"Pergilah!" Noah ditendang dan diusir dari tempat itu.
"Tuan Mandara! Apa sebenarnya yang kau mau?! Kenapa kau harus menghancurkan kisah ini?!" Noah bertanya kesal.
"Noah, ini semua demi pelampiasan. Aku akan melakukan apapun untuk memuaskan diriku, termasuk memaksa Leo tanpa ada yang mengganggu," jawab Tuan Mandara.
"(Sial... Kenapa ini begitu rumit...)" Noah merasa pusing. Ia lalu teringat pada Caise. "(Gadis kucing... Aku hanya perlu meminta bantuanmu,)" pikirnya sambil berlari dari tempat itu.
Tak disangka, Noah berlari hingga malam dan sangat kelelahan. Tempat itu ternyata sangat jauh, membuatnya berhenti sejenak untuk bernapas.
Namun, tiba-tiba ia mendengar sesuatu.
"Aku benci Mas Leo!!!" teriak seseorang, membuat Noah terdiam dan mencari sumber suara itu.
Ternyata itu adalah Caise, yang berteriak ke arah bulan di sebuah taman luas di bawah langit malam.
"(Caise... Syukurlah...)" Noah menghela napas lega, meski masih bingung dengan apa yang diteriakkan Caise tadi.
---
Sebelumnya, Caise menghabiskan hari di sofa, tidak peduli berapa banyak pesan yang masuk, mengkhawatirkannya karena ia tidak masuk sekolah maupun kerja sambilan.
"(Mas Leo... Jahat...)" Caise begitu sedih hingga tidak mau makan dan minum, bahkan tidak memberi makan kucing-kucingnya. Hingga akhirnya, ia memikirkan sesuatu yang membuatnya berdiri dan pergi dari apartemennya.
"Aku ingin bunuh diri..." Caise berlari di bawah malam yang gelap. Ia sampai di taman dengan air mancur deras dan kolam yang sangat dalam. Ia menarik napas dan berteriak, "Aku benci Mas Leo!!!"
Noah yang mendengar itu menjadi terdiam. Ia lalu menyalakan rokoknya. "Hahaha... Kejamnya~ gadis seusiamu tidak baik mengatakan hal itu loh," kata Noah.
Seketika Caise menoleh dengan terkejut ke arah Noah. "Mas Noah...." dia memasang wajah sedih.
"Maaf ya, aku menghancurkan kekesalanmu," tatap Noah sambil memegang rokoknya yang terus mengeluarkan asap.
"Ini... baik-baik saja," Caise hanya membuang muka.
Lalu Noah menurunkan senyumnya. "Maaf, Caise, kau harus mengalami hal ini... Aku sudah mencoba memberitahumu dari awal, tapi aku juga senang jika Leo bisa tertawa dan tersenyum seperti itu bersamamu. Aku senang, kau membuat Leo bersikap selayaknya dia yang baik... Tapi, hanya karena masalah ini, kau benar-benar mengatakan itu untuk mewakili Leo? Dia tidak sepenuhnya salah, aku yang salah... Aku menghancurkan ini semua," kata Noah, membuat Caise terdiam mendengar itu.
Lalu Noah mulai berbasa-basi, "Sebenarnya aku juga tertarik dengan gadis seusiamu."
Caise terdiam dan menoleh dengan lirikan. "Apa kau ingin jatuh cinta dengan mereka?"
"Jatuh cinta? Haha, untuk sekarang sepertinya harus diragukan. Tapi cinta itu bagus... Orang bisa berubah menjadi baik ataupun buruk karenanya," kata Noah. Dia berhenti sejenak untuk menghembuskan asap rokoknya, lalu menambahkan, "Kau bisa melihatnya sebagai kesempatan untuk mengubah sikapmu. Cinta terbaik membantu mu untuk tumbuh," kata Noah. Perkataan itu membuat Caise terdiam.
"Curang!! Bajingan!! Dia pantas mati, aku tak mau pria sepertinya... Dia hanya menggunakan ku sebagai alat pelampiasan. Setelah dia mendapatkan gadis yang dia sukai itu, dia pastinya juga akan meninggalkanku. Aku yang hanya memutuskan ini duluan!!" teriak Caise, membuat Noah terdiam.
Lalu Caise menoleh ke arah Noah dengan tatapan kesal lagi. "Mau bilang apa lagi, huh?!" ia menatap tajam.
"Haha... gadis yang lucu... Aku jadi ingat kata-kata orang tuaku dulu... Orang yang memiliki sikap baik selalu gagal dalam percintaan. Orang yang membuatmu tersenyum malah akan membuat luka yang hebat di akhir. Meski belum tahu apakah itu takdir, hargailah dia yang sudah hadir," tatap Noah, membuat Caise terdiam menatapnya.
