Sepulang dari kantor tentu Mahira tidak langsung pulang ke rumah, dirinya mencari dress berwarna hitam untuk digunakan pada acara milik StarGroup esok hari. Wanita muda itu tidak kira-kira dengan mendatangi butik yang tentu baju-baju yang dijual memiliki harga sangat mahal.
Mahira melakukannya tentu untuk membuat dirinya tampil dengan pantas diantara orang-orang penting nantinya. Mahira tentu tidak merasa sayang dengan uang yang dikeluarkan untuk membeli dress yang dipilihnya.
Kedatangan Mahira di butik tersebut tentu lansung disambut dengan baik oleh pekerja butik tersebut. Mahira tersenyum manis menyapa semua pekerja yang ada dan dirinya seketika terdiam begitu melihat jajaran dress cantik yang berada pada menekin.
Sepertinya ia tidak salah mengunjungi butik.
"Mba saya mau cari dress warna hitam," ucap Mahira pada pekerja butik yang ikut dengannya.
Mahira dituntun untuk mengikutinya dan ia langsung berjalan di belakang pekerja tersebut, sepanjang jalan menuju dress yang akan dia cari tentu Mahira semakin ingin membeli banyak dress karena matanya seperti dimanjakan oleh dress indah yang terpajang.
Kedua kaki miliknya berhenti tepat disebuah ruangan yang memiliki koleksi dress warna monokrom, semuanya bersinar karena terpantul cahaya lampu.
"Nona mau saya pilihkan baju dengan model seperti apa?" tanya wanita muda itu.
Mahira langsung menatapnya, ia membutuhkan dress yang akan membuatnya tampil elegant nanti.
"Dress warna hitam yang elegant, saya membutuhkan dress seperti itu mengingat acara yang saya hadiri adalah acara penting."
Selagi menunggu pekerja butik itu memberikan rekomendasi dress yang sesuai tentu Mahira berjalan menuju sisi lain ruangan yang memiliki banyak sekali koleksi dress cantik dan indah.
Suara seseorang berbicara membuatnya tanpa sadar mengikuti sumber suara tersebut, Mahira bahkan meninggalkan ruangan awal dirinya berada untuk menunggu dress pesanan miliknya.
Kedua matanya bisa melihat dengan jelas ada wanita sepantaran Ibunya sekitar kepala lima itu duduk dengan santai pada sofa dan mengoreksi setiap detail pakaian yang bejajar di depannya.
"Saya tidak ingin ada payet di sekitar pinggang ya mba, sejauh ini pakaian yang butik ini buat sudah bagus. Kalau merepotkan maka tidak apa Mba saya memakai model ini," ucapnya.
Mahira menatap mereka berdua dari jarak yang tidak jauh, Mahira merasa heran saja melihat wajah wanita itu yang masih terlihat muda padahal Mahira yakin kalau beliau sudah berumur.
Tepukan pada bahu Mahira membuat wanita itu sedikit kaget dan menatap pekerja butik yang tadi mengambilkan rekomendasi dress untuk ia beli.
"Nona saya mencari anda di sepanjang ruangan taunya anda berada di sini. Dress yang anda maksud sudah saya siapkan, saya memberikan tiga pilihan dress yang sekiranya sesuai dengan selera anda, mari."
Mahira langsung menyudahi acara mengintip dan mengupingnya secara tidak sopan itu dan kembali pada tujuan awalnya. Sepanjang jalan Mahira terus menyesali sikapnya yang tidak sopan itu, dirinya bahkan sampai merepotkan orang lain untuk mencari keberadaan dirinya.
"Ini tigas dress yang saya maksud, anda bisa mencobanya terlebih dahulu."
Mahira mengamati tiga dress tersebut, bagus sekali pikirnya. Semua model dress tersebut bahkan berbeda tetapi memang sangat elegant sekali.
Pencobaan pertama pada dress satu tentu membuat Mahira sangat menyukai sensasinya. Dress dengan model A line ini terlihat bagus ditambah bahan yang digunakan terdapat kilauan yang semakin membuatnya terlihat cantik.
Dress kedua yang ia coba tentu berbeda jauh dengan yang pertama. Dress kedua sangat menampilkan bagian belakangnya yang polos, Mahira bisa masuk angin jika terlalu lama mengenakannya, ia juga merasa tidak nyaman mengenakannya.
