Setelah kelas Levina selesai, rambut merah tertentu masih bersikeras untuk menantangnya. Sayangnya, orang yang mengaku sebagai kawannya menyeretnya sebelum dia bisa mendekat.
Keduanya kemudian melanjutkan hukuman mereka dengan ceria.
Saat itu suasana kelas begitu ramai. Cuaca cerah mendukung aktivitas di luar ruangan.
Ada banyak murid yang berhamburan keluar kelas. Levina adalah salah satu diantaranya.
Koridor dengan tiang penopang menghiasi jalan. Marmer berwarna putih cerah bertebaran sepanjang lantai Akademi itu.
Langkah kaki yang beraturan meninggalkan kelas. Kau bisa melihat kelompok-kelompok orang saling berbicara, saling mengenal teman kelasnya. Tidak termasuk Levina, karena dia langsung menuju ke tempat favoritnya, perpustakaan.
Ketika kakinya melangkah masuk, dia memandang ruangan besar itu dengan lama. Terasa sudah lama tidak ke sana.
Tentu saja itu semua hanya perasaan Levina. Faktanya, hanya satu hari berlalu semenjak dia masuk ke perpustakaan itu.
Levina menatap buku-buku yang tersusun pada rak-rak kayu itu dengan mata bersemangat. Tapi pertama-tama dia harus menyelesaikan satu hal dulu.
Levina berbelok ke penjaga perpustakaan. Sambil membawa buku yang sebelumnya dia pinjam.
"Permisi Bu, saya ingin mengembalikan buku yang saya pinjam di perpustakaan ini," dia meletakkan buku itu di atas meja dan mendorongnya maju ke arah penjaga perpustakaan.
Penjaga itu menaikkan kacamatanya. Dia mengambil salah satu buku di meja itu. Di atasnya tertulis daftar peminjaman, sampulnya berwarna hijau.
Penjaga itu terbatuk sedikit sebelum berbicara. Tangannya membuka halaman itu.
"Baik. Nama dan kelas?"
"Levina Brezard, kelas 1-C."
Halaman itu berisi tabel, dengan rapi tercatat nama-nama siswa disana, kelas, judul buku dan hari peminjaman. Meskipun begitu, tabel tersebut hanya terisi sebagian dan meninggalkan ruang kosong yang tersisa.
Tidak butuh waktu lama ketika penjaga perpustakaan itu menemukannya, dimana tidak sulit mengingat isinya. Bagaimana pun ekspresinya tidak terlalu baik. Dia mengerutkan keningnya. "Kau terlambat satu hari."
Levina tidak menyangkalnya.
"Ya Bu, sebenarnya kemarin saya mengalami kecelakaan saat pertandingan kelas, saya tidak sempat mengembalikannya karena sudah larut," Levina memberikan penjelasan dengan jelas, mengapa dia tidak mengembalikan buku itu tepat waktu.
Penjaga itu mengangkat kepalanya dari buku.
"Ah, aku ingat ada sesuatu seperti itu," setelah mengatakan itu kepalanya kembali menunduk untuk fokus pada pengisian.
"Biasanya akan ada hukuman, tapi karena kau murid baru, aku masih akan mentolerirnya, setidaknya untuk saat ini. Jangan melakukannya di lain waktu."
Levina tersenyum. "Terima kasih Bu."
Melihat jawaban sopan Levina, penjaga itu mengangguk. Ekspresinya menjadi lebih ramah.
"Sebagai gantinya, bisakah kau kembalikan buku-buku ini di rak nomor 9? rak itu," Penjaga itu menjelaskan penyusunan buku pada Levina dengan sederhana.
Dia tidak menemukan kesulitan dalam hal itu, jadi dia setuju tanpa pikir panjang. Namun, ada sesuatu yang ingin dia pastikan terlebih dahulu.
"Baik Bu. Sebelumya, saya ingin bertanya. Apa saya masih bisa meminjam buku di perpustakaan ini?"
Jujur pertanyaan ini membuat jantungnya sedikit berdebar.
Penjaga perpustakaan menjawab dengan ringan, "tentu saja masih bisa. Tidak seperti banyak orang yang akan datang ke sini. Kau bebas meminjam buku atau membacanya disini selama kau menaaati aturannya."
"Terima kasih Bu," ucap Levina dengan tulus.
Sepertinya kesempatannya untuk meminjam buku masih ada.
Levina diam-diam merasa lega. Sekarang, keinginannya untuk mulai membaca meningkat naik.
Dengan banyaknya buku yang tersedia, dari mana dia harus memulai?
***
Altair Academy menjalankan aktivitas pembelajarannya seperti biasa.
