Bunuh Diri
Kalila berusaha untuk menahan rasa stress dalam hatinya namun tetap saja tak berhasil. Kalila benar-benar tertekan dengan semua ucapan dari Papanya yang akan mencarikan jodoh untuk Kalila secepat mungkin. Karena tak tahan lagi dengan semua derita yang Kalila rasakan maka terpaksa jalan satu-satunya Kalila mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
"Sepertinya aku harus lakukan ini, jika tidak Papa dan Mama akan terus menerus memaksa aku untuk segera menikah. Aku harus bunuh diri. Mungkin itu cara satu-satunya agar tak lagi merasakan tekanan." Guman Kalila dalam hatinya.
Kini Kalila segera bergegas berdiri menuju kamar mandinya. Mecari-cari sesuatu yang bisa digunakan untuk bunuh diri. Tapi selama mencari-cari sesuatu ada terbesit pikiran bahwa dengan minum racun akan membuat dirinya mati dengan cara konyol.
Segera mungkin Kalila pergi ke lantai bawah. Dengan cekatan memutuskan untuk mengendarai sebuah mobil meninggalkan rumahnya. Sepanjang perjalanan Kalila menyetir dengan sangat emosional. Rasa stress dan tekanan dari Papa dan Mamanya telah menyiksa batin Kalila. Tak henti-hentinya air mata Kalila jatuh membasahi pipinya.
Karena Kalila tak tahan lagi dengan semua yang terjadi, tak terasa kecepatan mobil yang Kalila kendarai melaju sangat cepat. Menembus jalanan dengan tak terkendali.
"Maaf Papa dan Mama, Kalila terpaksa harus lakukan ini. Jika tidak kalian berdua pasti akan selalu memaksa Kalila untuk segera menikah. Kalila tak ingin menyakiti hati siapapun lagi. Tapi Kalila sudah capek untuk bertahan hidup di dunia ini dengan semua paksaan dari Papa dan juga Mama." Ucap Kalila pada dirinya sendiri dalam mobil sambil melaju dengan kecepatan yang tinggi.
Akhirnya hal yang tak di sangka terjadi, mobil yang di kendarai oleh Kalila oleng dan menabrak sebuah pembatas jalan dengan sangat kencangnya akhirnya mobil Kalila dan terbalik tapi syukurnya Kalila tak mengalami luka parah.
Tubuh Kalila masih terjebak di dalam mobil dan seorang pemuda yang entah siapa dirinya, yang tiba-tiba menyelamatkan Kalila dari amukan kobaran api. Saat tepat Kalila di selamatkan dari mobilnya yang terbalik. Mobil itu terbakar dengan sangat hebatnya.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya pemuda itu pada Kalila sambil memapahnya menuju tempat yang lebih aman.
"Kamu siapa?" tanya Kalila dan kemudian secara spontan langsung pingsan.
"Eh, bangun! Ayo bangun!" ucap pemuda itu sambil memapah tubuh Kalila yang kini sudah tak berdaya.
Karena merasa panik dan takut akan terjadi sesuatu yang buruk pada Kalila. Maka pemuda yang belum di ketahu siapa identitas itu langsung menggendong tubuh Kalila dan membawanya ke Rumah Sakit menggunakan mobil milik pemuda itu.
Dan tak lama kemudian pemuda itu sampai juga di Rumah Sakit. Membawa tubuh Kalila yang pingsan tak berdaya lagi. Sungguh pemuda itu sangat baik hatinya karena mau menyelamatkan Kalila yang jelas-jelas pemuda itu tak kenal sama sekali pada Kalila. Ia hanya numpang lewat di sebuah jalanan yang biasa ia lewati saat hendak ingin bekerja ke toko buku.
"Dokter, tolong selamatkan perempuan ini! Saya tak sengaja melintas di jalanan tempat saya biasa lewat kalau mau kerja ke toko buku. Tapi tiba-tiba ada mobil yang terbalik dan saya spontan saja menyelamatkan orang tersebut dan ternyata korbannya adalah perempuan. Tolong di bantu agar perempuan ini bisa selamat. Kasiha dia dokter!" pungkas pemuda itu pada seorang dokter.
"Tenang! Saya akan segera mungkin untuk menyelamtkan perempuan ini dari kondisi buruknya. Ayo suster bawa pasien ke ruangan sekarang!" pinta dokter itu pada seorang suster.
Sedangkan pemuda yang sudah menyelamatkan Kalila hanya bisa temenung dan sedikit takut jika terjadi sesuatu pada Kalila wanita yang ia tolong. Meski tak mengenal sama sekali. Tapi tetap saja pemuda itu merasa was-was seakan memiliki ikatan batin pada perempuan yang sudah ia tolong dan tak lain perempuan itu bernama Kalila.
Beberapa menit berlalu dan dokter yang tadi memeriksa Kalila segera keluar dari ruangan ICU tempat Kalila di periksa. Dan tak butuh waktu lama untuk dokter memberikan hasilnya pada pemuda itu.
"Dokter, bagaimana dengan keadaan perempuan itu yang tadi saya selamatkan dari kecelakaan?" tanya pemuda itu dengan was-was.
