Chereads / PERNIKAHAN 11 HARI / Chapter 2 - Nasehat Mama

Chapter 2 - Nasehat Mama

7 Mei 2021

Nasehat Mama

Setelah Kalila membuka pintu kamarnya kemudian sang Mama menatap penuh penyesalan dengan ucapan yang tadi tak sengaja di lontarkan pada Kalila saat berdebat masalah pernikahan.

"Kalila sayangnya Mama, maafkan ya! Kalau tadi kata-kata Mama ada yang nyakitin kamu. Maafkan juga ucapan dari Papa kamu yang mungkin sudah menyakiti hati kamu Kalila. Mau ya, maafkan Papa dan Mama?" tanya Rosa yang tak lain adalah Mamanya Kalila.

"Ma, aku nggak tahu harus bicara apa lagi sama kalian berdua. Selalu saja memaksa Kalila buat nikah cepat. Tolong Ma, jangan paksa Kalila buat nikah. Untuk sekarang ini Kalila masih senang sendiri." Tegas Kalila pada Mamanya itu.

"Baiklah, Mama mengerti maksud kamu. Jadi apa kamu habis menangis?" tanya Mamaku dengan penasaran.

"Ma, sebenarnya! Kalila sangat sedih kalau Papa selalu saja tanya masalah pernikahan sama Kalila. Rasanya tertekan dengan semua omongan Papa tadi. Mama juga, seharusnya nggak bilang setuju dengan ucapan Papa yang maksa Kalila buat cepat nikah. Jadinya Papa semakin menjadi-jadikan omongannya semakin ngelantur. Nyakitin hati Kalila tahu Ma." Celoteh Kalila sambil menatap mata Mamanya dengan sedih.

"Kalila sayang, maafkan ya! Tapi Mama juga setuju sebenarnya dengan ucapan dari Papa kamu. Supaya kamu punya suami, punya anak yang lucu. Masa kamu nggak kepingin buat nikah? Coba di pikirkan ucapan Mamamu ini. Tapi semuanya ada di tangan Papa sekarang. Mama nggak bisa ikut campur. Tapi kalau kamu punya calon sendiri, Papa dan Mama pasti akan setuju." Tutur Mamaku dengan senyuman di wajahnya.

Aku sontak saja tertekan dengan ucapan dari Mamaku itu. Baru saja bicara manis seakan mendukung diriku yang tak mau menikah. Tapi sekarang malah bilang cepat nikah, rasanya aku sangat kesal dengan Mamaku ini. Sangat menyebalkan sekali sikapnya.

"Ma, kalau kedatangan Mama ke kamarku hanya untuk menyakiti hatiku. Lebih baik Mama sekarang ke luar saja. Kalila butuh dukungan Mama, bukan malah mendukung omongan dari Papa. Kalika pokoknya nggak mau menikah dengan siapapun. Intinya Kalila nyaman sendirian sekarang ini, tolong Mama mengerti itu dan sampaikan ke Papa juga supaya nggak maksa aku buat cepat nikah. Jenuh Ma, kalau di tanya kapan nikah atau di paksa buat cepat nikah." Jelas Kalila yang sangat tertekan dengan keadaannya sekarang ini.

"Kalila, Mama hanya menasehati kamu saja. Sebagai seorang Mama sudah sepantasnya Mama bicara seperti ini pada kamu. Ayolah di pikirkan lagi, untuk apa hidup sendirian itu nggak enak. Kalau kamu menikah punya suami dan anak pastinya akan lebih bahagia." Jelas Mamaku sambil mengelus rambutku.

"Ma! Selalu saja ujung-ujungnya aku di suruh buat nikah, padahal Kalila masih suka sendiri, Kalila nyaman jadi jomblo. Nggak perlu buat cepat nikah, tolong Mama sekarang ke luar saja dari kamar aku. Capek dengar masalah pernikahan di bahas terus, bikin hati Kalila panas saja." celoteh Kalila pada Mamanya itu.

"Kalila sayang, apa yang Mama dan Papa katakan ini untuk kebaikan kamu sendiri. Bukan untuk menyakiti hati kamu. Coba di renungkan lagi, Mama itu sangat sayang sekali sama kamu Kalila. Karena Cuma kamu anak satu-satunya yang Mama punya. Andai saja, Mama bisa punya anak lagi! Mungkin Mama tidak akan memaksa kamu untuk segera menikah. Ayolah Kalila sayang, coba di pikirkan dulu ucapan Mama kamu ini. Mau ya buat nikah?" pinta Mamaku dengan nada suara yang lembut menasehati diriku agar mau menikah.

