Chereads / Tentara dan Dokternya / Chapter 14 - Air beracun

Chapter 14 - Air beracun

"Tunggu Bari..."

"Ada apa Nyonya Samanta?" Kepala Desa Bari berbalik.

"Ambil lah juga daging dan sayurnya. Sayang jika itu membusuk di gudang," ucap Nyonya Samanta.

"Baiklah Nyonya, terimakasih."

Kepala Desa Bari lalu pergi ke gudang tempat dimana biasanya Nyonya Samanta menyimpan pasokan makanan. Persediaan yang lumayan banyak, dibandingkan dengan Desa Bari yang tak memiliki apa pun. Kepala Desa Bari mengambil sekarung beras, sekeranjang sayuran, dan 5 potong daging yang lumayan besar.

"Aku berjanji, jika kelak desa ku sampai di puncak kejayaannya. Aku akan membalas kebaikan semua orang yang membantu ku selama ini."

Kepala Desa Bari lalu kembali ke desanya. Sampai di sana, dia menyuruh para kadet wanita untuk memasak makanan untuk para rekannya.

"Tuan, dari mana saja kau?" Tanya Jennifer.

"Aku baru saja datang dari Desa Kali dan Desa Uma. Lihat, aku membawa banyak makanan. Masaklah dan makan bersama rekanmu," ucap Kepala Desa Bari.

"Baiklah Tuan." Jennifer segera melaporkan ini kepada John.

Kepala Desa Bari kembali ke rumahnya lalu duduk di meja makan seorang diri. Istri beserta putranya, Kevin sedang berada di kota untuk pemulihan. Hanya dirinya dan para tentara yang tersisa di sana.

"Bagaimana bisa? Padahal aku dan para tentara tinggal di desa yang sama bahkan berbagi makanan dari sumber yang sama. Mengapa hanya kami yang tidak terinveksi?"

Sama halnya dengan Desa Kali dan Desa Uma. Kepala Desa Kali, Nyonya Samanta, dan Maria tidak terinveksi virus sama sekali. Mereka sehat dan terlihat baik-baik saja. Apa penyebabnya?

"Apa ada yang sengaja menyebarkan virus ini? Kalau memang ada, siapa orangnya? Apa yang harus aku lakukan untuk menyelamatkan desa ku? Aku tidak bisa tinggal diam! Aku diberi tanggung jawab oleh ayah ku untuk menjaga Desa Bari! Aku harus mencari cara untuk memecahkan kasus ini!"

****

"Wow, dari mana kau mendapat semua bahan-bahan segar ini?" Tanya Theo.

"Kepala Desa membawa ini dari Desa Uma. Aku dan para kadet wanita akan memasak makan malam dari bahan ini."

"Thanks, Jennifer! Masak lah masakan yang enak!" Ucap Theo lalu berlalu dari sana.

"Cih, terserah hasilnya nanti. Aku tidak peduli masakan yang aku buat enak atau tidak!" Gerutu Jennifer.

"Mrs. Nessy akhir-akhir ini sangat sensitive ya? Dia sering sekali membentak ku," kata seorang kadet.

"Benar, apa yang membuatnya seperti itu? Biasanya dia menahan emosinya."

"Entah lah, sebaiknya kita selesaikan segera pekerjaan kita sebelum dia memarahi kita lagi."

John tidak sengaja menguping obrolan kadet tadi. Ia rasa hal ini disebabkan karena John sudah menikah namun belum memberitahunya. Sejak itu dia jarang berinteraksi dengan Jennifer.

"Maria, lihat ini!" Pekik Bianca.

"Apa yang kau temukan?" Maria berlari kecil ke arah Bianca.

"Air ini, air di sebelah kanan merupakan air yang aku ambil langsung dari mata air pegunungan. Namun, air di sebelah kiri merupakan air dari bendungan. Do you see it?" Ucap Bianca.

"Apa? Aku tidak paham, Bianca."

"Lihat lah, virus yang ada di air sebelah kiri lebih banyak dan aku pikir ini adalah virus penyebab kekacauan yang terjadi selama ini di Desa Bari. Sedang kan air di sebelah kanan hanya berisi beberapa bakteri. Bagaimana menurut mu?"

"Bagaimana bisa? Apa kau yakin ini virus yang menyerang Desa?"

"Ya, aku yakin! Sangat yakin! Lihat dan bandingkan! Virus ini sama seperti sampel virus yang terdapat pada cairan tubuh pasien yang terjangkit virus."

"Aku rasa kau benar! Harus kah kita meneliti bendungan itu?" Tanya Maria.

"Tentu saja! Biar aku yang memberitahu Mr. Miller terlebih dahulu." Bianca segera berlari keluar dari ruangannya dan mencari John.

Tak lama setelah berlari, Bianca berhasil menemukan John yang sedang membajak sawah menggunakan traktor.

"Mr. Miller!!!!" Teriak Bianca.

"Mr. Miller!!!!"

John tak dapat mendengar akibat dari suara mesin yang sangat keras. Hingga salah satu kadet menyadari jika Bianca sedang mencari John.

"Mr. Miller, ada yang ingin menemui mu. Biar kami saja yang membajak sawah, kau temui lah orang itu."