"Tenang saja, lukanya hanya ringan. Dan tidak ada hal yang perlu di takuti. Pasien sudah sadarkan diri. Tapi masih sedikit terguncang mentalnya karena terkejut. Jika saudara ingin menemuinya bisa saja silakan. Nanti masalah administrasi dan juga tebus obatnya bisa langsung ke depan. Kalau begitu saya pamit dulu." Pungkas dokter itu pada pemuda yang sudah menyelamatkan Kalila.
"Baiklah dokter, kalau begitu saya ingin menemui korban kecelakaan itu. lagi pula saya tidak punya uang untuk membayar administrasi dan juga tebus obatnya. Nanti saya tanyakan dulu ke korban. Mungkin saya korban punya keluarga yang bisa datang kemari untuk membawanya pulang." ucap pemuda itu pada dokter sambil merasa bingung harus berkata apa lagi.
"Iya tentu saja saya paham, jika saudara ini hanya menolong korban kecelakaan lalu lintas. Jadi bukan kewajiban saudara yang harus bayar, nanti saja kalau begitu. Silakan hubungi keluarga pasien mungkin saja korban masih punya keluarga yang akan datang menjemputnya. Jika saya sebagai dokter hanya bertugas untuk menolong juga sama halnya dengan saudara yang spontan untuk menyelamatkan pasien dari kondisi yang buruk." Pungkas dokter itu pada pemuda itu dengan cekatan dan kemudian pergi.
Segeralah pemuda itu menemui Kalila yang masih terbaring lemas di atas ranjang Rumah Sakit ini. Tampak jelas Kalila masih sangat terkejut mengenai kecelakaan yang menimpanya tadi ini. Begitu cepat dan membuat tubuh Kalila masih tak percaya bahwa niatnya untuk bunuh diri benar-benar terjadi. Namun segalanya gagal kini Kalila masih hidup. Karena seseorang yang sudah menyelamatkan Kalila dari kejadian naas itu.
"Kamu yang sudah menolong diriku?" tanya Kalila dengan tatapan sayunya.
"Iya, saya yang sudah menolong kamu dari kecelakaan itu. Bagaimana kondisi kamu sekarang?" tanya pemuda itu pada Kalila.
"Aku baik-baik saja. Terima kasih sudah menyelamatkan diriku dari kecelakaan mobilku itu. Tapi sebenarnya aku ingin mengakhiri hidupku ini. Segalanya menjadi percuma jika aku tetap hidup." Ucap Kalila sambil menangis.
"Kamu kenapa? Saya tak habis pikir kenapa ada orang ingin mengakhiri hidupnya. Apa kamu sudah tidak waras? Cantik-cantik kenapa mau bunuh diri?" tanya pemuda itu pada Kalila.
Sambil menghela napas panjang "Kamu tidak tahu bagaimana hidupku kini terasa tertekan. Aku benci Papa dan Mamaku. Mereka selalu saja memaksa diriku untuk segera menikah dan aku tak ingin untuk menikah dengan siapapun kecuali aku mencintainya." Tatapan sedih tampak jelas di wajah Kalila.
"Hmm, saya turut prihatin pada sikap Papa dan juga Mama kamu. Tapi saya yakin bahwa setiap masalah ada solusinya. Dan solusinya pastinya bukan untuk bunuh diri. Masih banyak orang yang ingin hidup, lantas kenapa kamu ingin bunuh diri. Wajah kamu cantik. Kenapa ingin bunuh diri hanya karena di paksa menikah!" tutur pemuda itu dengan lembut sambil menyimpulkan senyum di bibirnya.
"Kamu itu tidak tahu apa-apa tentang Papa dan juga Mamaku. Mereka selalu saja memaksa setiap kali ada kesempatan untuk menjatuhkan mentalku. Hanya karena mereka ingin punya cucu, lantas bisa seenaknya memaksa aku untuk cepat nikah. Aku capek di paksa untuk cari calon suami. Bahkan parahnya Papa aku mau carikan aku jodoh pilihannya kalau aku nggak cepat nikah." Jelas Kalila sambil berderai air mata.
"Tunggu dulu, saya rasa kamu terlalu banyak curhat masalah pribadi kamu pada saya. Oh ya, saya harus kembali untuk bekerja. Tolong hubungi keluarga kamu untuk segera menjemput ke Rumah Sakit Sentosa. Karena saya tidak punya cukup uang untuk bayarin kamu. Sekarang kamu sudah sadarkan diri, jadi bisa saya pulang?" tanya pemuda itu pada Kalila.
"Maaf! Kalau aku sudah banyak curhat pada kamu masalah pribadiku. Oh ya, sebelum kamu pulang beritahukan aku siapa nama kamu?" pinta Kalila sambil menatap ke arah pemuda itu berdiri.
"Nama saya Ananta. Kamu panggil saya Nanta. Sudah ya, saya mau kembali ke toko untuk bekerja. Jika terlalu lama saya di sini maka boss saya akan marah." Ucap Ananta pada Kalila sambil menuju arah luar Ruang ICU.
"Tunggu, kamu tidak ingin tahu siapa namaku?" celoteh Kalila sambil menatap pada Ananta yang membelakangi tubuhnya.
"Saya rasa tidak perlu. Lagi pula saya hanya menolong kamu dari maut. Dan sekarang tugas saya sudah selesai. Waktunya kembali bekerja." Jawab Ananta dengan tegas.