Laju bus terasa begitu cepat meninggalkan nenek jauh dibelakang.
Dalam hati Ega selalu menguatkan diri
" ayo kamu pasti bisa tetap semangat"
Saat itu Ega menghela nafas dalam dan kembali mendapat energi.
Ega duduk disamping ibu nya, membawa tas besar yang dipangkunya, saat itu bus memang penuh sesak semua kursi terpenuhi bahkan sampai ada yang tepaksa berdiri, sebetulnya jalanan tidak begitu terjal tapi karena supir mengemudi melebihi kendali sudah pasti semua penumpang gigit jari membuat heboh dan takut tak terkecuali Ega, lengkingan supir tak pelak membuat penumpang bergoyang kesana kemari hingga kaki Ega terinjak lelaki yang berdiri disampingnya.
Seperti tak menyadari telah menginjak kaki gadis mungil itu lelaki tersebut hanya diam dan tak lekas mengangkat kakinya hingga Ega menarik kakinya sendiri barulah lelaki itu menyadari dan mengangkat kakinya,
"Ehh maaf ya dek", kata lelaki itu
" Iya tidak apa apa", jawab Ega sambil meringis.
Injakan itu membuat Ega tersadar dari lamunannya.
Sepanjang perjalanan Ega tidak bisa tidur terus terjaga sambil menikmati pemandangan, di titik ini ia mulai berani membayangkan hidup barunya bersama adik ibu dan bapaknya.
Iya, Ega memiliki seorang adik perempuan dan sudah terlebih dulu berada di kota dan selama ini tinggal bersama bapak nya,
"Syukurlah sekarang kita bisa berkumpul dan tidak perlu berpisah lagi" gumam Ega penuh semangat.
Betapa rindu nya Ega ingin segera bertemu dengan bapak dan adik nya.
Kini Ega telah mendapatkan semangatnya kembali.
"Terminal terminal" suara kondektur bus, menandakan kami telah sampai dan harus segera turun,
"mari bu, aku saja yag bawa tas nya" pinta Ega
"iya nak, berhati hatilah karena tas ini berat" jawab ibu
"Tenang saja bu, Ega kuat kok" sambil senyum meringis
mereka turun dari bus itu dan berjalan masuk terminal, disana adik dan bapak Ega sudah menunggu.
Adik dan bapaknya menyambut di terminal mereka bertemu dan saling berpelukan melepas rindu.
Sudah 2 bulan mereka tidak saling bertemu tentulah mereka saling rindu.
"Mbak... " sambut adik dengan wajah gembira
"Haii comel" jawab kakak sambil memeluk adik tersayang nya
"Bagaimana perjalananmu mbak?"
"Melelahkan tapi seru karena pemandangannya sangat bagus"
" Aku merindukanmu mbak"
"Aku juga adikku yang comel"
kakak beradik itu terus bercerita dalam perjalan pulang nya.
Di kota mereka akan tinggal di mess yang telah disediakan oleh perusahaan, ibu dan bapaknya akan bekerja di tempat yang sama, bos mereka termasuk baik karena boleh mengajak keluarga untuk sekalian tinggal di tempat itu.
Bapak Ega sudah lama bekerja di tempat itu sekitar 18th bahkan sebelum Ega lahir, sedangkan ibu nya pernah bekerja ditempat itu tapi harus resign karena mengurus Ega, kini mereka kembali bekerja ditempat yang sama dan bahkan diperbolehkan mengajak ke dua anak nya, sangat bersyukur dan senang hati kedua orangtua Ega.
Mess yang disediakan pun cukup luas 1 rumah yang dihuni hanya 6 orang termasuk Ega dan keluarganya.
Mereka mendapat jatah 2 kamar, Ega ibu dan adiknya tidur di satu kamar sedangkan bapak Ega tidur di kamar yang terpisah.
Meski badan Ega terasa begitu lelah tapi ia sulit memejamkan mata, Ega termasuk gadis yang agak sulit beradaptasi membutuhkan waktu dan konsistensi untuk bisa berbaur di tempatnya yang baru.
Entah jam berapa Ega berhasil terlelap, serasa baru sekejap mata ia tertidur suara adzan sudah berkumandang.
Ega menuju kamar mandi dan mengambil wudhu dan segera melaksanan sholat subuh, karena masih mengatuk ia pun melajutkan tidurnya.
tiba tiba "Krek...."
