Chereads / THE SECRET AGENT! / Chapter 21 - Lakukan Sekali Lagi

Chapter 21 - Lakukan Sekali Lagi

Mobil Bedric berhenti beberapa meter dari pintu utama kafe. Bertepatan dengan itu, Alexander baru saja keluar melalui pintu lain dengan membawa dua buah kardus, yang kemudian diserahkan pada seorang pria. Jendela mobil yang terbuka, membuat Alexander mampu menangkap kehadiran Hailexa dengan mudah begitu pula sebaliknya.

"Terima kasih Bedric. Aku juga ingin mengembalikan buku yang sempat kupinjam darimu." Hailexa mengeluarkan dua buku tentang cybercrime dari dalam tasnya. "Maaf jika aku membuatmu berada dalam kesulitan."

"Tidak sama sekali, Hailexa. Letakkan saja bukunya setelah kau turun. Besok, kau tidak perlu datang ke markas kecuali aku atau Alesya yang menghubungimu. Istirahat saja."

Telapak tangan Hailexa melambai mengiringi mobil Bedric yang bergrak pergi. Saat berbalik, dari posisinya saat ini Hailexa mendapati Alexander masih berdiri di tempat yang sama sambil melipat lengan.

"Alex kenapa tidak—"

"Siapa yang mengantarmu tadi?"

"Teman kuliahku. Kami berbeda jurusan. Beberapa waktu lalu bukunya tertinggal di tempatku dan saat akan memberikannya, dia menawarkan tumpangan."

Mata Alexander menyipit, membuat Hailexa sedikit memundurkan kepalanya. "Dia pernah datang ke apartemenmu sebelumnya? Lalu kenapa kemari? Kau tidak ada jadwal hari ini."

"Ya dan kurasa tidak ada larangan bagiku untuk datang ke kafe."

"Lupakan. Kau sibuk malam ini?"

"Tidak. Kenapa? Kau ingin mengajak—"

Belum selesai Hailexa menghabiskan kalimatnya, bibir Alexander sudah terlebih dahulu mendarat di bibirnya. Butuh waktu lebih bagi Hailexa untuk mencerna apa yang baru saja terjadi.

"Tunggu di sini. Aku akan segera kembali. Jangan beranjak sedikitpun," ujarnya tegas sebelum melangkah pergi.

Apron yang tadi melekat di tubuh Alexander, kini telah digantikan oleh jaket berwarna biru tua. Kaki Alexander melangkah cepat menghampiri Hailexa. Tanpa perlu bicara—sebatas gerakan dagu, laki-laki itu mengisyaratkan untuk segera ikut dengannya.

"Seberapa sering dia datang ke tempatmu?" tanya Alexander ketika mobil sudah melaju dengan kecepatan stabil.

"Kau berpikir aku pernah menghitungnya?" balas Hailexa santai, padahal jawaban sebenarnya tidak pernah sama sekali. Bedric bahkan belum pernah menginjak lobi apartemennya. Hailexa hanya mengarang cerita.

"Ada perlu apa dia datang ke tempatmu?"

"Urusan kuliah tentu saja. Bisakah kita tidak membahas ini?" decak Hailexa yang mulai kesal. "Lebih baik katakan saja ke mana kau akan membawaku."

Alexander menjawab dengan dua bahunya yang terangkat. Tidak ada suara sama sekali.

Napas Hailexa berembus kuat saat mereka tiba di apartemen Alexander. Ck! Apa sulitnya mengatakan jika tempat yang dituju adalah apartemen? Alexander bisa bertanya berulang kali tetapi menjawab satu kata saja tidak bisa.

"Aku akan ambil minum."

"Apa aku boleh masuk ke kamarmu?"

Punggung Alexander berubah tegak dari sebelumnya. Laki-laki itu melirik melalui bahu, lalu mengangguk pelan.

Kamar Alexander tampak seperti kamar pada umumnya, tidak ada yang spesial. Dindingnya dicat abu-abu polos dengan dekorasi yang minim. Untuk ukuran, kamar Hailexa jauh lebih luas. Tidak heran, ini hanya apartemen untuk singgah mengingat laki-laki itu masih tinggal bersama orang tuanya. Meskipun begitu, suasananya terlihat lega karena Alexander menata perabotannya dengan posisi yang tepat.

Suara pintu yang ditutup mengalihkan perhatian Hailexa. Alexander meletakkan dua gelas minuman ke atas meja, kemudian berdiri tepat di belakang Hailexa. Pada awalnya Alexander hanya diam. Namun kini kepalanya ditenggelamkan di ceruk leher Hailexa.

Denyut nadi Hailexa berubah cepat sebab merasakan kecupan hangat Alexander di lehernya. Tidak berhenti di sana, kepala Hailexa mulai pening ketika telapak tangan lelaki itu mengusap tubuhnya dari balik pakaian.

"Hailexa..." bisik Alexander tepat di telinga.

Hailexa tidak bisa merespons. Gadis ini hanya ikut pada permainan saat Alexander menuntunnya menuju ranjang. Punggung Hailexa sudah berbaring nyaman sementara Alexander sedang melepas jaket birunya dan membuang benda itu ke lantai.

