Chereads / PERNIKAHAN 11 HARI / Chapter 7 - A Kedatangan Ananta

Chapter 7 - A Kedatangan Ananta

Kedatangn Ananta

9 Mei 2021

TING TONG...

Bunyi bel pintu rumah Kalila. Sontak saja aku segera berlari menuju pintu gerbang untuk memenui seseorang yang ada di luar. Entah mengapa firasatku berkata bahwa di luar sana ada Ananta yang sedang menunggu aku untuk segera membukakan pintu gerbangnya. Dan benar saja di sana ada Ananta berdiri menunggu aku untuk membuka pintu.

"Ananta! Benar kamu ini sudah datang?" tanyaku dengan heran.

"Ehem! Bisa tidak buka saja pintu gerbang kamu ini. Iya ini aku Ananta pacar sewaan kamu. Jadi tolong di percepat dikit buka pintunya. Aku heran sama kamu ini. Tidak bisa di kasih kejutan. Sampai meotot begitu matanya lihat aku datang." Pungkas Ananta dengan sangat heran pada Kalila.

"Aku suka dengan semua yang kamu lakukan untuk diriku Ananta, tak aku sangka kamu benar datang ke rumahku untuk sarapan pagi." Tutur Kalila yang segera membuka pintu gerbang rumahnya.

Saat Kalila membuka pintu gerbang rumahnya. Ananta sangat heran dengan Kalila sampai berkata seperti ini:

"Kalila, rumah kamu super besar, mewah dengan halaman yang luas. Kamu juga sangat cantik. Kenapa perlu cari pacar sewaan seperti aku ini? Apa tidak ada yag suka sama kamu dengan sungguhan?" tanya Ananta padaku dengan wajah heran.

"Bagaimana ya! Aku sendiri saja tak tahu kenapa sampai sekarang tak bisa jatuh cinta pada laki-laki lagi setelah kejadian yang pahit itu. ah! Nagapain jadi curhat sama kamu Ananta. Nanti malah ngomel sama aku. Karena sudah buang-buang waktu kamu yang super sibuk Pak Manager Toko Buku." Ledekku sambil mengajak Ananta untuk segera masuk ke dalam rumah.

"Eh, siapa ini? Astaga! ganteng sekali. Mama di kenalkan dong Kalila sama cowok seganteng ini!" pungkas Mamaku sambil tesenyum lebar.

"Iya Papa juga dong Kalila. Masa nggak di kenalkan sama cowok ganteng dan muda gini. Aduh Papa senang banget bisa lihat kamu bawa cowok keren ke dalam rumah. Siapa namanya?" tanya Papaku sambil tersenyum bahagia.

"Aduh, tenang aja Pa dan Ma. Kenalkan ini pacar Kalila namanya Ananta. Kalian bisa juga panggil Nanta. Terserah ya, bagaimana nyaman aja. Boleh pacar Kalila duduk nggak?" ucapku pada Papa dan juga Mama.

"Oh ya, tentu boleh dong sayangku. Masa calon mantu nggak boleh duduk nanti kasihan kakinya pegal berdiri terus. Ayo Ananta silakan duduk saja sesuka hati kamu. Om dan Tante senang sekali akhirnya anak Tante ini bawa calon suami pulang ke rumah. Tante pikir Kalila bakalan ngejomblo sampai tua. Maklum usianya sudah 35 tahun." Tutur Mamaku yang membuat Ananta terkejut dan melotot melihat diriku karena terkejut mendengar usiaku tadi.

"Apa Tante? Usia Kalila sudah 35 tahun? Tante nggak sedang bercandakan sama Ananta?" tanya Ananta dengan wajah terkejutnya yang tak mampu lagi di sembunyikan.

"Iya, anak Tante si Kalila memang usianya 35 tahun. Ada apa ya? Kok mukanya kaget gitu, masa usia pacar sendiri nggak di tahu sih! Ah, ngelucu aja kamu." Celoteh Mamaku dengan guyonannya.

Dalam hati Kalila sangat kesal pada Mamanya karena sudah keceplosan bilang pada Ananta kalau usianya sudah 35 tahun. Yang ada malah Ananta akan terkejut. Lagi pula dari awal Ananta tak pernah tanya secara detail soal usiaku jadi aku rasa tak perlu berkata secara terus terang.

"Kalila, jadi usia kamu sudah 35 tahun?" bisik Ananta bertanya padaku dengan heran.

"Iya, aku sudah berusia 35 tahun. Tapi aku harap kamu tak keberatan untuk itu. Aku mohon jangan terkejut seperti baru tahu usiaku di depan Papa dan juga Mamaku. Please, sembunyikan keheranan kamu itu Ananta. Nanti saja kita bahas masalah usiaku yang sudah beranjak 35 tahun. Ada apa memangnya jika aku usianya 35 tahun. Lagi pula kita ini Cuma pacar sewaan. Bukan pacaran benaran. Jadi tidak masalah untuk itu." ucapku sambil berbisik pada Ananta.

