Namun, ia ingat pesan Noah yang tidak ditujukan kepadanya. "Sebenarnya, gadis bulan itu adalah gadis yang terlalu gila dan terobsesi pada luka Leo. Dia hanya menyukai Leo melalui lukanya, jadi dia tidak sepenuhnya bisa dikatakan mencintai Leo... Leo pun juga begitu, karena sebelumnya, Leo tak pernah menggunakan nada tertawa senang pada gadis bulan. Hanya padamulah dia bisa tertawa sungguh sangat ramah... Jika matahari menjadikannya budak, maka harimau menjadikannya pelindung. Penjaga lebih dari sekadar pelindung... Dan dia bertugas melindungimu," kata Noah yang teringat di benak Caise.
"(Dari awal aku bermimpi bahwa aku akan bertemu dengannya, tapi... Kenapa aku tidak bisa memprediksi yang ini... Bagaimana caraku mengetahui apakah Mas Leo benar-benar serius atau tidak... Dia bilang... Gadis bulan mati... Mungkin itu artinya perasaan nya yang telah mati,)" pikir Caise dengan khawatir.
"Aku bilang, bicaralah!!!" Tuan Mandara berteriak marah dan langsung menampar Caise.
"Ah..." Caise merasa kesakitan.
Mendengar itu, suara itu langsung masuk ke telinga Leo. "(Apa itu tadi... Suaranya seperti...)"
"Apa yang kau lakukan... Aku sudah bilang tidak mau," Caise berteriak sambil menangis.
Seketika, Leo jelas mendengar bahwa itu adalah Caise. "Caise... Itu kau... Caise!!!"
"Haha, benar Leo... Ini gadismu, kah? Seleramu benar-benar berubah. Memang benar, sih, kulitnya seperti keramik porselen yang berkilau, tapi tubuhnya sama sekali tidak mencolok untuk kupu-kupu malam," kata Direktur.
"Beraninya kau... Dia bukan kupu-kupu!!!!" Leo berteriak kesal.
"Kalau begitu, datang dan ambillah dia. Dia ada di Persia bersamaku."
"Apa kau bilang?!... Persia?!"
"Ya... Sebelumnya kau harus menuruti kesepakatan kita... Ambil barang itu dan serahkan padaku, jangan sampai diambil orang lain," kata Direktur dengan sombong, hal itu membuat Leo mengepal kesal.
"Aku akan turuti..."
"Haha, bagus."
"Tapi jika kau menyentuh gadisku sejari saja, atau jika dia terluka, aku akan membunuhmu. Aku akan meneror semua yang ada di dekatmu," kata Leo dengan suara serius.
"Jangan khawatir, aku tunggu itu," Direktur membalas, lalu menutup panggilan.
Leo menurunkan ponselnya dari telinganya. Ia terdiam seketika, lalu memukul sebuah pohon besar di bukit itu.
"Sialan!! Ini semua ilusi yang tidak nyata!!!" Dia berteriak, lalu membalik badan dan menoleh ke arah mobil gadis bulan tadi, siapa sangka, Luna, gadis bulan itu keluar dari mobil mendekat ke arahnya.
Seketika Leo terkejut. "Ini bukan ilusi... (Apa yang terjadi padaku... Sadarlah...)" ia memegang kepalanya dengan pusing.
"Leo, kenapa kau tidak bertanggung jawab atas semua perasaan mu padaku? Kita sudah melewati ini bersama," tatap Luna dengan warna mata yang menyala.
"Tidak, tidak... Aku memutuskan untuk tidak mempercayai mu, kau telah membuat pikiran ku mati dan menganggap mu tiada!"
"Siapa yang bilang aku tiada!!" Luna langsung berteriak murka.
Leo menjadi berwajah tak percaya, dia mengepal tangan. "Aku... Dari awal aku mencintai mu hanya karena sebuah paksaan, kau memaksaku... Meskipun aku mencintai mu, tapi kau yang awalnya memutuskan hubungan kita dan sekarang, kau mengatakan ingin kembali lagi... Katakan padaku bahwa perasaan itu tidak lah benar! Kau hanya diminta seseorang!!"
"Kenapa kau tahu?" Luna menatap sombong.
Seketika Leo terkejut. "Jadi... Memang benar.... Kau ingin kembali padaku hanya karena.... Diminta orang?"
"Aku tak pernah mencintai mu, Leo... Kau hanya aku anggap sebagai budak..." kata Luna.
Leo yang mendengar itu menjadi kesal lalu berjalan pergi melewati Luna.