Entah apa yang sedang Alexander alami hari ini. Bukannya Hailexa ingin menolak, namun sikapnya sedikit aneh. Alexander tidak pernah seperti ini. Biasanya justru Hailexa yang memancing, namun mereka tak pernah berakhir di ranjang. Dan sekarang mereka baru bertemu tetapi Alexander sudah membuat tubuhnya kelewat panas.

Hailexa mengakui jika Alexander cukup ahli dalam berciuman. Gerakan bibirnya bertahap, lembut setelah itu dipercepat. Tidak ingin tinggal diam, kedua tangan Hailexa mengusap lengan Alexander yang sedang mengurung tubuhnya. Sesuai dugaan, lengan Alexander cukup keras, kokoh, dan padat.

"Alex."

Tidak ada yang bisa menghentikan suara erangan yang terjadi karena bibir Alexander. Hailexa meremas kain seprei kuat-kuat semenjak pakaian atasnya terlepas dan ciuman Alexander bergerak turun. Hailexa menelan ludah memperhatikan tubuh Alexander yang sudah tidak tertutp kaus. Entah kapan dia melpasnya, tapi yang jelas tubuhnya seolah diciptakan dengan hati-hati.

Rasa nikmat semakin menjalar ketika jemari Alexander bergerak di antara kedua pahanya. Hailexa memejamkan mata. Ini gila. Alexander benar-benar membuatnya relaks dan tegang dalam waktu yang nyaris bersamaan. Sebelum akhirnya laki-laki itu berhenti dan menjatuhkan tubuh di atasnya.

"Hailexa, aku minta maaf. Benar-benar minta maaf."

Hailexa linglung sesaat karena merasa kehilangan sesuatu. Napas Alexander begitu memburu. Suaranya lirih penuh penyesalan.

"Hanya karena cemburu, aku tidak bisa mengontrol diriku. Lain kali, kau bisa memintaku untuk berhenti. Jangan ragu."

"Alex, kau ini bicara apa? Pertama, dia hanya temanku. Kedua, jangan minta maaf. Ketiga, sialan kau membuatku pusing karena berhenti di tengah-tengah."

Alexander buru-buru mengangkat wajah. Ada kilatan di matanya—memperingatkan sesuatu. "Hailexa. Kapan pun kau meminta untuk berhenti, maka akan kulakukan," bisik Alexander sebelum kembali bercumbu.

Tidak. Apa pun yang terjadi Hailexa tidak ingin berhenti. Biarkan malam ini Alexander jadi miliknya. Bicara soal cemburu, apa laki-laki itu pernah sadar jika dirinya pernah merasakan hal yang sama?

Persetan dengan Teresa atau yang lain. Hailexa hanya ingin memikirkan Alexander malam ini.

"Hailexa, are you okay?"

Hailexa mengangguk setelah sempat meringis. Ini pertama kali baginya, wajar saja jika masih merasa asing. "Don't stop," pintanya.

Suara erangan kembali terdengar saat Alexander menggerakkan tubuhnya. Laki-laki itu sesekali mencium bibir Hailexa atau menatap wajahnya melalui mata hazel yang indah. Jujur saja Hailexa merasa gugup ketika mata mereka bertemu. Semua hal yang dilakukan Alexander di atas ranjang berhasil membuatnya tak berdaya.

Pelukan Hailexa mengerat bersamaan dengan pelepasannya. Ini terasa seperti seluruh beban di kepalanya menguap pergi. Alexander menarik diri, namun tidak langsung menjauh. Bibirnya masih menjelajah di tubuh Hailexa. Semakin lama semakin turun.

"Bisakah kau berheti menatapku seperti itu?"

Hailexa terkekeh sekaligus mengangkat alis karena kalimat protes Alexander.

"Aku merasa seperti sudah melakukan kesalahan besar. Kau membuatku gugup."

Gugup? "Bukankah seharusnya aku yang gugup dengan situasi ini?"

Lagi-lagi Alexander menggerakkan bahunya. "Aku takut kau merasa tidak nyaman atas kehadiranku. Itu yang membuatku terkadang gugup. Bisakah kau menginap malam ini?" tanyanya hati-hati.

Kedua tangan Hailexa menangkup wajah Alexander yang menurutnya menggemaskan. Ekspresinya sekarang seperti bocah enam tahun yang minta untuk dipeluk dan dimanja sebelum tidur. "Alexander. Aku bukan tipe orang yang mudah dekat dengan orang lain. Tapi denganmu, aku merasa ada sesuatu yang lain. Kau selalu membuatku nyaman."

"Benarkah?" Alexander menyapukan jemarinya, sengaja menggoda Hailexa. "Termasuk saat ini?"

Napas Hailexa tertahan. Bibirnya sedikit terbuka karena tidak mampu menahan setiap sentuahan Alexander. Laki-laki ini seperti punya dua sisi. Satu ketika terlihat menggemaskan layaknya anak-anak. Sisanya adalah pria dewasa yang mahir menyenangkan wanitanya.

"Lakukan sekali lagi, maka aku akan menginap."

Alexander mencium kening Hailexa lama. "Hailexa, bagaimana bisa aku melewatkan permintaan semacam ini."