Arov sangat marah. Melihat lawan di depannya baik-baik saja sedangkan dia terluka membuatnya merasa malu. Bukan hanya itu, dia bahkan tidak berhasil melukainya sedikit pun sejak awal pertarungan!
Tali-tali air itu tidak memberi kesempatan bagi Arov untuk berpikir dan mulai menyerangnya lagi.
Cepat!
Arov terkejut, serangan kali ini lebih cepat dari sebelumnya, pola serangannya juga yang tak tentu membuat Arov lebih sulit menghindar. Luka goresan di tubuhnya semakin banyak.
Bukan hanya dia yang semakin membaik, Levina juga. Pergerakan tali itu menjadi lebih halus dan cepat.
Arov dipaksa mundur ke belakang.
Melihat ini, Levina juga mulai bertindak. Dia bergegas maju ke depan lawannya sambil mengontrol sihirnya. Langkahnya tidak cepat, mengendalikan sihir membuat gerakannya terhambat.
Arov menghentakkan giginya, rasa sakit di tubuhnya semakin menyengat. Di saat itu, Levina muncul tidak jauh di depannya, tangannya membentuk kepalan lainnya, bersiap untuk menyerang. Melihat lawannya bersiap menyerangnya, Arov memilih untuk berbalik menyerang sehingga dia mengabaikan serangan tali air itu.
Di saat Arov ingin melangkah maju, sebuah dorongan besar mengantarnya mundur ke belakang, mencegahnya bergerak maju. Sihir yang ingin dikeluarkan terganggu dan menghilang. Tidak lama setelah itu, pukulan lainnya datang dan membuatnya kehilangan keseimbangan.
Arov melihat Levina memiliki wajah rileks membuatnya bingung. Menyadari hal penting, dia melihat ke bawah kakinya dan tidak menemukan sebuah pijakan lagi. Dia telah keluar dari arena.
Sejenak, rasa hampa menyelimutinya.
A-apa? Aku, Aku dikalahkan? Setelah semua latihan yang selama ini kulakukan?
Kalah?
Tidak!
Percikan api menyala di suatu tempat.
Setidaknya dia akan mendaratkan satu pukulan agar harga dirinya tidak jatuh.
Arov memaksakan seluruh tubuhnya. Aliran sihir dengan cepat mengalir di seluruh tubuhnya. Matanya memancarkan tekad.
Aliran cepat dan ganas mengalir, pelatuk bergeretak menyalakan bahan bakar yang tersedia.
Klik.
Saat itu, wajah rileks Levina berubah menjadi serius.
Bomm!
Ledakan yang besar terjadi di pinggir arena, menerbangkan dua sosok di arena dengan kecepatan besar. Satu sisi keluar dari arena dan lainnnya berada di pinggir arena.
Di luar arena, sosok terbang Arov mendarat dengan suara yang keras. Keadaannya tidak baik, seluruh tubuhnya gosong terbakar api, goresan-goresan di tubuhnya tidak nampak, tetapi tetap mengeluarkan darah. Dampak dari kejatuhannya membuat rumput di sekitarnya menjadi terbakar dan noda darah menempel di beberapa rumput di sana, mewarnai mereka dengan hitam dan merah.
Beruntung Arov masih bernafas, namun nafasnya tidak teratur. Mukanya berwarna merah dan asap bisa terlihat keluar dari kulitnya yang memerah
"Kau yang disana! Cepat bawa dia ke ruang kesehatan!"
Gargon menunjuk salah satu dari siswa terdekat untuk membawa Arov. Siswa yang ditunjuk agak bingung dengan perintah tiba-tiba tapi dengan cepat melaksanakan tugasnya. Dia membawa Arov keluar halaman belakang dengan kecepatan maksimalnya.
Gargon melihat keadaan Arov sebentar, memastikan keadaannya sebelum matanya menoleh ke atas arena. Matanya menyipit melihat Levina.
"Pertandingan yang cukup baik."
