Sungguh pesta milik StarGroup ini sangat megah, Mahira sudah melihat dekorasi indah itu berulang kali tetap saja merasa terkesima dengan desain ballroom yang memperlihatkan betapa suksesnya perusahaan itu.
Mahira memilih untuk berpisah dengan Fira lantaran ia ingin minum jus yang berada di meja. Mahira berjalan melangkah dengan pelan sambil berpikir enaknya minum jus apa.
Mata indahnya langsung disuguhkan berbagai macam jus yang nampak segar, Mahira terdiam lama di deretan gelas-gelas yang berwarna-warni itu.
Tangannya akan meraih gelas dengan cairan berwarna gelap keunguan namun, seseorang menahan tangannya untuk meraih gelas tersebut.
Tangan tersebut jelas sekali tangan seorang wanita, Mahira bisa melihat jelas cin-cin dengan berlian tersemat di jari manisnya. Mahira memberanikan dirinya untuk menghadap belakang dan menatap wajah wanita itu.
Wajah mereka berdua bertemu tatap, kedua nampak terkejut satu sama lain.
"Ibu, Ibu yang ada di butik kan?"
Wanita yang memasuki usia kepala lima itu juga terkejut saat tahu perempuan muda yang dia tahan tanggannya merupakan perempuan yang bertemu dengannya di butik beberapa hari lalu.
"Kamu ada di sini juga? Sama siapa datangnya?" ujar Laras.
Mereka bahkan tidak sempat berkenalan satu sama lain.
"Saya datang dengan rekan kerja Bu, kebetulan sekali perusahaan tempat kami bekerja ternyata merupakan anak perusahaan StarGroup," jawab Mahira.
Mahira tersenyum ramah padanya sambil menatap sosok wanita di depannya itu. Ia terkesima dengan penampilannya yang nampak elegan sekali.
"Suatu keberuntungan kita bertemu di sini, sebelumnya siapa nama kamu? Dari awal pertemuan kita belum sempat berkenalan," tanya Laras kepada perempuan muda di depannya itu, Mahira.
Mahira langsung mengulurkan tangannya dan berkata, "Perkenalkan saya Mahira."
Laras menyambut dengan baik uluran tangan tersebut.
"Perkenalkan saya Laras, saya ini istri dari pemilik perusahaan StarGroup."
Bukan maksudnya untuk menyombongkan diri, Laras ingin agar perempuan muda di depannya itu tahu siapa dirinya. Lagi pula masih banyak karyawan yang tidak mengenalinya sebagai istri seorang Aldo.
Mahira merasa salah dengar, ia terdiam berusaha mencerna apa yang baru saja di dengarnya. Saat Mahira terdiam membeku, Laras yang melihat itu langsung takut karena melihat Mahira yang tidak berkedip menatapnya.
"Maafkan saya Bu, saya lancang sama Ibu di butik kemarin. Saya tidak tahu kalau Ibu ini istrinya Pak Aldo."
Mahira menunduk sambil meminta maaf, ia merasa tak enak hati karena menguping obrolan tersebut.
"Tidak apa Mahira, kamu jangan ambil minuman yang itu. Ambil yang sebelahnya, saya menahan tangan kamu tadi karena minuman tersebut memiliki kadar alkohol di dalamnya."
Oh iya, Mahira baru ingat kalau tujuan awalnya adalah untuk mencari minum. Mahira langsung mengambil gelas lain dan menegaknya.
"Mahira, senang bertemu dengan kamu. Saya harus pergi, saya harap kita bisa bertemu lagi dan berbincang lebih lama. Selamat menikmati pestanya."
Mahira tersenyum sambil menatap kepergian Laras, ia langsung merasakan degupan jantungnya yang sangat cepat. Ia merasa kurang beruntung hari ini.
"Kenapa hari ini datang padaku, aku bahkan sudah tiga kali harus merasa malu di hari yang sama."
Mahira langsung pergi meninggalkan gelas minumannya yang masih sisa setengah. Ia berusaha untuk menemui Mba Fira, ia ingin pulang saja rasanya.
Dirinya mengambil ponsel miliknya yang berada pada tas miliknya, ia berusaha untuk menghubungi Mba Fira.
Belum juga dirinya menekan dial telepon, tiba-tiba saja sosok yang dicari oleh dirinya sudah berjalan menuju ke arahnya.