"Ini hanyalah pendapatku, manusia adalah makhluk yang selalu terluka dan menyesal pada pilihan apa pun yang mereka buat. Mudah untuk berkata 'pilih saja supaya tidak menyesal,' tetapi itu mustahil. Sesulit apa pun jalan yang ditempuh, pada akhirnya akan berakhir dengan penyesalan, seperti itulah kita, para manusia," tambah Noah.
"Alasan dia tidak peduli adalah, semua kepedulian hanya mengarah ke lukanya saja... Aku minta maaf, jangan paksakan dirimu, dan sekarang, aku benar-benar butuh bantuanmu," kata Noah sambil mengulurkan tangan kepada Caise yang masih terdiam.
"Kau tahu kan, aku tak mau sakit lagi... Sakit hanya karena ini... Karena itulah aku ingin memisah hubungan kita lebih dulu... Karena aku tak mau jika Mas Leo melakukannya dulu."
"Dia tak pernah melakukan itu," Noah langsung mengatakan. "Leo tak pernah memutus suatu hubungan tanpa alasan yang jelas. Hubungannya dengan gadis bulan... Gadis bulan yang memutuskan duluan, dan dari putus cinta itu, dia berusaha menjadi seseorang yang keras dan tidak menangis hanya karena putus cinta. Tapi dia tak sadar, dia berlebihan, membuat dirinya mengerikan dan menjadikannya harimau... Sekarang hanya perlu menunggu kucing kecil memberitahunya... Dan itu ada di depanku," kata Noah.
Caise terdiam, dia menjadi ragu. "Jika aku menerima ini, apa aku bisa tahu hubungan mereka berdua?" Caise menatap.
"Yeah..." Noah mengangguk, lalu Caise memegang tangan Noah dan mereka berjabat tangan.
Tapi ada yang memanggil. "Sayang!" Membuat mereka berdua menoleh. Suara wanita cantik menyapa Noah.
"Halo, sayang," Noah juga menyapa.
Caise menatap tangannya yang masih memegang Noah, lalu ia menariknya. "Maafkan aku!" Dia menatap wanita itu, yang ternyata Inei, pacar Noah sendiri.
"Ah, tak apa," Inei membalas sambil memeluk Noah.
Caise terdiam bingung. "Maaf, apa?" Caise menatap.
"Itu tak apa kok."
"Apa ini tidak akan menimbulkan kesalahpahaman? Aku menyentuh pacarmu," Caise menatap Inei.
"Hahaha, kamu gadis polos... Aku bilang tidak apa-apa... Noah adalah lelaki setia... Benar, bukan, sayang?" Inei menatap Noah yang tersenyum miring sambil memegang pinggang Inei.
"Itu benar...." balas Noah, membuat Caise terdiam. Lalu Noah menatapnya. "Caise, aku yakin Leo juga begitu... Jadi, seseorang yang baik akan berpikir kesalahpahaman harus diselesaikan, bukan ditinggalkan," kata Noah, membuat Caise terdiam.
---
Sementara itu di sisi lain, Leo tampak menutup mata, dalam pelukan hangat gadis bulan yang ada di mobil. Mereka duduk di bangku tengah.
Gadis bulan terus membelai kepala Leo. "Tidurlah, dengan rasa sakit, yang tidak akan kau rasakan..." kata gadis bulan. Dia lalu memegang sesuatu, yakni belati berwarna hitam yang sangat tajam.
"Matahariku... Kau sungguh sudah berubah..." Dia meletakkan ujung belati itu di punggung Leo dan tiba-tiba saja menekannya sambil menggores ke atas. Dia sudah sangat jelas melukai punggung Leo, terus menerus menggores hingga darah bercucuran ke mana-mana, sementara Leo hanya terdiam tidur.
Tapi siapa sangka, Leo membuka mata. "Luna..." panggilnya, bangun menatap gadis itu yang menunjukkan belati penuh darah.
"Luna, aku tidak ingin bersama denganmu," Leo menatap dengan tatapan yang sungguh kecewa.
Gadis bulan yang ia sebut Luna itu meletakkan pisaunya dan memegang pipi Leo dengan tangannya yang penuh darah. "Kenapa? Katakan padaku."
"Kau yang pertama memutuskan hubungan ini, dan aku tidak akan kembali lagi padamu."
"Tapi, aku ingin kembali denganmu. Biarkan aku terselimuti darahmu," gadis bulan itu memeluknya dengan tangan yang memegang punggung Leo, membuat tangannya penuh darah. Leo hanya terdiam, dia menatap jendela dari dalam mobil.
"Maafkan aku, aku tak mau bersama denganmu...." kata Leo sambil mendorongnya pelan.
