Chereads / ROMANTIKA CINTA / Chapter 6 - Bertemu Dara

Chapter 6 - Bertemu Dara

Keluar dari kamar mandi dengan gulungan handuk di rambut nya yang terlihat masih basah, gadis itu duduk di sisi kasur dan menatap pantulan diri nya dengan seksama, baju yang sekarang dia kenakan adalah pemberian dari sang ayah ketika semua masih baik-baik saja.

Renata tersenyum membayangkan masa ayah nya masih hidup, sangat menyenangkan.

Gadis itu melirik ponselnya saat merasa ada getaran, dilayar tertera chat dari Leo.

Bingung.

Kenapa lelaki itu mengirim nya pesan chat, Renata membuka ponselnya ketika rasa penasaran dalam diri nya melebihi besar biji jeruk.

"Shareloc, Gua otw." Membaca chat dari Leo yang sangat singkat , namun berhasil membuatnya mengingat sesuatu.

"Oiya hari ni kan Gua buat janji sama dia." Renata menepuk jidatnya, dengan cepat mengirim Lokasi rumahnya.

Sesegera mungkin dia membuka lemari, memilih baju yang sopan untuk pergi, tidak perlu banyak persiapan, ini bukan kencan atau semacamnya, dan jika ini kencan, dia juga akan tetap berpenampilan sederhana.

Siap dengan sweter cream dan celana jeans panjangnya, dia keluar kamar dan berpamitan dengan Emily, ibunya.

"Ma, Renata pergi ya, mau jenguk teman yang sakit," izin gadis itu.

"Ya udah, kamu jangan pulang malam ya, sebelum jam makan malam harus sudah pulang." Begitulah Emily, dia sangat takut putri tunggalnya itu kenapa-napa.

"Kenalkan mama dengan teman yang menjemputmu Renata," Sambung Emily, dan perkataan ini membuat Renata menjadi gugup.

"Ba..baik Ma, nanti Renata ke-kenalin," bata nya.

Renata dan Emily menunggu Leo diteras rumah, tak lama setelah itu, Leo datang dengan mobil silvernya.

Lelaki itu melihat dari kaca mobil ada perempuan yang lebih tua dari Renata, kening nya mengernyit.

"Mungkin itu nyokapnya kali ya?" Batin Leo yakin.

Ponsel Leo bergetar, chat dari Renata masuk, membuat Leo heran, dia sudah di depan rumah, dan pasti Renata sudah tau kehadiran nya, tapi kenapa malah mengirimi nya pesan?

"Nyokap Gua mau kenalan sama lu, please kesini." Leo memutar bola matanya setelah membaca isi chat, lalu keluar dari mobil.

Masuk ke dalam pagar yang terbuka, membuat nya sedikit menjadi canggung, namun segera dia menepis rasa canggung itu dengan menghampiri Emily yang sudah menunggu nya.

"Sore tante," sapa nya sopan, lalu menyalami tangan Emily, Emily tersenyum.

"Siapa nama kamu nak?" Tanyanya.

"Leo tante." Renata hanya bisa diam melihat situasi yang tidak pernah dia bayangkan sebelum nya.

"Kalian mau kemana?"

"Mau kerumah sakit tante, jenguk teman." Leo mulai gugup, baru pertama kali dia berkenalan dengan ibu teman perempuannya.

"Okey, tante titip Renata ya, nanti sehabis pulang, kita makan malam bersama dirumah tante."

Pinta Emily , baik Renata atau pun Leo terdiam, Leo tak mau memperpanjang masalah, dia hanya mengangguk.

"Yauda ma, Renata pergi dulu ya."

Setelah Renata pamit dengan menyalami tangan Emily, mereka langsung pergi menuju mobil dan Leo membunyikan Klakson, meninggalkan Emily yang tersenyum bahagia.

"Semoga laki-laki itu anak yang baik, dan nantinya bisa mengantikan Jack, walah bukan sebagai Ayah." Emily masuk dan menutup pintu.

