Chereads / Hurt Married / Chapter 10 - Bertemu Kembali

Chapter 10 - Bertemu Kembali

Sehari berlalu sejak pesta yang diadakan oleh StarGroup, rasanya Mahira ingin sekali meliburkan diri. Tubuhnya bahkan terasa sangat sakit terlebih lagi area punggungnya.

Di kursi miliknya, Mahira menatap layar komputernya dengan serius kali ini sambil sesekali menepuk pundaknya yang pegal-pegal. Pagi hari sudah memulai aktivitas dengan berbagai data yang harus ia analisa dan memberikan laporan ke ketua deviasinya.

"Han, ini data yang sudah perlu dikirim langsung atau barengan sama data yang lainnya?"

Hana, rekan kerjanya itu langsung menjawabnya.

"Sini langsung aja sama punyaku, nanti yang lain nyusul biar diperiksa satu-satu."

Tentu saja Mahira langsung dengan cepat mengirim file yang berisi data tersebut pada Hana. Dirinya menatap sekitarnya yang sangat hening bahkan Naswa yang biasanya santai tampak sibuk sekali hari ini.

"Tumben banget kita semua sibuk, ada pertanda apa ini?" tanya Mahira entah pada siapa.

Deretan meja tempatnya bekerja tentu semua langsung menatap ke arahnya. Mahira diam membeku bahkan bingung dengan tatapan yang diberikan semua rekan kerjanya itu.

"Atasan yang baru bakalan dateng hari ini," balas Naswa.

Dahi Mahira mengerut bingung, siapa lagi kini yang menjabat sebagai CEO baru mereka. Mahira bahkan bingung mengapa CEO mereka mengundurkan diri dengan gampangnya.

"Kabarin aja kalau kita disuruh kumpul ya, aku bahkan lupa kalau ada sambutan hari ini."

Seingatnya Mahira tidak pernah menerima pesan dari group chatnya kalau atasannya mereka akan datang hari ini, apakah dirinya terlewat sesuatu? Entahlah, Mahira merasa blank seketika.

Kegiatan menganalisa data yang dilakukan Mahira terus berlanjut bahkan Mahira merasa enggan untuk memalingkan wajahnya dari layar komputer agar semua berkas yang berada di mejanya bisa dengan cepat dia selesaikan sebelum jam makan siang.

Waktu terus berlalu, bunyi tangan yang beradu pada keyboard memenuhi ruangan devisinya. Mahira tersenyum puas begitu melihat file berkasnya yang sudah selesai semua ia kirim melalui email.

Wajahnya menatap jam yang sudah menunjukkan pukul sebelas siang, Mahira melakukan peregangan sebelum bangkit berdiri dari kursi miliknya itu.

"Aku duluan ke bawah ya, nanti nyusul aja di meja biasanya."

Mahira berlalu dari ruangannya setelah mendapatkan acungan jempol dari rekan kerjanya itu. Dirinya bahkan tersenyum puas begitu melewati ruangan lain dan melihat banyak karyawan yang masih bergelut dengan tugas mereka.

'Untung aja otak ini mau diajak kompromi hari ini,' ucapnya di dalam hati sambil mengelus kepalanya.

"Mahira, mau ke mana?" teriak seorang pria padanya.

Merasa namanya terpanggil tentu saja Mahira mengehentikan langkah kakinya yang baru saja akan menapaki anak tangga.

"Mau ke kantin, mau ikut?" tanya Mahira.

Pria itu langsung mengangguk dan berjalan bersama menuju kantin. Kantin perusahaan hari ini cukup ramai padahal jam makan siang masih setengah jam lagi.

"Ben, mau makan apa? Aku mau ke sana dulu pesen nasi goreng. Nanti duduk di tempat biasanya aja di pojok jendela," ucap Mahira sebelum berpisah dengan temannya, Ben.

Antrian kali ini tidak terlalu ramai tetapi Mahira tetap saja harus antri untuk mendapatkan gilirannya memesan menu makan siang. Tangannya iseng memegang bagian belakang baju pria yang berada di depannya karena ada semut kecil di sana.

Mahira bahkan mengambil semut itu lalu kembali fokus ke depan, nyatanya gerakan yang diciptakannya membuat sosok di depannya menoleh ke belakang.

"Kamu ngapain nyentuh punggung saya?"

Kedua mata itu membola saat melihat siapa yang berada di hadapannya saat ini, Mahira bahkan tidak tahu sama sekali kalau orang itu adalah Naka.