Dress terakhir yang ia coba tentu menampilkan bagian pundaknya dengan model dress yang mengembang di bagian bawah, Mahira suka yang terakhir.
Ia bahkan bercemin cukup lama untuk memastikan dress yang dipilihnya sudah sesuai.
"Dress itu sangat pas untuk kamu."
Mahira yang semula sedang asik berkaca langsung terkejut saat melihat wanita paruh baya yang tadi ia lihat diruangan sebelumnya.
Mahira tidak bisa tersenyum saat ini karena dirinya merasa gugup saat wanita paruh baya itu entah siapa berjalan menghampirinya.
"Kamu pasti mau menghadiri acara yang sangat penting kan? Dress ini sangat indah saat kamu kenakan, kamu juga terlihat sangat cantik."
Dipuja seperti itu tentu membuat Mahira seketika akan melayang tetapi dirinya langsung sadar dengan siapa dirinya berhadapan.
"Maaf Bu jika sebelumnya saya lancang mendengarkan pembicaraan anda tadi," ucap Mahira meminta maaf.
"Tidak masalah sama sekali lagi pula tujuan kamu pasti ada pada dress di sana, saya tahu itu."
Mahira diam saja tanpa berniat untuk melanjutkan pembicaraan mereka, sementara wanita paruh baya itu memperhatikan setiap sudut ruangan yang terdapat banyak sekali pakaian bagus itu.
"Siapa nama kamu? Saya bahkan belum berkenalan dengan gadis cantik yang kini ada dihadapan saya," ucapnya.
Mahira langsung tersenyum dan berjabat tangan dengan sosok di depannya.
"Perkenalkan Bu, saya Mahira."
"Senang bertemu dengan Mahira di sini, saya harus segera pergi untuk menyelesaikan pekerjaan saya. Sampai bertemu di lain waktu."
Begitu sosok wanita paruh baya yang mengajaknya berbicara pergi meninggalkannya entah mengapa jantungnya baru terasa berdebar. Mahira tidak pernah seperti ini saat bertemu orang yang baru ditemuinya.
"Mba, saya jadi ambil yang ini ya."
Setelah selesai mencoba dress yang akan ia beli, Mahira memutuskan untuk menunggu pembayaran di luar selagi baju yang ia beli disiapkan.
Bunyi notifikasi pesan yang masuk pada handphonenya menyadarkan Mahira jika kini hari sudah mulai sore. Hampir tiga jam dia berada di butik untuk memilih satu dress, luar biasa.
'Aku pulang sebentar lagi, masih di butik membeli dress untuk acara esok hari.'
"Nona pesanan anda sudah selesai, bisa lakukan pembayaran setelah ini."
Tak mau membuang waktu lagi Mahira langsung menyelesaikan pembayaran tersebut dan bergegas pulang. Punggungnya rasanya sudah ingin berbaring di kasur. Setidaknya ia merasa puas dengan dress yang sudah dibelinya, ia hanya perlu menunggu hari esok untuk memakainya.
Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Mahira untuk sampai di kediamannya, ia sudah biasa menggunakan ojek untuk mempercepat waktunya karena sore hari seperti saat ini pasti jauh lebih macet.
Di depan rumah kedua matanya sudah bisa melihat dengan jelas keberadaan Khansa bersama temannya, Andin. Adik perempuannya itu tertawa dengan keras sekali sampai bisa ia dengar dari jarak jauh.
"Kak Hira, baru pulang?" sapa Andin, teman Khansa.
Gadis berambut ikal itu tersenyum dan menyalami dirinya, berbeda dengan Khansa yang terlihat cuek.
"Kakak habis dari butik? Beli baju buat apa?" tanya Khansa saat melihat paperbag milik Mahira.
Tahu kemana tujuan Khansa langsung membuat Mahira buru-buru menyembunyikan dressnya sebelum Khansa berulah meminta untuk mencoba pakaiannya.
Mengetahui kalau Mahira menghindarinya dan langsung masuk ke dalam rumah tentu semakin membuat Khansa merasa jengkel karena sikap kakaknya.
"Kak Mahira pelit! Aku kan nanya doang," teriak Khansa dari luar.