Gargon menyeringai.
Di atas arena, Levina berhasil mendaratkan dirinya setelah berjuang, dia mendarat dengan aman, hanya selangkah lagi dan dia akan keluar dari arena.
Keadaan Levina juga tidak baik. Keringatnya mengalir dengan deras, wajahnya sangat pucat, dan tubuhnya sangat lemas.
Dia bersyukur berhasil mengeluarkan Water Barrier di saat-saat terakhir. Serangan dari Arov yang tidak terduga mengejutkannya. Untungnya dia berhasil menahan serangan itu dan menyelamatkan nyawanya, mencegah dirinya terluka. Walau keadaannya saat ini tidak baik juga.
Tubuh Levina bergetar.
"Aku kehabisan."
Setelah mengatakan itu, Levina merasa sangat mengantuk dan jatuh ke bawah.
***
Bomm!
Suasana kelas yang tenang menjadi riuh ketika sebuah ledakan yang besar terdengar di ruangan itu. Mereka semua memandang ke satu titik, halaman belakang sekolah. Raut wajah bingung dan cemas mengisi wajah mereka.
Ledakan besar tidak lain adalah hasil dari pertarungan yang terjadi di belakang sekolah. Ledakan yang dihasilkan oleh Arov di akhir pertarungan.
Guru-guru segera menenangkan para siswa yang panik itu. Namun, mereka juga tidak bisa menghilangkan kebingungan yang ada di dalam pikiran mereka. Kepanikan itu dengan cepat mereda. Guru-guru juga melanjutkan pengajaran mereka.
Allya memandang halaman belakang sekolah sesaat, hanya ketika suara itu berhenti dia tidak lagi memandangnya. Apa yang harus menjadi tujuannya saat ini adalah mengamati pelajaran dengan baik.
Dia akan berusaha untuk menaikkan nilainya, meski itu hanya sedikit. Tetapi, sekeras apapun dia mencoba, dia tidak bisa mengerti. Dia akan lebih mengerti jika itu adalah praktek langsung dibandingkan penjelasan verbal seperti saat ini.
Dia menoleh ke samping kanannya. Teman sebangkunya memerhatikan pelajaran dengan tenang, mengikuti dengan cermat apa yang gurunya jelaskan.
Dia adalah Fira Spearman, seorang gadis seumuran Allya yang memiliki rambut coklat kemerahan. Tangannya sesekali menulis catatan kecil, meninggalkan tulisan yang tersusun dengan rapi. Dia berkonsentrasi penuh dengan pelajaran. Benar-benar penampilan murid teladan.
Bisakah Allya seperti itu?
Helaan napas kecil keluar dari mulutnya, dia memutuskan akan menunggu hingga pelajaran berakhir.
"Itulah tingkatan-tingkatan yang perlu kalian tahu. Besok kalian akan mempelajari sihir pemula di lapangan. Persiapkan diri kalian untuk besok. Hanya itu! Kelas selesai hari ini."
Setelah guru keluar, para siswa mulai berhamburan keluar. Allya bertanya menoleh ke samping. "Kenapa buru-buru? Kau akan pergi ke mana setelah ini?"
Fira berhenti membereskan barangnya sesaat. "Aku akan kembali ke asramaku, masih banyak hal yang perlu dilakukan. Mengatur barangku contohnya, hah ... kurasa akan membutuhkan waktu yang lama sebelum itu selesai." nafas kecil keluar darinya ketika dia melanjutkan kembali.
Melihat wajah lelah temannya, Allya tertawa. "Ingin kubantu? Aku bisa membantumu merapikan barang-barangmu itu."
"Hahaha, makasih tapi tidak usah. Aku bisa merapikannya sendiri. Kalau tidak ada lagi, aku duluan ya!" Gadis berambut coklat itu keluar dengan cepat, dia meninggalkan Allya yang memiliki wajah cemas. "Semoga dia baik-baik saja."
