Alika dan Amanda berjalan melewati koridor sekolah yang masih sepi, ada senyum jahat diwajahnya, melewati kelas Renata.
Gadis itu sedang duduk termenung, dengan ponsel di tangan nya, hanya Renata yang baru datang, dan gadis itu memutuskan untuk berdiam di kelas.
"Lu tunggu aja, bentar lagi Io bakal rasain yang kami rasa!" Mata Amanda menatap tajam sosok Renata, entah dendam apa yang di miliki gadis itu hingga bisa sampai se emosi ini.
"Iya, Gua gak sabar nunggu beberapa jam lagi!" tangan Alika mengepal, sesuatu yang indah akan terjadi di depan mata nya sebentar lagi.
Indah bagi mereka, dan tentu sangat buruk bagi gadis yang berada dalam kelas itu.
***
"Ini si Lian kemana sih, katanya datang cepat, tapi gak nongol-nongol juga." Gadis itu mendumel, semakin larut dalam sepi membuat nya mati konyol.
Setiap detik nya Renata selalu berharap orang yang dari tadi dia tunggu datang.
Namun tampak nya tak ada tanda-tanda Lian akan datang.
Seseorang masuk ke kelas Renata.
Gadis itu menoleh melihat siapa yang mendekat ke arahnya, menyadari bahwa orang itu bukan Lian, Renata merotasikan mata nya, terlebih dia tau jika orang itu adalah Leo.
"Lu, butuh apa kesini?" tanya Renata ketus, dia melihat sosok Leo yang berdiri didepan mejanya.
"Kelas Gua masih sepi, tadi jalan-jalan dikoridor eh, Gua liat Lu uda datang, ya Gua samperin," jelas Leo yang kemudian duduk dibangku Lian.
"Tumben cepet datang?" Renata merebahkan wajahnya di atas tangan yang terletak di permukaan meja.
"Sukak-sukak dong, Lu sendiri?"
"Sukak-sukak dong," jawabnya sambil meniru nada bicara Leo.
Leo mengdengus.
"Lanjut tidurnya." Lelaki itu beranjak dari bangku.
Sebelum benar-benar pergi, Leo mengelus kepala Renata pelan, sangkin pelannya Renata tak bisa merasakan hal itu.
Leo merutuki tangannya,'ngapain Gua ngelus-ngelus kepala ni bocah, ew!" batinnya membentak diri sendiri, jika saja tadi Renata sadar tangan Leo mengelus kepala nya, bagaimana Leo akan menjawab setiap pertanyaan yang nanti nya di lontarkan Renata?
Leo meninggalkan Renata yang sibuk dengan dunia lamunannya, tak henti bersyukur karna perempuan itu tak merasakan apa yang baru saja dia lakukan.
Lian masuk ke kelas lalu segera menuju bangkunya, Renata memutar matanya dari posisi yang sama, Lian menepuk bahu Renata pelan.
"Lu ngapa balek lagi si!" Bentak Renata, Lian yang keheranan, menepuk lagi bahu Renata.
"Apa sih Le-" Renata mendongakkan kepalanya, omongannya terputus setelah dia melihat sosok itu bukan Leo tapi Lian, jauh dari ekspektasi nya.
"Le?"
"Le siapa?" tanya Lian binggung, karna selama ini Lian tidak tahu bahwa Renata sedikit dekat dengan cowok itu.
Renata merutuki dirinya lalu mulai mencari nama yang cocok dikelasnya untuk sebutan 'Le' memutar otak nya dan tampak nya gadis itu mendapat peralihan yang cocok.
"Lasya!" terlalu bersemangat saat menemukan nama , Renata tak sengaja mengucapkan nya terlalu kuat.
Lian menutup telinganya refleks, "Lasya kan belum datang" Lian menoleh ke bangku Lasya, bangku nya masih kosong dan tidak ada tas di sana.
"Gua pikir Lasya , rupanya Lu, emang Lu kenapa sih, ngejutin aja" Renata mengalihkan topik, menghilang kan ke gugupan nya.