"Ega, ayo cepat bangun kita harus bersiap untuk mendaftar di sekolahmu yang baru" kata ibu sembari membuka selimut Ega
"Hahh iyaa bu,,"... jawab Ega sambil menguap tanda masih mengantuk.
Ega bergegas mandi dan berganti seragam SMP, saat ia mencari adiknya
"adik dimana bu" tanya Ega
"adikmu sudah berangkat nak", ayolah cepat sarapan sebelum bapak mu marah, karena dia akan segera berangkat bekerja" pinta ibu nya.
"iya bu," jawab Ega segera mengambil piring dan nasi goreng yang telah disiapkan oleh ibu nya.
Tak sampai 10 menit Ega telah siap berangkat dan membawa semua persyaratan untuk mendaftar sekolah baru.
Bapak Ega memang memiliki temperamen yang sedikit gusar tapi perhatian, sedangkan ibu Ega lebih cerewet tapi sangat penyayang, Akhirnya mereka berangkat ke sekolah yang akan dituju menggunakan mobil perusahaan. Orangtua Ega mendapat inventaris mobil tua dari bos nya.
Waktu menunjukkan tujuh lebih lima belas, sehingga jalanan masih macet dipenuhi para pegawai yang akan masuk kator, wajah bapak Ega sudah mulai memerah dan terdengar mulai menggerutu,
"Sudah bapak bilang hari ini akan mendaftar sekolah, kenapa tidak siap siap lebih awal lihat jalanan macet begini akan sampai tempat jam berapa, bagimana jika sudah terpenuhi kuota siswa nya", kata bapak Ega yang mulai marah.
Ega tidak berani menjawab perkataan bapaknya dan hanya terdiam mendengar nya.
dalam hati nya begitu takut, karena bapak nya ini kalau sudah marah sulit mengontrol emosi.
Ibu Ega pun hanya terdiam dan tidak berani membela anak nya.
Bapak ega memang sangat ditakuti oleh keluarganya karena sifat pemarahnya.
Estimasi yang seharusnya sampai dalam 10 menit harus molor karena macet menjadi 30 menit.
Akhirnya mereka pun sampai
"Ayo cepat masuk",, pinta bapak Ega
Mereka bertiga masuk bersama dan langsung menuju kantor dan diarahkan langsung ke ruang kepala sekolah, dan benar saja ternyata kuota siswa di sekolah tadi sudah penuh, ditambah lagi telah melampaui batas waktu pendaftaran siswa baru.
Ega ditolak dari sekolah yang pertama.
Sungguh kecewa hati Ega padahal nilai ijazahnya cukup bagus rata rata 8.
Orangtua Ega tak kalah bingung,
" Bagaimana buk, sekolah ini sudah tidak bisa menerima siswa baru karena kita terlambat mendaftar dan karena kuota nya sudah penuh" tanya bapak Ega kepada istrinya dengan wajah kebingungan.
"Apakah tidak ada sekolah lain yang kira kira masih bisa menerima siswa baru ya pak, meskipun batas akhir pendaftaran sudah lewat, kita coba cari sekolah lain saja pak, jawab ibu ega meyakinkan.
" Ya sudah ayo" jawab bapak Ega sambil melangkah meninggalkan sekolah tadi.
Mereka pun kembali ke mobil tua itu dan kembali berangkat mencari sekolah yang lain.
Tak berapa jauh mobil tua itu masuk ke gang yang lumayan luas dengan kanan kiri jalan adalah perumahan penduduk, di hati Ega
"apa ditempat seperti ini ada sekolahnya" gumam Ega serasa tak percaya
ternyata benar di pojok gang itu adalah sekolah SMK yang bisa dibilang kurang memuaskan dari segi bangunannya
"Aduh kenapa kayak begini sekolahnya, ohhh tidak" dalam hati ega serasa tak percaya.
Benar saja bapak Ega menyuruhnya turun dan mengajak masuk untuk mendaftar di sekolah itu, mereka pun masuk dan bertemu dengan petugas.
Orangtua Ega mulai menyampaikan niatnya, agak lama mereka berdiskusi dan salah satu syarat diterima adalah membayar iuran tambahan untuk membeli kursi karena memang sudah terlambat masa pendaftaran siswa baru.
Orangtua Ega langsung menyetujuinya, mereka berpikir daripada anak nya tidak bisa sekolah lebih baik membayar iuran tambahan.