"Kau bilang apa?" Teriak John tanpa menghentikan traktornya.

"Ada yang mencarimu Mr. Miller!!!"

"Kau bilang apa?"

"Ah sial. MATIKAN DULU MESINNYA DAN DENGARKAN AKU!!! ADA YANG INGIN MENEMUIMU SE-KA-RANG!!!" Teriak kadet itu hingga John dapat mendengarnya.

Bianca tertawa kecil melihat kadet yang sudah bersusah payah memanggil John.

"Siapa yang ingin mencari ku?" John mematikan mesinnya dan turun dari mesin traktor raksasa.

"Dr. Bianca, dia ingin menemuimu."

"Baiklah, selesaikan semua pekerjaan nya bersama timmu yang lain. Aku akan menemui Bianca terlebih dahulu."

"Yes sir!"

John membuka kemeja luarnya dan hanya menyisakan kaos tanpa lengan. Tubuh John basah dibanjiri keringat miliknya. John berjalan dengan menyipitkan mata akibat teriknya matahari. Menurut Bianca, John terlihat seksi saat ini. John lalu berjalan ke arah Bianca.

"Ada perlu apa mencari ku, Bianca?" Tanya John. Bianca diam, terlalu larut dalam pesona John.

"Bagaimana mungkin orang setampan Mr. Miller belum menikah? Aku yakin jika istrinya adalah seorang model cantik." Ucap Bianca dalam hati tanpa melepaskan pandangan dari John.

"Ada apa Bianca? Hei, apa yang kau lihat?" John mencoba menyadarkan Bianca dengan menggoyangkan tangannya di depan wajah Bianca.

"Ahh, itu... Itu... Tentang virus!" Bianca terlalu gugup untuk berbicara berhadapan dengan John saat ini. Bagaimana tidak gugup, John sedang berdiri dengan berkacak pinggang dan tubuh nya dipenuhi oleh keringat menambah kesan seksi di mata Bianca.

"Ada apa dengan virusnya? Apa kalian sudah berhasil menemukan penyebabnya?" Tanya John.

"Be-belum, tapi ada suatu prediksi yang harus aku katakan padamu."

"Kau sakit?" Tanya John dan langsung memeriksa kening Bianca.

"Tidak! Tidak tidak! Aku baik-baik saja! Aku hanya sedikit... Gugup," balas Bianca.

"Baiklah, ayo kita ke ruang pertemuan saja."

Mereka berdua lalu berjalan dengan John berjalan mendahului Bianca. Bianca berusaha mati-matian agar tidak gugup di hadapan John. Dirinya sedikit menyukai... John.

"Bianca ayolah, jangan jatuh dalam pesonanya! Dia sudah memiliki istri! Apa kau mau menjadi istrinya yang kedua? Tidak kan? Bianca!!!" Bianca mencoba menenangkan dirinya.

John dan Bianca sudah sampai di ruang pertemuan yang mereka maksud. John dan Bianca langsung duduk bersebelahan untuk membicarakan masalah tadi.

"Jadi?"

"Lihat ini, Mr. Miller!" Bianca menunjukkan sampel air yang tadi ia lihat bersama Maria.

"Air? Untuk apa? Kau ingin aku meminumnya?" John tanpa ragu mengambil dan hampir meminum air yang ditunjukkan Bianca kepadanya.

"Tidak! Bukan itu maksud ku! Kenapa kau asal meminum cairan yang aku berikan? Bagaimana jika itu racun! Dasar kau bodoh!" Bentak Bianca sambil mengambil kembali air dari genggaman John.

"Lalu apa yang harus aku lakukan dengan cairan ini? Apa ini obat untuk pasien yang terinveksi?"

"Tidak bisa kah kau tunggu sebentar? Aku ingin menjelaskan tapi kau menyela dengan berbagai pertanyaan! Ini bukan obat atau sejenisnya! Dengar! Ini adalah air yang berasal dari mata air dan yang ini! Adalah air yang berasal dari waduk! Jika dilihat di bawah mikroskop, air ini penuh dengan virus yang menginveksi seluruh warga! Jadi kesimpulan yang ingin aku katakan adalah, air yang berada di waduk merupakan sumber dari virus ini. Mengerti?" Bianca menjelaskan secara cepat agar John tidak menyela. Dirinya sudah cukup dibuat kesal dengan keburu-buruan John.

"Apa? Tidak mungkin! Aku sudah mengecek suhu air di sana."

"Apa kau sudah mengecek apa air itu aman untuk di konsumsi?"

"Ya, aku sudah membawa air itu ke laboratorium. Aku bahkan meminum air itu selama seminggu dan aku baik-baik saja hingga kini. Tidak mungkin air ini yang menyebabkan virus itu."

"Aku juga mengkonsumsi air itu, namun tak terjadi apa-apa. Apa virus itu khusus menyerang orang-orang desa saja?"

Mereka berdua diam, bergulat dalam pikiran masing-masing.

"Bagaimana ini? Kenapa hanya kita saja yang tidak terinveksi?" Tanya Bianca.

"Mr. Miller! Tolong kami!!!" Teriak seorang kadet dari luar tenda.

John dan Bianca segera berlari untuk menghampiri kadet itu.

"Ada apa?"

"Lihat itu!"