"Enggak, oiya ni ada bekal dari bunda katanya suruh ngasih ke Lu" Lian menyodorkan kotak makan itu ke Renata.
"Lu ada?"
"Ya ada lah bego, namanya bunda Gua." Lian terkekeh, mengeluarkan satu kotak bekal makan lain dari tas nya.
"Pas banget Gua belum sarapan ni lapar." Dia memegang perutnya.
"Ya uda makan aja, Gua jugak mau sarapan nih." Lian membuka tempat makan nya, harum.
"Demi apa nasi goreng bunda emang paling top deh!" Renata sangat suka Nasi goreng buatan Tiara, bundanya Lian.
Lian tersenyum sambil mengunyah, "selain masakan bunda Gua, masakan mama Lu juga favorit banget."
Ya begitulah mereka, baik Renata dan Lian sudah daling mengenal sejak sd, Emily dan Tiara pun sudah bersahabat sejak zaman SMP mereka dulu.
Dan nyata nya, menikmati sarapan dengan sahabat yang benar-benar sahabat itu, sangat lah indah.
***
"Lu mau apa milkshake Strawbery or orange jucie?" Tanya Renata sambil melihat daftar menu.
"Milkshake," jawab Lian matanya fokus ke ponsel.
"Teh, Milkshake Strawbery nya 2 ya."
"Siap neng Renata."
Kali ini mereka tidak makan melainkan pesan minum dan berniat akan menikmatinya dikelas jadi mereka menunggu sambil berdiri dan itu bukan masalah.
***
"Lu tau sekarang ini hari apa Le?" Wisma bertanya dengan nada yang sedikit terdengar horor.
"Ga peduli," jawab Leo dingin.
"Gua yakin Lu bakal peduli dalam hitungan menit." Sean mulai meramal, entah kenapa dia bicara seperti itu, tapi dia yakin, hal itu pasti terjadi.
"Sok yes," tanggap Gibran.
"Ga percaya ga usah mas..!" Sean berbicara seperti tante-tante girang, hal ini jarang di lakukan oleh lelaki itu, hanya Saat waktu tertentu saja.
"ew" tanggap Arga, matanya melihat Sean dengan tatapan jijik.
"Selo bos!"
Leo mulai mengingat-ngingat hari ini akan ada kejadian apa, tapi dia tidak ingat apapun dan seperti nya tidak ada yang penting.
"Emang ini hari apaan sih Wis?"
"BIANCA COMEBACK TOLOL!" tiga kata itu sukses membuat Leo mengumpat di hati nya.
"Santuy jangan ngengas bro."
"Lu si BIANCA COMEBACK aja pakek di sebar-sebarin!"
"Sekarang aja bilang gitu."
Sedang sibuk dengan fikiran masing-masing, mereka di kejut kan dengan Mikael yang entah datang dari mana.
"Bro Lu tau gak bro ada insiden di kantin anjir!" Mikael datang dengan napas ngos-ngosan.
"Insiden naon."
"Si Bianca pulang-pulang uda buat masalah aja njir," kata Mikael lagi.
"Masalah apa?"
"Renata dilabrak, lagi rame tu kantin, denger-denger gara Lu Le!"
Leo kaget, dia segera pergi meninggalkan teman-temannya yang masih mendengar cerita Mikael.
Dan benar apa yang Sean katakan, sebenatar lagi, dalam hitungan menit, segala ketidak pedulian Leo, akan berubah 180" .
***
Masih berdiri.
Gadis itu mencengkram ujung saku rok nya dengan tangan nya bergetar, sangat kaget saat tiba-tiba seorang kakak kelas menguyur nya dengan air es yang dingin dan jumlah nya bukan sedikit, alhasil, baju nya basah.
Renata merasa membeku, di caci maki dengan orang yang asing baginya.
Sementara Lian, sibuk melawan manusia yang tidak berotak di depan mereka ini.
Sikap Renata memang begini, dia akan terdiam saat di perlakuan kasar secara tiba-tiba oleh orang lain, dan di saat seperti ini, Lian akan selalu membela gadis itu.
Leo melihat kelakuan Bianca dan kondisi Renata, tangannya mengepal dengan sendirinya.
