Chereads / SALAH PILIH SUAMI / Chapter 46 - SAMA-SAMA TERLUKA

Chapter 46 - SAMA-SAMA TERLUKA

Seorang wanita tengah menutup mulutnya dengan telapak tangan. Ia menahan tawa seraya mengintai Jaka di beranda rumah. Siapa lagi orangnya kalau bukan Susi. Pagi-pagi benar Raka menemuinya guna memberikan amplop berisi gambar tidak senonoh itu, kemudian Susi langsung meletakkannya di depan pintu rumah Jaka.

Jaka sendiri tidak tahu siapa pengirimnya dan perempuan yang sekarang sedang menguntitnya.

"Kenapa tega banget kamu Anggi? Hiks hiks hiks."

Jaka tak tahu di mana letak kesalahannya. Padahal dia sudah menjelaskan pada Anggi, bahwa mereka waktu itu mengalami kecelakaan seusai mengantarkan bingkisan ke rumah mertua si Bos. Jaka merasa bahwa semua ini tak adil untuknya.

"Selama ini aku menunggumu dan dipenuhi rasa khawatir, tapi kamu malah enak-enakan sama pria lain," katanya lagi.

Dita yang hendak keluar rumah malah menemukan pamannya duduk seorang diri sambil terisak. Lagi-lagi ia dikejutkan oleh tingkah aneh Jaka. Belum pernah Dita melihat pamannya menangis seperti itu.

"Loh! Paman kenapa lagi?" tanya Dita yang memilih duduk di sebelah Jaka.

Pria malang itu dengan cekatan menghapus air matanya dan mencoba tersenyum. Tak lupa ia menyembunyikan amplop putih tersebut di balik pakaiannya.

"Paman gak apa-apa, Dita," katanya berbohong.

"Tapi paman nangis."

"Iya. Tangan paman lagi perih, makanya nangis. Oh, ya. Tolong kamu jemur ini, ya! Kalau mau makan semuanya udah tersedia di dapur. Paman mau tidur dulu supaya lekas sehat."

Jaka menyerahkan ember berisi pakaian basah itu pada keponakannya dan langsung masuk ke kamar. Dita sebagai anak kecil belum pantas mengetahui permasalahan paman dan bibinya.

Sementara itu di tempat lain, Susi segera pergi sebelum ada yang melihat keberadaannya. Hati Susi langsung dipenuhi oleh bunga-bunga, pertanda bahwa ia begitu senang dan bersemangat.

***

Anggi membungkukkan tubuhnya guna meraih sesuatu di ambang pintu. Terpaksa dia menghentikan kegiatan dan meletakkan sapunya di tempat lain guna melihat isi apa yang terkandung di dalam benda berkelir putih tersebut.

Anggi menggigit bibirnya. Bersamaan dengan itu wajahnya berubah menjadi tomat matang dan matanya terbelalak. Anggi tak akan kaget apabila yang dilihatnya bukan foto Jaka dan Susi.

Tangan suaminya itu dipegang oleh Susi. Anggi mencoba mengingat peristiwa beberapa hari lalu di tempat kejadian yang sama. Namun, Anggi tahu betul bahwa background halte yang sekarang ia lihat bukanlah halte yang waktu itu ia singgahi. Pasti Jaka dan Susi kembali bertemu saat Anggi tak berada di rumahnya.

"Hah! Pintar kamu memanfaatkan keadaan ya, Mas. Kalian ambil waktu buat bercinta sewaktu aku gak ada di sisi Mas Jaka. Aku kesel banget sama kamu, Mas. Argh!"

Anggi menendang kursi yang berada di teras rumah sampai benda itu menubruk tembok. Suaranya ditangkap oleh Raka dan ia segera menuju ke depan.

"Anggi. Ada apa?"

Raka melihat Anggi menangis dalam diam sambil menggenggam sebuah potret. Dia pun memanglingkan wajah dan sedikit tersenyum. Hari ini dirinya dan Susi memang sedang melangsungkan rencana untuk mengadu domba Anggi dan suaminya. Jadi, foto yang berada di ambang pintu rumah Raka adalah ulahnya sendiri.

Jika Anggi bersedih dengan foto itu, berarti ia masih menyimpan rasa pada Jaka. Hal ini memudahkan Raka untuk menemukan rencana terbaik agar Anggi benar-benar mampu melupakan sang suami.