***

Di mobil mereka seakan terjebak dalam suasana bisu, baik Leo ataupun Renata, sama-sama lebih memilih diam.

Canggung dan aneh, kehabisan topik dan merasa atmosfer mobil memanas.

"Gua-"

Sama-sama menjeda kalimat yang akan mereka lontarkan, dan sekarang situasi menjadi bertambah canggung, moment ini sama sekali tidak membantu untuk memperbaiki keadaan yang membisu dan jatuh nya malah memperburuk situasi.

"Lu aja luan." Leo membuka suara dengan nada dinginnya, pandangannya fokus kejalan.

Renata menghembuskan Nafas. "Gua mau bilang makasih buat yang tadi, sekalian minta maaf karna lu jadi kejebak suasana makan malam nanti."

Gadis itu menghadap arah kaca, inti nya jangan sampai mereka terjebak lagi dalam situasi 'kontak mata.

"Santai aja, Gua sukak makan malam kok, lagi pula nyokap lu baik." Leo tersenyum.

Renata memalingkan pandangannya ke Leo, "Btw, lu benar-benar mau ikut makan malam?" tanya Renata memastikan, dia takut saja jika Leo akan pergi setelah mengantar nya pulang.

"Ya iyalah, Gua kan uda bilang iya ke nyokap lu, berarti iya."

Renata mengangguk tanda dia mengerti dengan omongan Leo.

Suasana kembali hening, seakan mereka mati topik.

Sampai mobil silver itu berhenti disebuah bangunan besar.

"sampai." Leo pun memarkirkan mobilnya, lalu segera turun, begitu juga Renata, gadis itu melakukan hal yang sama.

Mereka berjalan masuk, melewati beberapa ruangan, lalu mereka tiba di salah satu ruang yang serba putih , Leo memegang kenop pintu lalu membukanya perlahan, dia masuk Renata mengikutinya.

Leo berjalan ke ranjang dimana gadis seusianya sedang terbaring, gadis itu tampak kurus dan pucat, matanya memperlihatkan bahwa dia sedang tidak baik-baik saja.

"Sore Dara," Sapa Leo yang segera menghampiri gadis bernama Dara, dia mengelus puncak kepala gadis itu dengan sangat menunjukkan rasa sayang nya.

Sosok lembut yang belum pernah Renata lihat dari seorang Leo.

Dara tersenyum, lalu segera memandang Renata, gadis asing yang baru dilihatnya hari ini.

"Kamu siapa?" Tanyanya dengan suara lemah.

Renata mendekati ranjang , "Hai Dara, kenalin aku Renata," Kata Renata ramah, Dara tersenyum.

"Hai Renata, kamu pacarnya Leo ya?" tebakan Dara membuat Renata gelagapan, jika seseorang bertanya seperti itu, tentu jawaban nya 'tidak'.

"Bukan Dar, dia teman aku."

Klasifikasi Leo terburu-buru. Renata baru pertama kalinya mendengar Leo menyebut dirinya Aku bukan Gua dan tidak dengan nada yang dingin seperti biasa melainkan dengan nada yang lembut dan hangat.

"Hehe, Teman kamu cantik ya Le," puji Dara, Renata tersenyum.

"Gak kok b aja."

Renata melihat Leo dengan tatapan horor, namun tetap berusaha tersenyum didepan Dara.

"Thanks Dar pujian nya , kamu juga cantik banget, Leo aja yang jelek, kamu cepat sembuh ya, aku yakin kamu bisa."

"Iya, semoga aja bisa." Mata Dara mulai sedikit bersemangat, Leo tersenyum , dia melihat semangat sahabatnya itu kembali muncul.

Pintu terbuka, seorang dengan jas putih masuk.

"Hai, saya ingin memeriksa keadaan Dara lagi" Katanya Ramah.

Leo dan Renata langsung memberi ruang pada dokter itu.

"Silahkan dok."

Dokter memeriksa keadaan Dara Di mobil mereka seakan terjebak dalam suasana bisu, baik Leo ataupun Renata, sama-sama lebih memilih diam.

