Mungkin bagi sebagian pasangan bertemu dengan kekasih mereka adalah hal yang biasa tetapi bagi Sanaia dan Naka tentu saja tetap menjadi hal yang sangat istimewa.
Pasangan itu bahkan bisa terhitung jari berapa kali dalam sebulan mereka bisa bertemu secara langsung dan berbicara sambil menatap mata satu sama lain.
Tak menampik kalau Naka sangat ingin mendekap kekasihnya itu semalaman, memandangi wajah satu sama lain bahkan berbicara hal yang mereka sukai.
Ujungnya mereka hanya bisa makan malam biasa seperti saat ini. Naka sedang menikmati masakan buatan Sanaia yang rasanya tak pernah mengecewakan sama sekali, wanita itu bahkan terus menatapnya seolah takut dirinya hilang dari hadapannya.
"Kali ini kamu coba resep dari YouTube lagi atau buku resep yang kamu koleksi itu?" tanya Naka sambil menunjuk rak buku milik Sanaia.
Wanita di hadapannya itu hanya terkekeh dan menatap rak buku miliknya sambil menggeleng seolah tak paham bagaimana bisa dirinya mengoleksi buku resep sebanyak itu.
"Kali ini aku coba resep dari Instagram, agak maksa gitu walau gak niat masak sebenernya tapi karena kamu dateng jadi semangat deh," ucap Sanaia.
Mendengar itu lantas membuat Naka tersenyum puas kalau kehadiran dirinya memang dinantikan oleh kekasihnya itu.
Naka menyelesaikan makannya dan langsung membereskan piring yang kotor bersama dengan Sanaia yang mengelap meja makan rumahnya.
"Oh iya aku denger-denger kemarin perusahaan keluarga kamu ngadain acara ya? Pantesan kamu sibuk banget belakangan ini," ujar Sanaia sambil merapikan makanan yang masih ada.
Naka menoleh sebentar ke arah kekasihnya itu sambil berdehem. Tangannya masih sibuk mengelap piring yang basah.
"Iya, aku diminta buat ngurusin itu. Kamu pasti lihat berita itu di televisi ya?" tanya Naka memastikan.
Sanaia mengangguk saja karena memang dirinya melihat berita di televisi.
Kini pasangan kekasih itu hanya saling diam sambil menonton film yang mereka dapatkan dari rekomendasi internet. Sesekali Naka melirik ke arah Sanaia yang tampak menikmati tayangan film tersebut bahkan mengabaikan dirinya.
Naka tidak bisa fokus pada televisi di depannya karena ponsel miliknya terus bergetar di saku celananya. Pria itu memilih untuk melihat ponselnya yang ternyata memiliki banyak sekali pesan dari aplikasi hijau tersebut.
Matanya mungkin salah melihat tetapi profil yang menarik perhatiannya karena berasal dari nomor tak tersimpan itu membuatnya menekan foto itu. Benar, matanya tidak salah lihat lagi. Bagaimana bisa Mahira mendapatkan nomor pribadinya?
Naka membiarkannya saja dan lanjut menatap televisi di hadapannya itu, kembali menikmati waktu mereka berdua bahkan kini ia memberanikan diri untuk menggenggam tangan milik Sanaia.
Tak tahu saja Naka kalau Mahira sedang merasa terbebani karena menghubungi nomor pribadinya. Semua karena Mba Fira yang menyuruhnya, seandainya ia bisa menolak maka Mahira kini sudah bisa rebahan enak di kasurnya.
Wanita muda itu bahkan sama sekali tidak bisa memejamkan matanya, dirinya terus menunggu balasan.
"Tidur aja deh, gak mungkin juga Pak Naka balas malam-malam begini. Mba Fira besok kalau kamu nyuruh lagi aku beneran mau pindah tim aja sekalian," ujarnya sambil menatap ponselnya dengan sedih.
Lagi pula Mahira semakin merasa aneh belakangan ini, kenapa dirinya jadi semakin sering terlibat dengan Pak Naka? Membayangkannya saja sudah membuat Mahira merasa takut.
Ia merasa seperti sudah jauh terlibat dengan CEO perusahaannya itu. Mahira janji tidak akan memunculkan diri baik itu di depannya langsung atau berurusan secara tidak langsung.
Tiba-tiba handphone miliknya menyala, Mahira langsung sigap merubah posisi dirinya menjadi duduk dan menatap pop-up handphonenya yang menampilkan balasan dari Pak Naka.