Luna yang melihat itu menjadi terkejut. "Kau sialan Leo!! Aku yang berhak kau cintai! Aku hidup karena kau masih ingat aku! Semua tato yang ada di tubuhmu, aku yang membuat nya! Inikah balasan mu?!" Luna berteriak tapi Leo tak peduli dan berjalan meninggalkan nya.
--
Di sisi lain, Caise mendadak batuk darah. "Cough!!"
Hal itu membuat Tuan Mandara menoleh. "Ada apa denganmu?"
"Cough... (Jantungku...)" Caise merasakan detak jantungnya semakin keras. Lalu ada yang berbisik di telinga dan jiwa batinnya.
"(Tidurlah...)" Lalu bayangan muncul, di mana wajah dari gadis bulan tak pernah ditunjukkan.
"(Apa jangan-jangan... Ketika aku mengatakan kita berhenti saja... Itu semua hanyalah permainan, orang yang melakukan itu pasti sengaja ingin merusak hubungan ku dengan Mas Leo dengan mendatangkan gadis bulan... Tapi apa Mas Leo akan setuju untuk kembali pada Gadis bulan?)"
"Apa yang sedang kau pikirkan?" Tuan Mandara mengangkat dagu Caise yang teraliri darah dari bibirnya.
"Mas Leo... Tidak keji, dia pria yang baik..." tatap Caise dengan tatapan kosong.
"Hmp... Kau masih belum sadar, dia itu pria yang gila atas apa yang terjadi pada masa lalu cintanya... Gadis bulan menghantui pikirannya, bahkan perasaan nya, jika gadis bulan berhasil merayunya untuk kembali melanjutkan hubungan, maka Leo pasti akan menyetujui nya, akhirnya dia akan meninggalkan mu karena kau hanyalah gadis biasa," kata Tuan Mandara.
Caise terdiam lalu ingat kalimat Noah. "Kesalahpahaman harus diselesaikan, bukan ditinggalkan."
"(Jadi ini semua kesalahpahaman... Mas Leo hanya di permainkan... Aku bersumpah bahwa aku merasakan cinta yang di berikan olehnya meskipun dia telah di sia siakan gadis bulan.) Tapi kamu yang memberitahuku bahwa gadis bulan akan datang!!" Caise akhirnya berteriak.
"Memang benar!! Aku sudah bilang, gadis biasa seperti mu apa istimewa nya, kenapa Leo bisa bisanya memilih mu, sudah jelas alasan nya kau hanya dijadikan pelampiasan..."
"(Tidak.... Dia bukan orang yang begitu, aku yakin.... Aku yang salah... Aku tak tahu kondisi Mas Leo yang sebenarnya... Aku menghancurkan psikologisnya.)"
--
Ponselnya kembali berbunyi, kali ini dari Noah. "Hoi, Leo... Kemana kau? Kenapa tidak kemari? Kau tahu apa yang baru saja kau lakukan?"
"...Aku sedang dalam masa gila tadi. Kenapa kau tidak kemari menolongku?" tanya Leo. Di sisi punggungnya yang masih terluka tak peduli darah keluar.
"Kau harus meminta maaf pada Caise. Kau lari begitu saja, seharusnya kau tetap diam di depan pintu... Aku tahu kau punya pemikiran kosong yang bisa berbahaya, tapi kau hanya perlu memikirkan Caise. Apa itu terlalu berat?" kata Noah.
Leo terdiam sambil terus berjalan terburu-buru. "Aku tadi tersadar karena memikirkan Caise... Tapi, aku tidak berharap dia akan begitu marah ketika tahu siapa aku sebenarnya. Apa aku salah dengan apa yang kulakukan atau kukatakan ini? Aku bermaksud memberitahunya nanti, karena aku takut ini akan terjadi... Ini hanya akan menyebabkan kesalahpahaman..."
"Leo... Terkadang kau harus menunjukkan sikap terburukmu, bahkan pada Caise sekalipun, agar dia sadar bahwa kau nyata sepanjang waktu... Bahkan aku harus bilang, jangan hilang akal hanya karena seseorang yang tidak keberatan kehilanganmu... Pada titik tertentu, kau hanya harus berhenti memberitahunya soal apa yang terjadi dalam hidupmu, jangan pedulikan apa yang dikatakan gadis bulan dan Caise adalah milik mu, ingat bagaimana kau menyukai nya," kata Noah.