"Tapi tetap saja, aku perlu tahu kenyataannya. Kalau tahu usia kamu setua itu mungkin aku dari awal sudah nolak permintaan kamu untuk jadikan aku sebagai pacar sewaan. Apa kamu tahu usia aku ini berapa?" ucap Ananta pada Kalila.

"Memang berapa usia kamu? Palingan usia kita seumuran. Nggak jauh bedalah! Udah jangan banyak bacot kamu Ananta. Bersandiwara saja sesuai peran kamu saat ini untu jadi pacar sewaan aku. Jangan ngomong yang macam-macam lagi. Nanti Mama atau Papaku dengar tentang percakapan kita berdua itu sangat bahaya." Pungkas Kalila pada Ananta sambil berbisik lirih di telinga Ananta.

"Oke, kita akan selesaikan masalah ini nanti. Setelah aku selesai makan pagi di rumah kamu. Jujur aku seperti terjebak pada keluarga aneh seperti kamu Kalila. Menyebalkan sekali!" ujar Ananta dengan suara yang agak di pelankan namun sebenarnya Ananta sangat marah pada Kalila karena sudah membohongi dirinya.

"Kalian berdua sedang apa sih? Kok makan bisik-bisik? Ayo di santap dulu sarapannya. Nanti dingin pastinya nggak enak. Ayo sarapannya di habiskan saja. Jangan di bengongin begitu. Mama senang sekali kalau kamu bisa makan pagi ini di temani sama pacar yag ganteng seperti Ananta. Mama salut sama kamu Kalila bisa dapatkan cowok yang keren." Pungkas Mamaku sambil mengunyah makanannya.

"Ah, Mama! Bisa aja memuji pacar aku yang ganteng ini. Makasih ya, Ma! Tanpa kalian berdua aku tak bisa makan di temani sama pacar yang ganteng seperti Ananta. Aku sangat suka dengan momen ini, sangat jarang terjadi. Apalagi aku baru mengalami kecelakaan dan sekarang bisa di temani oleh Ananta rasanya bahagia luar biasa." Tuturku pada Mama sambil memasang senyum terpaksa di wajah.

"Iya Tante, saya sangat senang sekali bisa di ajak makan pagi di rumah Kalila. Maaf ya, kalau saya jarang bisa mengunjungi keluarga Kalila karena sibuk bekerja." Celoteh Ananta pada Papa dan juga Mamaku.

"Oh ya, Om penasaran sama pekerjaan kamu Ananta. Katanya kamu itu pembisnis ya? Kalau boleh tahu bisnisnya itu bergerak di bidang apa?" tanya Papaku pada Ananta.

Seketika saja pertanyaan itu membuat Ananta terkejut bukan main. Harus jawab apa lagi kali ini. Haruskah berbohong untuk yang kesekian kalinya pada orang tua Kalila. Padahal dirinya hanya bekerja di toko buku sebagai Managernya. Bukan bekerja sebagai pembisnis. Kali ini kepala Ananta terasa sangat sakit sekali dengan pikiran yang mulai mengganggunya.

"Ananta bekerja sebagai pembisnis properti, bisnis kuliner, bisnis yang lain-lain juga banyak kok Pa, Ma! Jadi jangan di tanya lagi ya. Soalnya Kalila malu sama Ananta jika orang tuaku terlalu matrealistis soal pekerjaan dan harta. Jadi kalila mohon agar Papa dan juga Mama jangan tanya soal pekerjaan Ananta lagi ya. Please!" tutur Kalila yang berusaha meyakinkan Papa dan juga Mamanya.

Ananta hanya bisa terdiam sambil mengunyah makanan yang sedang ia cicipi. Sambil menelan pahitnya sandiwara yang sedang ia jalankan bersama Kalila. Tak di sangka ia terjebak di situasi seburuk ini sangat mendebarkan jantung Ananta.

"Kamu berbohong apa lagi Kalila pada Papa dan juga Mama kamu. Aku bukan pembisnis properti, bukan juga pembisnis kuliner. Astaga! aku heran dengan kelakuan kamu Kalila. Sekarang aku harus bersandiwara lagi menjadi orang kaya di depan Papa dan juga Mama kamu begitu mau kamu?" ucap Ananta dengan wajah kesalnya. Sambil berbisik pelan di telinga Kalila.

"Iya, kamu benar sekali. Aku bersandiwara pada Papa dan juga Mamaku. Aku berbohong pada mereka tentang pekerjaan kamu Ananta. Tapi mana mungkin aku katakan yang sebenarnya pada mereka kalau kamu hanya pegawai toko buku. Jabatan kamu hanya manager dan itu bukan sesuatu hal yang membanggakan untuk aku katakan pada Papa dan juga Mamaku. Jadi maaf, aku harus berbohong lagi demi meyakinkan orang tuaku itu." jelasku pada Ananta.

Tampak wajah Ananta semakin kesal di buatnya. Merasa di bohongi berkali-kali oleh Kalila membuat Ananta merasa enggan untuk berdebat lagi pada Kalila dan rasanya ingin sekali cepat pergi dari rumah keluarga aneh ini. Ananta mencoba menahan diri agar tak bersikap arogan ataupun membuat Kalila malu di depan Papa dan juga Mamanya sendiri.