Hampir saja Mahira berteriak karena akhirnya pesannya terbalas tetapi, kenapa balasannya tidak sesuai dengan yang dia inginkan?
"Kamu dapat nomor saya dari mana?"
Mahira bahkan membaca pesan itu dengan bersuara, bukannya langsung menjawab pesan tersebut. Lama dirinya memandangi isi pesan tersebut sebelum kembali mengetuk keyboard handphonenya.
"Mohon maaf sebelumnya Pak, Mba Fira selalu ketua devisi yang memberikan saya nomor pribadi Bapak karena Mba Fira meminta bantuan saya untuk menghubungi Bapak. Saya hanya menyampaikan pesan Mba Fira saja dan berkas sudah saya kirim lewat email Bapak."
Buru-buru Mahira langsung mengirim balasan tersebut sebelum kehilangan kesempatan karena Pak Naka sedang online.
Mba Fira ini memang luar biasa sekali menurutnya, kerja lembur dengan meminta bantuan dari karyawan seperti dirinya. Mahira bahkan tidak mengerti sama sekali apa yang sedang Mba Fira sampaikan ke Pak Naka melalui dirinya karena ada banyak sekali dokumen.
"Sudah saya terima berkasnya, terima kasih sudah mengirimkan semua dokumen yang saya minta."
Balasan yang diterimanya setidaknya cukup membuat Mahira senang, tugasnya sebagai pengantar berkas sudah sukses besar.
"Terimankasih Pak Naka, selamat malam Pak."
Buru-buru saja Mahira mengakhiri percakapan itu agar dirinya bisa benar-benar merasa terbebaskan.
Sebenarnya Naka tidak langsung menutup roomnchat dirinya dengan Mahira. Entah mengapa dirinya jadi memperhatikan foto profil yang dipakai karyawan perusahaannya itu.
Naka hanya merasa kalau pemandangan di balik foto itu seperti tidak asing untuknya. Lama Naka memperhatikan foto milik Mahira, ia disadarkan begitu pundaknya terasa berat.
Rupanya Sanaia sudah terlelap di pundaknya bahkan ia tidak menyadari itu sama sekali. Naka langsung mematikan ponsel miliknya dan meletakkannya di meja ruang tamu.
Dirinya langsung dengan sigap membawa Sanaia pindah ke kamarnya, menggendong kekasihnya itu dengan pelan agar tidak membangunkannya dari tidur.
Kini Naka yang justru mengamati wajah Sanaia yang terlelap bahkan pria itu memilih tempat tepat di samping kekasihnya itu. Tangannya bahkan merapikan rambut Sanaia yang menutupi sebagian wajahnya.
Setiap detail struktur wajah kekasihnya itu ia telusuri bahkan Naka tidak segan untuk menggunakan jari telunjuknya menyentuh wajah Sanaia dari dahi wanita itu.
Gerakannya yang mengikuti keinginannya untuk menyentuh wajah kekasihnya itu tiba-tiba saja berhenti kala jarinya sudah akan menyentuh area bibir. Naka hanya tersenyum kecil dan menempatkan ibu jarinya untuk nyentuh bibir Sanaia sedetik dan langsung menarik tangannya menjauh.
Jantungnya terasa berdegup saat itu juga, Naka merasa dirinya sangatlah konyol. Ia bahkan hanya bisa memandangi kekasihnya itu dalam diam, seperti mengangumi lukisan kesukaannya karena Sanaia sangat sempurna menurutnya.
Kini dirinya ditemani heningnya malam, menatap langit-langit kamar milik kekasihnya itu. Menghirup dengan dalam aroma lavender yang keluar dari pengharum ruangan, semuanya sudah terbiasa masuk ke indranya.
Naka tidak mau berlama-lama tiduran di sebelah Sanaia, ia langsung turun dari ranjang kekasihnya itu dan kembali ke ruang tamu. Televisi bahkan masih menampilkan film yang mereka tonton tadi, Naka langsung mematikan televisi itu.
Ia bahkan langsung mengambil handphone miliknya dan pergi keluar meninggalkan rumah Sanaia, ia sudah meninggalkan pesan pada kekasihnya itu. Naka tidak bisa menginap karena tahu bagaimana reaksi neneknya nanti yang ada ia dicurigai lagi.
Semoga saja Naka bisa memiliki banyak waktu untuk dihabiskan bersama Sanaia.