"Mba Fira, aku nyariin dari tadi. Aku mau pulang aja Mba, apes banget kayaknya di pesta ini."
Fira yang baru saja melihat Mahira kembali tentu langsung menatapnya heran bahkan keningnya mengkerut tanpa sadar. Mahira ini memang susah ditebak sekali, pikirnya.
"Seriusan mau pulang? Kamu sakit atau gimana?" tanya Fira.
Mahira langsung menggeleng saat itu juga, ia mulai menjelaskan kejadian yang dialaminya hari ini. Rasanya Mahira ingin menghilang saja dari pesta ini.
"Kalau kamu mau pulang gak apa, Mba ikut pulang bareng kamu. Lagi pula acaranya akan selesai sebentar lagi," ucap Fira.
Mahira tidak mau melewati kesempatannya untuk pulang, ia langsung mengangguk setuju. Fira menyuruhnya untuk keluar terlebih dahulu, ia akan mengambil tasnya yang ada di atas meja mereka tadi.
Begitu kedua matanya melihat Mba Fira yang sudah mulai melangkah menjauhinya ke arah meja mereka tadi, Mahira juga ikut melangkah keluar ballroom. Mahira harus melewati meja-meja tersebut dengan berusaha untuk meluruskan pandangannya tanpa melirik sedikitpun.
Di balik itu sebenarnya Naka memperhatikan gerak-gerik Mahira, entah mengapa ia merasa ingin tahu tentang Mahira lebih jauh. Dirinya sempat terkejut saat melihat Ibunya berbincang dengan Mahira, sudah pasti Ibunya sempat bertemu dengan perempuan itu.
Naka tertarik dengannya, ia ingin tahu bagaimana karakter Mahira. Ia merasa jika Mahira sebenarnya memiliki karakter berbeda dari kebanyakan perempuan bahkan tidak bersikap sok anggun saat bertemu dengannya.
Naka sudah banyak menemui wanita seperti itu yang bersikap baik di depannya nyatanya di belakang membicarakan keluarganya.
Tersadar dengan pikirannya, Naka langsung kembali memfokuskan pandangannya kembali pada ayahnya yang tengah berbincang.
Angin sejuk langsung menyambut Mahira begitu keluar dari ballroom, ia merasa lega lantaran bisa keluar dari dalam sana.
"Besok-besok kalau di ajak ke pesta lagi, aku gak mau. Serius kapok banget ikut Mba Fira," ucapnya sambil memikul kepalanya sendiri.
Ternyata Matahari di luar sudah mulai berwarna jingga dan akan terbenam. Sepertinya dirinya sudah menghabiskan banyak waktu di pesta tersebut.
Rasanya benar-benar luar biasa pesta pertamanya ini, antara senang dan khawatir sebenarnya. Mahira hanya tidak menyangka kalau yang temuinya adalah Naka yang gagal menikah dua kali serta Ibunya yang sempat ia temui di butik.
Sungguh Mahira merasa sangat terkejut, kejadian luar biasa di dalam hidupnya melebihi kejutan dari Khansa kalau dirinya tidak bangun di pagi hari.
"Ayo kita pulang," ucap Fira yang baru saja keluar dari dalam ballroom sambil menunjukkan kunci mobilnya.
Seperti anak ayam tak mau lepas dari induknya, Mahira mengikuti Fira sampai ke parkiran mobil.
"Kamu kenapa ngikutin Mba sampe ke parkiran? Kamu kan bisa nunggu di sana tadi," tanya Fira pada Mahira.
Mahira sontak saja langsung menggeleng.
"Mendingan aku ikut Mba biar sekalian langsung berangkat kita jadi gak makan waktu banyak."
Fira menggeleng saja melihat kelakuan Mahira hari ini, ia harap Mahira baik-baik saja dan tidak menyesal karena ikut bersama dengannya ke pesta ini.
Selama perjalanan pulang juga begitu, Mahira diam saja memperhatikan jalanan Ibu Kota tempatnya tinggal itu. Ia bahkan menghela napasnya berkali-kali seperti pasukan oksigen akan menipis saja.
'Semoga habis ini aku gak ketemu lagi sama Pak Naka atau Bu Laras, amin. Malu banget sejak kejadian tadi.' ucapnya di dalam hati.