"Lu gak usah ikut campur!, urusan Gua sama cewek pengoda kek dia!" Bentak Bianca, jari telunjuk gadis itu di arah kan tepat ke arah Renata yang sekarang tengah mengusap lengan nya sendiri.
"Dia sahabat Gua!, lagian Lu siapa ha?!" Balas Lian.
Bianca semangkin kesetanan, tangan nya memanas ingin menampar manusia yang dia sebut 'penggoda' tadi.
Dia mengangkat tangannya dengan penuh marah, hendak mendaratkannya ke pipi mulus Renata.
PLAK!!
Tangan nya mendarat sempurna, namun sedetik kemudian Bianca terdiam.
Dia memang menampar pipi seseorang, namun bukan pipi Renata, melainkan pipi Leo, semua orang ternganga, Lian bungkam, Bianca menutup mulut dengan tangan kanan, tangan kiri nya meraba pipi Leo.
"Jauh Lu!" Bentak Leo dingin, matanya melotot, Renata hanya diam tak ingin bicara, lebih tepat nya tidak tau apa yang mau dia katakan.
"Sayang ma..maafin ak-"
"Diam Lu!, Sekali lagi Io nyoba nyakitin Mayal, Lu bakal berurusan sama Gua!"
Leo menatap Bianca tajam, menekan setiap kata yang terucap begitu saja dari mulutnya.
Dia langsung menarik tangan Renata yang masih mematung, memberi dorongan agar segera pergi meninggalkan kerumunan orang dan terutama meninggalkan Bianca.
Lian melotot pada Bianca, mengejek perempuan yang sukses membuatnya habis kesabaran, lalu dia meninggalkan tempat itu menyusul Renata dan Leo yang sudah berjalan duluan.
Semua murid bubar, karna alasa yang sama, tidak ada tontonan menarik lagi.
"liat aja Lu Renata bakal Gua habisin!" Bianca mengepal tangannya, Alika dan Amanda juga mengeram melihat musuhnya pergi dalam keadaan mulus.
Bianca adalah Bianca, apapun akan dia lakukan, terutama jika tentang Leo.
***
Renata dan Leo berada di UKS, menunggu Lian yang mengambil baju olahraga Renata untuk pakaian ganti.
"Lu gak papa?" tanya Leo, dia menatap Renata yang menunduk, nada bicara nya sedikit terdengar resah.
Renata tak menjawab, dia hanya duduk termenung.
"Nat," panggil Leo, baru kali ini nada itu lembut.
Renata tersadar, "I'am okay," jawab Renata mengangguk.
Leo tau cewek didepannya ini bohong, "ya kalau gak mau cerita gapapa, tapi Gua minta maaf ya."
Renata menegakkan kepalanya, heran dengan kata maaf yang Leo ucapakan "kenapa?"
"Gara-gara Gua Lu jadi gini." Leo menunduk.
"Gapapa, bukan karna Lu tapi takdir."
"Cie uda bijak," goda Leo, dia ingin Renata tersenyum, dengan cara nya, tapi bodoh nya, dia tidak tau bagaimana cara nya.
"Hm." Bukan tertawa atau bahkan tersenyum, jawaban yang di peroleh Leo hanya sebuah deheman.
"Karna ini semua salah Gua, gimana kalau ntar malam kita dinner?"
Baik Renata maupun Leo terkejut, Renata tak percaya dia akan mendengar kata dinner dari mulut cowok itu.
Sementara Leo tak sadar kalimat itu terucap dari mulutnya, entah untuk keberapa kalinya dia keceplosan seperti ini.
"Bukan nya gak mau, tapi Gua gak pernah dan gak boleh keluar malam sama cowok, apalagi berdua Le," Renata menolaknya secara halus.
"Gak berdua bego, ber 7"
Mata Renata membulat.
"Enak aja Lu! Lu pikir Gua cewek apa?!"
"Gua Lu Lian sama 4 teman Gua, Gua jugak gak bakal biarin Lu kenapa-napa tolol!" Leo mengacak rambut Renata.
"Ngomong apasih Lu bego," batin Leo.
Renata mel