Chereads / ROMANTIKA CINTA / Chapter 10 - Anak Baru

Chapter 10 - Anak Baru

Lelaki yang masih asing bagi semua siswa-siswi Bina Bangsa kini menjadi pusat perhatian.

Dengan seragam yang tampak masih baru dia berjalan pelan sambil memperhatikan sekeliling nya.

Semua siswi berlalu lalang memperhatikan pesonanya, lelaki itu tampak tak betah ditatap dan jadi bahan pembicaraan orang-orang di sekitar nya.

Tapi dia tetap mencoba untuk bodo amat walau saat ini dia risih.

Menghampiri salah satu siswa yang sedang duduk-duduk dibangku koridor, dia mengumpulkan niat untuk bertanya.

"Sorry ganggu, ruang kepsek letak nya dimana?"

"Ruang kepsek letak nya di atas, yang paling mentok sebelah kanan."

"Thanks," ucapan terimakasih dari lelaki itu terdengar kaku, seakan dia adalah robot yang sangat irit dalam berbicara.

Dia pergi menaiki tangga dan berbelok ke arah kanan, sesuai dengan perkataan lelaki yang duduk tadi.

Begitu dia sampai dipojok ruang itu, mata nya melihat dua orang perempuan berbeda yang tampak membicarakan sesuatu.

Dia menghampiri mereka, melontarkan pertanyaan yang dia rasa wajib dia lontarkan.

"Pagi buk, kepala sekolah dimana dan yang mana ya ?" tanya lelaki itu.

"Ooo kamu pasti Cakrawala itu ya, saya kepala sekolah disini."

Lelaki yang ternyata bernama Cakrawala itu menyalami tangan Arini, Kepala sekolah di Bina Bangsa.

Dia tidak tau yang mana Kepala sekolah, karna saat dia harus pindah sekolah dengan alasan di DO, yang mengurus segala nya adalah orang suruhan lelaki itu, jadi, dia tinggal masuk di hari yang sudah di tentukan.

"Iya bu."

"Kalau begitu Renata ke kelas dulu ya bu."

Renata mengakhiri topik pembicaraan nya dengan Arini yang memang sudah selesai, gadis itu segera menyalami tangan Arini untuk pamit ke kelas.

Arini tampak berfikir sesuatu.

"Hm, Renata, tolong kamu antar kan Cakra ke kelas nya, karna dia belum tau dimana letak kelas-kelas sekolah kita."

Langkah Renata tertahan setah mendengar permintaan kepala sekolah itu.

Dia berbalik, mendapati Cakra yang menyunggingkan senyum kearah nya.

"Ruang kelas berapa buk?"

"11 IPA 4, se kelas dengan kamu, itu maka nya saya minta kamu mengantar nya, anggap saja sekalian," terang Arini.

"Baik buk, permisi ya bu."

Renata mengangguk, membuat bahasa tubuh agar lelaki itu mengikuti nya pergi menuju kelas.

Cakra yang faham dengan isyarat Renata mengangguk, lalu mengikuti nya.

"Permisi bu," ucap nya sebelum pergi.

Arini masuk keruang kepsek lalu menutup pintu, sebagai kepsek yang bertanggung jawab, banyak hal yang harus dia urus.

***

Cakra terus mengikuti gadis di depan nya dengan canggung, dia terus memperhatikan wanita itu dari posisi nya.

Dia berjalan sedikit cepat, berusaha untuk menyamai langkahnya dengan langkah Renata.

"Kenalin gua Cakra."

Renata terus berjalan, kenapa akhir-akhir ini dia sering berurusan dengan orang asing, batin nya.

"kenalan nya nanti aja ya, nanti telat ke kelas nya." Renata mempercepat langkah nya, berharap jika lelaki itu tidak seaneh Leo.

Cakra mengacak rambutnya frustasi, apa dia baru saja membuat seorang wanita ilfeel? Dia menghilangkan pikiran itu dari kepala nya, bagi nya tidak ada yang salah.

Tak mau memikirkan hal yang percuma, lelaki itu terus mengikuti Renata.

"Ini kelas 11 IPA 4, kelas lu kelas gua, maybe pelajaran uda mau mulai, langsung masuk aja, selebih nya gua tau Lu bisa atasin."

Mereka masuk ke dalam kelas dengan Renata yang lagi-lagi berjalan duluan, sebelum duduk gadis itu mengantar Cakra kemeja wali kelas nya.

"Bu." Renata memberi kode pada guru nya.

