Chereads / ROMANTIKA CINTA / Chapter 14 - Membeli Buku

Chapter 14 - Membeli Buku

Renata menutup pagar rumahnya, lalu menghampiri Cakra yang bersandar disamping motornya.

"Hai Nat."

Sapa Cakra, entah perasaan apa yang ada dalam hatinya, semenjak mengenal Renata sedikit demi sedikit kekelaman di hidup nya kembali berwarna, namun tidak semua nya.

Ada memori yang hingga saat ini dia harapkan untuk kembali.

"Pergi sekarang? Gua gak bisa lama-lama."

Cakra tersenyum, "naik."

"Lu aja belum naik Cak." Renata melipat tangan nya di depan dada, melihat kegugupan Cakra yang jelas.

"Oiya lupa gua."

Lelaki itu naik duluan, memakai helm nya, lalu Renata naik kemotor.

Cakra memberinya helm, "biar kalau kenapa-kenapa gak kenapa-napa."

Renata menyambut helm itu dia terkekeh pelan agar suasana nya tidak terlalu canggung.

"Udah?" tanya Cakra.

Renata menepuk pundak Cakra. "Let's go" serunya.

Cakra memacu motornya ditengah kendaraan yang menghuni jalan besar.

Renata memandangi punggung Cakra yang tegap, dari duduknya aroma parfum lelaki itu sangat tercium, aroma yang sangat harum dan lembut, khas lelaki pastinya.

Renata terjebak dalam situasi dimana dia harus diam dalam suasana canggung yang terus membuatnya risih, dia memang baru mengenal Cakra selama 2 hari, tapi mereka langsung berteman, layaknya dia dan Lian, gadis itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal, entah kenapa akhir-akhir ini dia sering mengenal lelaki baru, dan langsung akrab, mungkin karna dia mudah berteman dengan siapapun, atau entah lah.

Sebut saja takdir.

Dia terus melamun berfikir tentang hal apapun, intinya menyibukan diri dengan hal lain, agar tidak semakin canggung.

"Nat, bentar lagi nyampe ni, Lu diam mulu dari tadi, ngomong ngapa? Sariawan Lu?" suara Cakra tak terlalu jelas karna terhalang helm dan angin yang berlawan arah.

"Apa Cak? Gajelas nih."

Renata mendekatkan telinganya yang terhalang helm, ketelinga Cakra yang juga terhalang helm.

Cakra lebih memilih diam, hingga motor itu berhenti disebuah bangunan besar, toko buku paling lengkap dan sudah menjadi langganan para pelajar dikota itu.

"Sampai."

Cakra mematikan mesin motornya, mencabut kunci lalu mengantonginya setelah mengunci stang motor, Renata sudah turun, lalu dia mulai melepas helm nya begitu juga Cakra.

Lelaki itu memperlihatkan rambutnya yang mulai berantakan, dan yakinlah setiap yang melihat wajah dengan rambut berantakan itu akan terpesona ditempat.

"Nat bentar lagi nyampe ni, Lu diam mulu, ngomong ngapa? Sariawan?" Cakra mengulang pertanyaan nya, jemarinya memperbaiki rambut berantakan itu.

Pertanyaan Cakra membuat Renata heran.

"Kita kan udah nyampe Cak?" Kening Renata mengernyit.

"Tadi kan pas dijalan Io gak denger pertanyaan gua mangkanya gua ulang," jelas Cakra.

Kening mulus itu berhenti mengernyit, "oh gitu, gua pikir apaan." Renata terkekeh, walau tak lucu, dia hanya menertawakan kelemotan nya.

"Masuk yuk," ajak Cakra.

Renata mengiyakan, lalu mereka masuk, lantai satu gedung itu dipenuhi dengan buku-buku bacaan biasa, buku pelajaran anak SMA umumnya ada dilantai 2.

Cakra dan Renata berjalan beriringan, lalu mereka menaiki tangga yang akan mengantar mereka ke lantai 2.

"Bantu gua milih buku ya, soalnya otak gua ngelag kalau tentang pelajaran."

Renata mengangguk.

Mereka sampai didepan rak buku tinggi dan lebar, berisi tentang buku pelajaran SMA kelas 1011 dan 12.

"Yang mana nih Nat?"