Allya yang keluar dari kelas itu, meninggalkan kelas yang telah kosong. Dia baru sadar tinggal dirinya yang masih berada di sana. "Semua orang sedang sibuk ya?"
Allya juga melangkah menuju ke asramanya ketika dia berhenti setelah melihat sebuah bangunan. Tidak ada yang menarik dari bangunan itu kecuali ukurannya yang agak besar. Orang-orang yang keluar-masuk ke bangunan itupun cuma sedikit, bisa dihitung dengan jari. Tidak ada yang mencolok dari itu tapi Allya memutuskan untuk masuk.
Jika bukan karena sebuah papan bertuliskan 'Altair Library' tepat di atas pintu masuk itu, Allya tidak akan masuk. Dia hanya ingin mengecek sesuatu di dalam bangunan itu.
Aroma kayu yang menenangkan dia rasakan ketika memasukinya. Jika temannya ada di sini dia akan sangat betah tinggal di tempat ini, bukan hanya karena aromanya tapi juga karena rak-rak yang berisi penuh dengan buku di dalam bangunan itu.
"Apa Vina ada di tempat ini?"gumam Allya yang matanya mencari. Dia mencium aroma buku-buku ketika kakinya melangkah lebih jauh ke dalam rak-rak. Perpustakaan itu sangat besar, bangunan itu juga memiliki tangga. Banyak buku yang masuk di penglihatannya hanya dengan berdiri di pintu masuk perpustakaan. Seperti yang diharapkan dari salah satu sekolah atas.
Mulutnya tersenyum, Vina pasti suka tempat ini.
Matanya menelusuri sudut-sudut ruangan, hanya seperti dugaannya, tidak banyak orang yang ada di dalam tempat ini. Di antara orang-orang itu juga Allya tidak bisa menemukannya.
Allya tanpa ragu keluar dari perpustakaan itu, hanya orang yang suka dengan buku yang betah tinggal di dalam sana. Sekarang dia tidak tahu di mana dia akan pergi. Dari semua tempat, hanya perpustakaan yang ada di pikirannya jika dia ingin mencari teman masa kecilnya.
Ada sebuah pepatah, jika kau ingin mencari Levina Brezard, pergilah ke perpustakaan terlebih dahulu. Atau sesuatu dengan potensi mengandung banyak buku.
Sekarang dia telah mengeceknya dan tidak menemukannya. Kejadian ini benar-benar aneh menurutnya, pasalnya temannya itu sangat suka buku dan membacanya.
Selain perpustakaan hanya asrama. Allya pergi ke asrama air untuk mencarinya. Hanya ini tempat yang memiliki kemungkinan yang terbesar untuk menemukannnya, selain perpustakaan.
Lalu jika tidak ada ... dia tidak bisa memikirkannya lagi. Biarkan kakinya menuntun setelah itu.
Seperjalanan Allya, dia kadang-kadang mendengar pembicaraan yang dilakukan oleh siswa di sekitar asrama. Ada banyak dari mereka yang membahas pengalaman mereka, dan tentang siswa baru. Ada juga yang membicarakan perihal ledakan yang terjadi di belakang sekolah, kejadian itu menjadi perbincangan yang hangat di antara siswa baru, terutama kelas 1-C.
Allya hanya mendengar sedikit tentang ledakan itu saat asrama air memasuki pandangannya. Dia berjalan cepat. Tujuannya saat ini menemukan temannya, bukan menguping pembicaraan orang lain.
Hal itu bisa dilakukan lain waktu.
Saat Allya masuk, dia melihat banyak pasang mata mengarah kepadanya. Tentu saja, dia dari asrama lain, hal itu bisa dilihat dari simbol eleman tanah di seragamnya. Pandangan mata itu hanya sesaat hingga ruangan itu kembali seperti semula, kembali ke urusan masing-masing.
Seseorang memperhatikan keberadaanya.
"Apa yang sedang Anda cari, Nona?"