"Kamu kok nangis?" Raka kembali bertanya saat belum memeroleh respon.

Sebenarnya Anggi perlahan-lahan sudah melupakan Jaka, tapi entah kenapa hatinya masih saja terluka melihat foto tersebut. Anggi seakan tidak ikhlas apabila ada yang menggantikan dirinya.

Karena sudah terlanjur kepergok, akhirnya Anggi pun memberikan kertas bergambar itu pada Raka. Dia ingin menunjukkan pada Raka, bahwa Jaka telah berselingkuh.

"Benar kataku, kan? Suami kamu ini selingkuh sama Susi, tapi kamu dapat dari mana foto ini?"

Raka memasang wajah polos dan seakan tidak tahu menahu soal kiriman tersebut.

"Gak tahu, Mas. Tiba-tiba aja aku nemu amplop di depan pintu."

"Ah1 Aku yakin banget. Semua ini pasti ulah Jaka atau Susi. Siapa lagi, Anggi? Mungkin mereka mau ngasih tahu ke kamu secara gak langsung, kalau mereka emang punya hubungan," kata Raka mulai merasuki pikiran wanita di sebelahnya.

"Bisa jadi ya, Mas. Pasti mereka sengaja ambil gambar dan ngirim ke sini. Anehnya, mereka kok tahu rumah kamu?"

"Soal itu kita gak tahu, Anggi. Siapa tahu mereka ngikutin kita waktu itu, kan? Zaman sekarang apa sih yang gak bisa dilakuin?"

"Kalau Mas Jaka tahu rumah ini, tapi kenapa dia gak ada niat buat jemput aku ya?"

"Naif kamu, Anggi! Ya, dia emang sengaja ngelakuin itu supaya bisa berselingkuh sama Susi. Dia udah gak butuhin kamu lagi."

Anggi berdiri hendak bersandar pada tiang beranda. Orang yang di belakangnya pun turut mengekor.

"Udahlah, Anggi. Kamu gak usah sedih lagi ya, Sayang. Kan, masih ada aku yang cinta dan setia sama kamu. Laki-laki kayak Jaka jangan dipertahankan. Kalau bisa secepatnya aja kamu ceraikan."

Raka si pria licik senantiasa merasuki jiwa dan pikiran Anggi. Ini merupakan waktu emas yang mustahil ia siakan.

"Tapi aku masih belum percaya kalau Jaka bisa lupain aku secepat itu, Mas."

"Siapa tahu Jaka emang udah berhubungan sejak lama sama Susi."

"Aku mau temuin Mas Jaka aja. Aku harus tanya tentang kebenaran ini."

Anggi merasa ada yang janggal. Dia tahu persis bagaimana dalamnya perasaan Jaka terhadap Anggi. Oleh karena itu, ia tak langsung percaya meskipun sudah melihat gambar tersebut dengan mata kepalanya sendiri.

"Kamu mau temuin Jaka? Kalau dia gak izinin kamu kembali gimana?"

"Aku sudah besar, Mas. Aku tahu gimana caranya untuk kabur," ucap Anggi.

Saat ini memang hanya ada foto itu saja untuk memanaskan hati Anggi. Susi belum mampu mengabadikan momennya bersama Jaka, karena pria itu memang sukar didapat. Jangankan untuk berduaan, saat Susi menampakkan wajah saja, Jaka sudah langsung mengusirnya.

Tapi potret itu berhasil membuat Anggi terbakar api dan semakin mempertimbangkan hubungannya dengan sang suami. Dengan keberanian tinggi, akhirnya dia memutuskan untuk menemui Jaka dan membuat perhitungan untuknya.

Anggi bisa saja kecewa dengan foto yang sebenarnya tak sesuai dengan fakta tersebut. Bodohnya, dia malah tidak bercermin. Anggi telah melakukan tindak tidak terpuji bersama Raka. Rasanya sangat tidak pantas apabila ia melabrak Jaka, sementara dirinya juga berbuat kejahatan yang jauh lebih fatal.

Hingga sekarang Anggi tidak menetahui, bahwasanya Jaka juga tahu kebusukannya. Keberaniannya muncul hanya karena ia merasa suci dan Jaka adalah pendosa besar.

Lihat saja apa yang akan terjadi ke depannya setelah Jaka menunjukkan gambar perseteruan di ranjang itu pada istrinya. Dapat dipastikan bahwa Anggi akan malu dan menyesal detik itu juga.

***

Bersambung