"Kau matahariku, kita berdua terjalin hubungan... Kau mengerti itu..." gadis bulan menatap.
"Tidak, kita tidak terjalin, dan hentikan ini, aku tidak suka hal ini karena... Aku bukan budak, tetapi aku pelindung... Aku harimau, bukan matahari," kata Leo, membuat gadis bulan terdiam.
"Jadi, kau memutuskan aku? Dari mana aku bisa hangat tanpa darahmu?"
"Maaf, sampai jumpa," Leo akan pergi, tapi tiba-tiba lehernya disekap dengan pisau oleh gadis bulan, membuatnya terpaku.
"Jika kau ingin pergi, kau tidak akan bisa mengubah apa pun... Kau bisa pergi sekarang, tapi aku akan menunggumu terus menerus hingga kau benar-benar merangkak memohon padaku untuk kembali," tatap gadis bulan. Lalu dia melepas pisaunya.
Leo terdiam. "Kau pasti diminta Mandara..."
Sementara itu, Caise kembali ke apartemennya. Kucing-kucingnya menyapanya dengan memelas, meminta makan.
"Maafkan aku..." Dia mengambil makanan kucing dan mulai memberikan mereka makan.
Namun, ada yang mengetuk pintu, membuat Caise menoleh dengan bingung. Ia lalu membuka pintu dan, siapa sangka, mendadak saja orang di depan pintu itu, yang tidak diketahui jelas, mendorong mulut Caise dan langsung memutar tubuhnya, mendekapnya.
"Ump!!!" Caise terkejut, tapi ia perlahan lemas dan menutup mata karena rupanya dia dibius. Sepertinya dia diculik.
Sementara itu, Leo keluar dari mobil dan langsung berjalan pergi meninggalkan tempat itu sambil menyalakan rokoknya. Tak peduli meski tubuhnya terluka oleh sayatan, bahkan lehernya sekalipun. Itu sama saja; dia tersiksa oleh gadis bulan itu, dan dia hanya terdiam.
Ketika terus berjalan buru-buru, ponselnya berbunyi, membuatnya berhenti berjalan dan mengambil ponselnya yang ada di sakunya. Tertulis panggilan dari Direktur Mandara.
Ia mengangkatnya, dan yang bicara pertama adalah Direktur. "Leo... Kau mau terima, bukan, untuk mengambil barang itu?"
Leo mengepalkan tangan mendengar itu, lalu mengatakan sesuatu dengan nada tertahan. "Apa kau baru saja memanggil Luna untuk mendapatkan aku... Apa kau tahu itu benar-benar sialan...."
"Hahaha... Apakah itu tidak bisa menghipnotismu? Bukankah gadis bulan bisa menghipnotis pria matahari?"
"Aku bukan matahari, aku harimau...."
"Oh, harimau... (Rupanya memang benar, itu tidak mempan untuknya...) Kalau begitu, harimau harus bisa mendapatkan kucing untuk kau lindungi, kan," kata Tuan Mandara.
"Apa maksudmu?" Leo meremas HP-nya dengan tatapan kesal dan tidak sabar ingin memukul.
"Aku masih heran, apa yang dimaksud bulan dan matahari di sini.... Apakah gadis bulan itu adalah seorang gadis gila atau apa.... Mungkin kau memang benar, mencari gadis waras di sini. Memangnya apa susahnya melakukan perintahku di sini... Ambil barang itu," kata Tuan Mandara.
"Aku sudah bilang padamu, bukan? Aku sedang tidak mau... Jika kau mengatakan itu lagi, aku akan—"
"Aku memiliki sesuatu." Direktur menyela.
"Apa?" Lalu Direktur mengarahkan ponselnya ke seseorang.
"Bicaralah... Cepat!" tatapnya, dan rupanya itu adalah Caise yang terikat di depan.
"(Apa itu Mas Leo? Apa aku tadi diculik? Aku terbangun begitu saja dan kepalaku pusing. Sekarang dia mau aku bicara... Aku tidak mau mengkhawatirkannya,)" Caise menggeleng, tak mau bicara. Rupanya dia memang diculik oleh Tuan Mandara. Dia juga tahu bahwa tidak mungkin Leo datang menyelamatkannya karena Leo memiliki hubungan sendiri dengan gadis bulan, padahal kenyataannya tidak begitu.
"Bicaralah!!" Tuan Mandara masih meminta.
Tapi Caise tetap terdiam, tak mau membuka suara. "(Aku tak mau.... Aku tak mau.... Bukankah kau harus bersenang-senang dengan gadis bulan... Peluklah dia sesukamu... Aku tak mau lagi... Tidak mau...)" Caise menutup mata.