Siswa-siswa disana pun melakukan kesibukannya masing-masing. Arov dan Reith dengan hukumannya membersihkan halaman sekolah, Ally juga dengan hukumannya melakukan banyak hal. Gargon yang mengembangkan jenis Latihan yang baru.
Tidak lupa, Levina yang sibuk membaca buku di perpustakaan. Benar-benar sibuk.
Dalam kelas Levina, Arov sesekali masih menyempatkan diri untuk mecoba melakukan pertarungan ulang dengan Levina. Berkat Reith, Levina bisa lolos karena dia mengangkat Arov pergi untuk menjalankan hukuman mereka sebelum dia bisa mendekat.
"Kawan, ayo pergi!" Reith berkata membawa Arov yang protes.
Hanya setelah itu, Levina bisa menuju ke perpustakaan dengan damai. Dia memasuki perpustakaan itu sendirian, seperti yang diharapkan, tidak banyak pengunjung. Mungkin sekitar tiga atau empat orang disana, tidak termasuk penjaga perpustakaan.
Allya tidak bisa ikut, dia memiliki hukuman karena kalah dari pertandingan.
"Levina, berjanjilah. Jika hukumanku telah selesai, kita akan bermain bersama? Ya, ya, kau mau 'kan?" hanya setelah Levina setuju, Allya dengan rela melepaskannya.
Kemudian, mengenai walinya, Gargon Trualan. Dia bertindak seperti biasa pada umumnya, namun diam-diam mengamati siswanya untuk memilih jenis latihan macam apa selanjutnya dia siapkan.
Tentu saja Levina tidak tahu saat itu. Dia hanya mengetahui untuk menikmati waktu luang ini dengan damai selagi bisa-membiarkannya seperti air yang mengalir dengan tenang.
Itu seperti ketenangan sebelum badai.
Perpustakaan masih besar, penuh dengan buku. Levina telah datang dua kali ke tempat ini sebelumnya.
Warna dominan di perpustakaan Altair adalah coklat kayu, agak sedikit gelap. Rak, meja, kursi dan lantai atas semua terbuat dari kayu, nuansanya memberikan kesan alami.
Bagian samping kiri terdapat meja dan kursi yang dapat digunakan sebagai tempat membaca buku. Jika kau melihat ke kanan, disana ada penjaga perpustakaan. Di tengah kau bisa melihat tangga yang akan mengarahkanmu ke lantai atas.
Levina belum melihat lantai atas itu. Jadi, karena dia belum melihatnya, maka tak usah dibahas.
Di bagian belakang perpustakaan, disanalah buku-buku tersimpan, tersusun dalam rak-rak panjang.
Levina melangkah ke bagian kiri dekat dengan meja dan kursi. Dia melihat buku yang tersedia di rak.
"Selanjutnya buku apa ya?"
Dalam rak panjang, buku yang beragam ditampilkan, dengan judul yang berbeda. Warnanya sebagian besar bercorak gelap dan kasar.
Tiga Organisasi Sihir, Kisah Lima Elemental, Perjalanan Sang Borukataka, dan lain-lain.
Levina sedang menjelajahi bagian kisah-kisah dongeng, riwayat hidup seseorang, dokumenter, dan lain-lain. Dia tidak memiliki preferensi khusus dalam hal membaca, selagi itu menarik baginya maka dia akan membacanya.
Dia mulai mencari dan membaca dari bagian kiri perpustakaan.
Ada beberapa buku yang telah dia baca sebelumnya.
"Hmm, kupikir yang ini saja."
Levina mengambil buku dengan judul 'Perjalanan Sang Borukataka'. Bukunya memiliki sampul hijau gelap.
Halamannya tebal.
Penuh tulisan.
Tidak ada gambar ataupun ilustrasi. Garis pun tidak ada.
Levina tidak pusing dengan itu, saat ini dia memiliki banyak waktu luang. Dia juga bisa meminjam buku kalau dia belum sempat menyelesaikannya, agak berat dibawa tapi biarlah.
Suasana Perpustakaan sangat tenang.
Perjalanan Sang Borukataka.
Levina membuka sampul depan buku itu.
Borukataka adalah seorang remaja laki-laki, memiliki rasa petualangan yang besar. Dia adalah seorang Magic Swordsman dengan kemampuan hebat. Dengan itu menjadi pendukungnya, Borukataka bisa menjelajah ke berbagai tempat.
Buku itu mirip dengan catatan diari, namun kisahnya dibuatkan cerita.
Desa Bounia, desa tempat Borukataka tinggal. Petualangan pertamanya dimulai dari sana.