Renata berdehem, lalu melihat-lihat sampul buku cetak yang berjejer rapi, dia menelusuri beberapa rak, dan mengambil beberapa buku yang perlu untuk Cakra, sementara Cakra hanya melihatnya memilih buku dalam diam.

Cakra lebih suka melihati gadis itu dari pada melihati buku, Renata mengingatkan nya pada seseorang yang sekarang tidak dia ketahui keberadaan nya.

"Uda nih."

Renata menyerahkan buku-buku itu pada Cakra, dan Cakra menerimanya, mengambil alih buku-buku itu.

"Lu mau beli sesuatu?" tanya Cakra, mereka berjalan menelusuri tangga.

"Kek nya gua mau liat-liat novel deh."

Renata memang berencana membeli novel sedari tadi.

Begitu turun Renata langsung menghampiri rak buku yang berisi novel-novel, mana tau ada yang menarik perhatian, dia akan langsung membeli.

"Lu suka baca buku cerita kek gitu?"

Cakra meletakkan buku pelajaran yang memberatkan tangannya dimeja kosong.

"Ini namanya Novel Cak, bukan buku cerita biasa gitu."

"Terus apa enaknya baca buku tebal kek gini." Cakra mengambil satu buku lalu menunjukkan nya ke arah Renata.

Renata melirik buku itu, lalu mengambilnya, membaca sinopsis yang ada di cover belakang Novel , memperhatikan covernya.

"Menarik, keknya gua bakal suka." Dia tersenyum kearah Cakra, berterimakasih karna ke usilan nya memilih novel dengan sembarangan, Renata jadi menemukan novel yang dia suka.

"Lu pandai milih buku ya."

"Cakra gitu loh, tapi sebenar nya, gua Cuma ngasal aja tadi."

"Gua bayarin ya," pinta Cakra.

"Gua bawa uang," tolak Renata.

"Anggap aja sebagai tanda trimakasih gua ke Lu." Cakra mengambil kembali buku yang diletakkannya tadi.

"Tapi gua bawa uang."

"Tapi gua maksa."

"Kalau Lu maksa kenapa nggak."

Renata terkekeh kecil, memperlihatkan gingsul nya yang menambah keelokan paras.

"Semoga Lu bisa buat gua lupa sama masa lalu gua Nat, masa lalu yang enggak pernah pengen gua lupain," batin Cakra.

"Ya uda kekasir yuk," ajak lelaki itu.

"420.500 rupiah."

Cakra mengeluarkan uangnya dari dompet, lalu membayarnya, menerima kembalian dan mengambil kantong 2 belanja yang berisi buku-buku.

Mereka keluar dari toko, pergi menuju parkiran.

"Lu mau langsung pulang?"

"Iya, mama di rumah sendirian gak enak gua tinggalin mama lama-lama."

Sebenar nya hari itu Renata tidak ada niat keluar selain menepati janji nya dengan Cakra, dan dia memang tidak suka meninggalkan Emily dalam waktu lama di rumah, walau dia tau Emily sibuk dengan pekerjaan nya.

"Oh, ya udah gua langsung antar Lu pulang."

Renata mengangguk, dia aneh dengan pembawaannya saat bersama Cakra dan Leo amat berbeda.

Saat bersama Leo entah kenapa dia bisa membebaskan dirinya melakukan hal yang dia suka.

Tapi saat bersama Cakra, dirinya seakan terkunci, merasa risih dan tak nyaman berada di dekat pemuda itu, seakan dia tidak mendapat kebebasannya , walau sikap lelaki itu baik ramah sopan dan menyenangkan, namun sikap dingin dan cuek Leo lebih membuatnya nyaman, merasa aman dan bebas.

***

Renata duduk dipinggir rooftop Bina Bangsa menggantungkan kaki nya disana, dia membawa novelnya yang dibelikan Cakra kemarin, dan membaca buku dengan tebal 488 halaman.

Karna sedang ada perbaikan listrik kecil, semua alat elektronik tak akan dihidupkan untuk beberapa waktu, jadi suasana kelas sangat panas.

Hari ini Nanda juga tak masuk sekolah karna acara keluarga, jadi dia lebih memilih menghabiskan waktu di rooftop , malas mendengar semua siswi yang mulai bergosip tentang dia dan most wanted sekolah ini, itu sungguh berita yang memuakkan baginya

Renata sendiri tidak menyangka jika kedekatan nya dengan Leo akan berdampak seperti ini.