Leo menoleh ke arah bulan dan menghela napas panjang, lalu mendengar suara kucing liar yang melihatnya dari atas pagar jalanan. "Meong..." Suara kucing itu terdengar berat.
"Kau tidak paham, bagian paling penting dalam hidupku adalah saat aku memiliki seseorang yang kusuka," kata Leo masih dalam pembicaraan.
"Kalimatmu salah. Mungkin kau harus mengatakan 'orang yang tepat,' bukan 'orang yang kau sukai.' Mencari orang yang tepat dapat menunjukkan kriteria dan tugasmu sebagai apa..." kata Noah.
Leo terdiam dan menutup matanya. "Baiklah, kau benar-benar cerewet... Aku akan pergi ke Siberia, jangan ganggu aku saat aku pergi. Jangan hubungi aku lagi."
"Hah... Apa maksudmu... Siberia?! Itu jauh sekali, kawan. Aku akan ikut denganmu."
"Aku tunggu di dermaga," kata Leo lalu menutup panggilan.
"(Cih... Apa yang dia lakukan... Apa dia mencoba mengambil barang itu... Narkoba itu?! Apa jangan-jangan... Caise?!)" Noah terdiam panik. Dia cepat memahami situasi yang terjadi. Lalu ia segera bersiap.
Di sisi lain, Luna menatap bulan yang ada di hadapan nya karena dia masih ada di bukit berbintang, dia lalu mengeluarkan rokok dan membiarkan asap rokoknya menutupi bulan.
Dia juga tersenyum dengan bibir tebalnya. "Leo..." dia memanggil dengan suara yang bernada. "Aku benar benar tak tahu lagi harus apa menghadapimu. Kita dulu saling mencintai kan? Hanya saja kau mencoba menipu pikiran mu dengan mengatakan bahwa aku mati hanya karena kau ingin melupakan ku, begitu tidak sopan nya... Dan sekarang, kau mengaku sebagai harimau yang melindungi kucing kecil... Aku harus tertawa mendengar itu..."
Bagaimanapun juga, hubungan nya dengan Leo tak akan bisa usai, semua orang yang berhubungan di sini, menganggap Caise adalah gadis biasa, tapi yang tahu Caise hanyalah Leo.
Dia tahu siapa Caise, dia tahu kenapa dia bisa tertarik pada Caise, itu artinya Caise bukan gadis biasa. Kini Leo mencoba melupakan Gadis bulan dan menyelamatkan Caise.
Di Siberia, tepatnya di halte bus tempat pertemuan, Noah berlari terengah-engah dan mampir sambil memakai baju santai liburan. Sampai di sana, tak ada siapa-siapa.
Ia melihat secarik kertas kecil di sana. "Bagaimana bisa ada pesan di sini?" Ia bingung dan mengambilnya. Rupanya itu dari Leo.
==Aku pergi duluan. Kau lambat, dan jangan hubungi aku==
"Terkutuk orang itu!!! (Bagaimanapun juga, aku ingin menyelamatkan Caise juga... Leo adalah orang yang membayar ku, jika dia mati aku tak akan bisa di bayar...)" Noah berteriak kesal.
Sementara itu, Tuan Mandara masih di ruangan di mana Caise diikat di kursi, dan Tuan Mandara sendiri duduk di sofa dekatnya.
Ia mengambil ponselnya sendiri yang ada di meja, lalu mendengar Caise batuk lagi.
"Cough..."
"Heh, bukankah kau tadi sudah berhenti? Kenapa batuk lagi?" Tuan Mandara berjalan mendekat.
"(Dadaku sesak... Aku tadi tertidur dan secara kebetulan, mimpi memberitahuku sesuatu... Tapi yang jadi pertanyaanku, orang ini... Dia siapanya Mas Leo?)" Caise terdiam menatapnya.
"Heh, kau gadis kencur... Apa yang membuat Leo tertarik padamu? Atau kau yang merayunya?" tatap Tuan Mandara. Namun, ia terdiam ketika darah terus mengalir dari mulut Caise, mengotori bajunya dan tubuhnya.
Tuan Mandara terkejut. "Ada apa ini?! Kenapa kau terus mengeluarkan darah... Tunggu sebentar, aku akan memanggil..." Tuan Mandara buru-buru pergi.
"(Jantungku... Sakit... Aku merasa jantungku memompa dengan arah yang salah, membuat udara yang keluar dari mulut menjadi darah... Apa aku akan mati?)" Caise tampak lemas, bahkan malaikat pencabut nyawa tampak siap meraih tangannya.