. Aku tahu kamu brondong bagiku. Dan aku minta maaf jika belum bisa berterus terang padamu dari awal. Kalau usiaku sudah sangat dewasa bukan lagi remaja ataupun perempuan yang seusia dengan kamu Ananta. Aku mohon maaf, jika kamu tak nyaman denganku ini. Please, jangan marah lagi padaku." Celotehku pada Ananta.

"Harus aku akui, aku ini hanya berondong bagi kamu Kalila. Tak sepantasnya aku yang kamu jadikan pacar sewaan. Lebih baik kamu cari saja lelaki yang lain. Yang usianya sepadan dengan kamu Kalila yang sama-sama dewasa dalam berpikir bukan aku yang masih 28 tahun. Mungkin orang tua kamu mengira usia kita sepadan, tapi kenyataannya usia kita terpaut jauh sekali. aku harap kamu mengerti makud aku ini." Ungkap Ananta sambil berpaling wajahnya dariku.

"Aku tahu kamu sangat marah padaku, atau kecewa dengan kenyataan bahwa aku jauh lebih tua dari kamu Ananta. Tapi ini hanya pacaran sandiwara. Bukan sungguhan. Jadi tak perlu khawatir apapun lagi. Aku janji ini hanya sehari saja dan besoknya kamu tak perlu datang lagi ke rumahku untuk bersandiwara menjadi pacarku." Jelasku dengan suara yang lembut.

"Aku harus kembali bekerja lagi Kalila jadi maaf, sekarang aku pulang ya. Lain kali saja kita berbicara lagi. Oh ya, tolong kamu jangan ganggu aku lagi. Cari saja laki-laki yang lain untuk kamu jadikan pacar sewaan. Aku hanya ingin fokus bekerja saja. paham!" tutur Ananta pada Kalila sambil berlalu pergi meninggalkan rumah Kalila.