"Oh iya Renata, kamu duduk sekarang."

Renata pergi kebangkunya, tugas nya untuk mengantar anak baru itu selesai sampai di sini, gadis itu menghela nafas, legah.

"Baiklah anak-anak ibuk minta waktu kalian sebentar, hari ini, kita kedatangan teman baru yang akan segera menjadi bagian dari kelas dan sekolah ini, oke Cakra kamu perkenal kan diri sekarang."

Cakra menghadap calon teman seperjuangannya, tidak ada rasa gugup apapun di diri nya, ini bukan yang pertama kali dia melakukan hal ini.

"Cakrawala pindahan dari bandung."

Empat kata itu di ucapkan dengan nada yang terdengar dingin dan jauh dari kata bersahabat, namun entah kenapa memberi kesan tersendiri bagi yang mendengar.

"Sekarang kamu boleh duduk."

Cakra menaikkan alisnya ketika mendengar perkataan guru itu, mau duduk dimana? Di lantai yang dingin ini?

"Duduk dimana buk?" tanya Cakra.

"Di bangku kosong di belakang Renata dan Lian."

Cakra bergegas menuju bangku kosong yang di tunjuk guru itu, dia tak kenal Lian, tapi dia tau Renata, jadi patokan nya adalah gadis yang tadi mengantar nya.

Dia duduk di bangku yang mulai hari ini menjadi hak milik nya, mengeluarkan buku dari tas, dan memperhatikan papan tulis yang sudah mulai kotor oleh coretan spidol hitam itu, semua murid akan melakukan hal itu setiap hari.

Hal yang begitu monoton.

Dan Leo akan menyebut nya konyol serta membosankan.

***

Jam istirahat akan segera berakhir, semua murid yang tadinya berkeliaran di koridor sekolah dan yang tadi nya menghuni kantin pun segera menuju kelas masing-masing.

Renata melongok, melihat sedikit sampah di laci mejanya, dia akan merasa risih jika laci nya di huni oleh sampah.

Gadis itu memungut sampah kertas dari laci nya, bekas dia mencari jawaban matematika dan bekas Lian melakukan aktivitas coret menyoret yang sangat tidak ber manfaat.

"Li, gua buang sampah dulu."

Lian melihat kertas-kertas kusut ditangan Renata, lalu mengangguk, sedikit menyengir karna dia tau ada kertas nya di Situ.

Renata keluar dengan membawa sampah kertas-kertas itu di tangan, lalu dia membuang nya ditempat sampah samping kelas, selesai dengan sampah itu dia memilih untuk masuk ke kelas.

Namun langkahnya tertahan saat daun telinga nya menangkap suara yang seperti nya tidak asing lagi.

"Gua nagih janji lu."

Renata menoleh ke asal suara, dia yakin si penagih janji sedang berbicara kepada nya.

"Lu, janji apaan?" Renata binggung, seingat nya dia tidak pernah menjanjikan hal apapun kepada siapapun hari ini.

"Kenalan."

Renata menghela napas nya, itu memang hal yang dia katakan tadi, namun bukan berupa janji, Renata tersenyum pada Cakra, dan nampak nya lelaki ini tidak seaneh Leo.

"Gua Renata." Renata mengulurkan tangannya.

"Cakra." Cakra menyambut uluran tangan Renata, ini hal yang dia tunggu sejak tadi.

"Masuk ke kelas bareng? Bentar lagi jam pelajaran pak edo."

Gadis itu menarik tangan nya duluan, menyarankan agar mereka segera masuk ke kelas untuk mengikuti jam pelajaran berikutnya.

Cakra mengangguk, dan mereka masuk ke kelas.

Tanpa menyadari jika sedari tadi seseorang tak berhenti memperhatikan mereka.

"Cakrawala, kenapa lu datang lagi?"

Lelaki yang tidak sengaja melihat kehadiran Cakra dan Renata itu mengepalkan tangannya.

Melampiaskan amarah nya, menghantam tembok dengan tangan nya yang berkali-kali.

Tangan lelaki itu tidak sakit, namun hatinya yang merasakan hal itu, tanpa sengaja masa lalu nya hadir secara tiba-tiba, membuat ingatan lama kembali menguat, dan merasa jika amarah yang dulu dia kubur kembali bangkit.

Dia bukan tipe orang yang pandai mengontrol diri nya, Leo mengepalkan tangan nya lagi, mencoba untuk menganggap semua tidak pernah terjadi.

Namun sayang nya, dia gagal.