"Bapak ngapain ada di sini?" tanya Mahira konyol.

Sangat terkejut justru Mahira mengeluarkan pertanyaan konyol itu sehingga membuat Naka menatapnya bingung.

"Bisa lihat sendiri saya mau makan di sini, kamu ngapain memegang punggung saya tadi?" tanya Naka kembali.

Mereka berdua tidak sadar menjadi perhatian beberapa orang yang melewati mereka.

"Tadi ada semut Pak, saya gak berniat buat nyentuh punggung bapak tadi."

Mahira tidak menatap matanya sama sekali saat mereka berbicara bahkan terkesan menghindar.

"Maaf Pak, antriannya sudah sampai ke Bapak. Pak Naka bisa langsung pesan menu makannya," ucap Mahira sambil mempersilahkan Naka untuk maju.

Saat itu juga Mahira memakai kesempatan itu untuk pergi dari antrian tersebut. Seketika ia tidak ingin nasi goreng, dirinya langsung kabur untuk memesan pecel saja.

Saat berbalik ke lain tempat, Mahira bertemu dengan rekan kerjanya yang lain dan langsung ikut bersama mereka. Mahira berusaha keras untuk menghindari Naka hari ini, ia merasa tidak nyaman sama sekali sejak kemarin.

Jam makan siang berlalu, Naswa bahkan menemani Mahira untuk mengembalikan piring mereka.

"Nanti kamu jangan pisah sama kita ya, biar gak ada yang ketinggalan tim kita," ucap Naswa.

Mahira menjawabnya dengan gerakan tangan ok karena ia sibuk meletakkan piring agar tidak jatuh saat di taro.

Mereka berjalan bersama untuk kembali ke ruangan mereka karena sebentar lagi katanya akan menyambut CEO baru mereka.

Berbeda dengan Mahira, Naka justru merasa senang hari ini lantaran dirinya akan menggantikan posisi Ayahnya di perusahaan dan memegang peran penting di usaha keluarganya. Naka akan mengusahakan semuanya sebaik mungkin untuk menunjukkan kinerjanya yang baik.

Naka menatap bangunan perusahaan dengan takjub, bahkan semuanya tertata dengan baik sehingga memudahkan untuk menemui berbagai ruangan yang akan dituju.

"Mari Pak, akan saya tunjukkan ruangan Pak Naka di kantor ini."

Naka mengikuti langkah wanita di depannya, ia bahkan melewati banyak ruangan devisi lainnya. Semua karyawan yang ada di ruangan masih menggunakan waktu senggang mereka untuk berbincang bahkan ada yang mondar-mandir sedari tadi.

Suasananya sangat berbanding terbalik dengan pusat perusahaan, di sini terkesan fleksibel bahkan santai. Naka sangat mengharapkan sekali jika perusahaan yang kini ia pegang bisa mengikuti langkah StarGroup menjadi perusahaan besar.

Naka memasuki ruangan miliknya, semuanya barangnya sudah dipindahkan beberapa hari lalu. Naka sangat menyukainya, rapih dan nyaman.

"Saya ijin keluar Pak, jika membutuhkan sesuatu Pak Naka bisa menghubungi saya."

Naka masih berdiri sambil mengamati semua detail ruangannya, dirinya mulai melangkah pelan menuju kursinya itu. Duduk dengan nyaman sambil memutar-mutar kursinya.

Getaran ponsel yang berada pada saku celananya membuat Naka langsung berhentik menggerakkan kursi yang didudukinya dan mengangkat panggilan yang berasal dari neneknya.

"Halo Nek, ada apa nelpon Naka?" sapa Naka langsung begitu panggilan teleponnya tersambung.

Neneknya itu, tumben sekali menelponnya bahkan di saat jam kerja seperti ini.

"Kamu bisa kan datang ke restoran tempat biasanya kita makan nanti sore? Nenek mau ngenalin kamu ke cucuknya temen nenek," ucap Viona, neneknya.

Naka diam saja dan langsung mematikan sambungan telepon mereka. Kini tangannya beralih untuk membuka ruang obrolan dengan neneknya.

"Maaf Nek, Naka masih punya urusan di kantor. Naka harus lembur hari ini," tulis Naka dan pria itu langsung saja mengirimnya.

Apakah Naka harus mengikuti keinginan neneknya terus? Ia tidak mau melakukannya lagi.