"Bagaimana dok?" Tanya Leo antusias, berharap jawaban sang dokter akan lebih baik dari sebelum nya.

"Syukurlah, keadaan Dara ada peningkatan, walau sedikit tapi ini sangat bagus." Dokter itu tersenyum sumbringah begitu pula dengan Leo matanya berbinar, Renata tersenyum, baru kali ini dia melihat Leo dengan mata berbinar.

"Kalau begitu saya permisi dulu ya dek, mari, dan Dara, semangat ya, jangan lupa berdoa juga."

Dara menanggapi nya dengan mengangguk, dan memberi senyuman.

"Iya dok, terima kasih ya dok," jawab Leo, dokter itu pergi setelah bertukar senyum dengan Renata.

"Oiya Nat, Kamu sama Leo uda kenal berapa lama?"

"Baru kenal kok Dar," Jawab Leo cepat.

"Baru kok deket banget." Dara mengoda sahabatnya itu.

"Iya baru 3 hari kok." Renata menambahi.

"Ya uda kamu belum makan kan Dar, ni aku bawa bubur ayam." Leo mengalihkan topik dan menunjuk rantang berisi bubur ayam itu.

"Kamu makan ya."

"Renata yang suap," pinta Dara menatap Renata.

Renata segera duduk disebelah ranjang Dara, lalu mulai membuka rantangnya, Leo tersenyum melihat itu, biasanya Dara malas sekali untuk sekedar minum apalagi makan, kenapa sekarang begitu mudah?.

Dan ini pertama kali nya Renata menyuapi orang yang baru dia kenal.

Renata menyuapi bubur itu ke Dara, Dara melahapnya dengan cepat.

"Ni minum-minum ntar keselek."

Leo memberi Dara minum, Dara menerimanya lalu meneguknya pelan.

Laki-laki itu tersenyum melihat Dara akrab dengan Renata, "untung Gua bawak lu kesini, kalau engak Dara pasti nolak buat makan." Batin Leo.

Leo duduk disofa, sambil memainkan Ponselnya, melepas penat nya, mengistirahatkan tubuh sebentar.

Seakan mendapat ide bagus, Dara tersenyum.

"Renata suap Leo dong, biar Leo tau buburnya enak banget."

Mata Leo membulat begitu juga Renata, Dara hanya tersenyum dan tertawa kecil, Leo melihat kebahagian itu, akan lebih baik jika dia menuruti kemauan sahabatnya, Leo menghampiri Renata, lalu menatapnya.

Renata mengerti tatapan itu adalah isyarat, Renata menyendokkan bubur itu lalu menyuapkan nya kemulut cowok dihadapannya.

Leo tak begitu suka dengan bubur atau semacamnya, setelah disuapkan Renata cowok itu langsung mengunyahnya dan meminum air putih agar cepat kelar bubur dimulutnya.

Dara tertawa, Renata hanya tersenyum, sedangkan Leo kembali kesofa, entah kenapa bubur kali ini enak dari bubur-bubur yang pernah dia makan sebelum nya, jantungnya berdebar melebihi biasanya, apa ini efek makan bubur kali ya? Gumam Leo.

"gitu dong akrab, kan enak liatnya." Dara tersenyum lalu memakan bubur yang disuapkan Renata lagi.

Di sofa Leo memainkan ponselnya dengan tangan dan melihatnya dengan mata tapi ntah kenapa, suapan tadi membuat dirinya merasakan sesuatu yang baru.

Sesuatu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya, Jantungnya semakin tak karuan, dia menoleh kearah Dara dan Renata yang masih sibuk dengan bubur dan rantang nya itu.

Matanya seperti terkunci melihat perempuan yang tengah memegang sendok itu, dia tak pernah bertemu gadis seperti Renata, Leo memegang dadanya lalu mulai berusaha menstabilkan detak jantungnya.

Dia menghembuskan nafas panjang, dan kembali sibuk dengan ponselnya.

"Mungkin efek makan bubur," gumam nya mengusir pikiran yang menjanggal di benak nya.

***