"Kalau Kalila bilang nggak mau artinya tetap tidak! Pokoknya seberapa keras Mama memaksa Kalila buat nikah, maka sekeras itu juga pendirian Kalila buat nolak pernikahan yang tidak di dasari cinta. Untuk apa Kalila mau di suruh nikah sama lelaki pilahan Papa tapi ujung-ujungnya hidup Kalila akan hancur. Karena Kalila tidak percaya yang namanya cinta sejati itu ada Ma, tolong ngertiin aku untuk saat ini tolong Mama segera keluar saja dari kamarku. Aku pingin sendiri saja." ucap Kalila pada Mamanya dengan suara yang ingin menangis.

"Tapi Kalila, tolong di renungkan lagi nasehat Mama kamu ini. Ada baiknya jangan mudah marah kalau ada yang bertanya kapan kamu menikah. Itu sebenarnya bertujuan supaya kamu bisa menjadi seorang perempuan yang utuh. Bisa merasakan bagaimana menjadi seorang istri yang baik dan bisa merasakan begaimana menjadi ibu dari anak-anak kamu kelak." Nasehat Mamaku dengan panjang lebar.

Karena Kalila sudah tak tahan dengar segala ucapan dari Mamanya, akhirnya Kalila meluapkan emosinya dengan menangis sejadi-jadinya. Entah mengapa rasanya dunia ini sudah begitu jahat pada Kalila, karena selalu saja di paksa untuk segera menikah oleh Papa dan Mamanya sendiri.

"Ma, daripada Kalila sampai ngamuk di depan Mama. Lebih baik sekarang Mama tolong keluar sebentar saja, biarkan Kalila berpikir jernih sendirian tanpa siapapun di sini. Kalila bosan selalu saja di tanya kapan nikah? Ayolah Kalila cepat nikah. Aku bosan dengan semua ucapan Mama itu. Jadi tolong keluar dari kamarku sekarang juga." Pungkas Kalila sambil melotot dengan tajam.

"Baiklah, Mama akan segera keluar dari kamar kamu ini. Jangan marah dulu. Mama minta maaf!" ujar Rosa selaku Mamanya Kalila.

"Kalila capek dengan semua kata maaf dari Mama. Berkali-kali nyakitin hati Kalila dan berkali-kali juga Mama minta maaf. Harusnya Mama sadar kalau kata-kata Mama itu sudah menyakiti hati aku sebagai anak kandung Mama. Bukannya aku nggak suka di perhatikan oleh Mamaku sendiri. Tapi, satu hal yang paling aku benci kalau di tanya kapan nikah? Jadi tolong berhenti untuk memaksa Kalila buat buru-buru nikah dengan laki-laki manapun itu." celetuk Kalila dengan wajah yang sudah sangat memerah karena marah.

"Baiklah, Mama keluar sekarang. Maafkan Mama Kalila jangan menangis lagi, tolong di hapus air mata kamu itu. Mama merasa bersalah jika sampai anak Mama terus menangis sedih." Pungkas Mamaku sambil berlalu pergi meninggalkan kamarku ini.

Setelah Mamaku pergi dari dalam kamar, aku segera menutup pintu dan menguncinya dengan rapat. Aku sangat sedih dengan semua yang terjadi, paksaan untuk segera menikah membuat Kalila sangat tertekan akan permintaan dari Mama dan juga Papanya. Mereka ingin melihat diriku bahagia, tapi sebenarnya Kalila belum siap untuk menikah dengan laki-laki manapun di dunia ini.

Bagi Kalila tak ada yang namanya cinta sejati. Semua yang ada di pikiran Kalila hanya ingin mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Rasa tertekan dan juga stress, membuat pikiran Kalila ingin segera mengakhiri hidupnya. Tapi jika Kalila sampai tiada di dunia ini pastinya Mama dan Papanya akan sedih sekali.

"Astaga, Kalila! Apa yang ada di pikiran kamu ini. Jangan sampai kamu berbuat sesuatu yang konyol. Tidak! Kamu tidak boleh mengakhiri hidup kamu hanya gara-gara di paksa segera menikah. Ayolah Kalila berpikir sesuatu!" gerutu Kalila dalam hati kecilnya sambil mengusap air matanya.