Setelah menyelesaikan misinya membeli perbekalan, Kiara menjelajahi beberapa atraksi turis di Beijing. Keuntungan mengunjungi kota itu di musim dingin adalah tidak banyak turis yang datang berkunjung karena cuaca di Beijing sangat dingin.
Temperatur di luar hotel di malam hari mencapai angka -20C. Kiara harus mengenakan pakaian hangat dan menggunakan hand warmer yang dia beli di Tokyo. Namun, hal itu tidak mempengaruhi antusiasmenya menjelajahi Beijing. Atraksi pertama yang dikunjungi oleh Kiara adalah Forbidden City. Turis harus membeli tiket secara online, jadi Kiara tidak perlu mengantri.
Setelah itu, dia mengunjungi Summer Palace, tempat para kaisar menghindari panasnya Beijing di musim panas. Temple of Heaven, tempat para kaisar berdoa untuk memohon hasil panen yang bagus. Tembok Besar China, yang terdiri dari beberapa bagian dan memiliki panjang 21.000 km. Mutianyu dan Badaling adalah bagian yang populer di antara turis, tetapi Kiara memilih untuk mengunjungi bagian Jinshangling yang lebih sepi pengunjung.
Kemudian, dia mengunjungi Beishan Park dan Jingshan Park. Pengunjung dapat melihat pemandangan Forbidden City yang menakjubkan setelah mendaki bukit di Jingshan Park. Lalu, dia juga mengunjungi museum dan National Stadium aka Bird's nest yang digunakan untuk Olimpiade pada tahun 2008. Kiara juga mengunjungi Houhai lake yang membeku di musim dingin. Banyak orang melakukan ice skating di danau ini.
Keesokan harinya, mengunjungi hutong Beijing yang sangat terkenal. Hutong adalah jalan di antara siheyuan, mungkin kalau di Indonesia disebut sebagai gang. Pada tahun 1950-an, hutong merupakan tempat tinggal bagi pendatang yang datang ke Beijing dari berbagai daerah di Tiongkok sehingga menjadi sangat padat. Hutong merupakan pusat aktivitas sosial bagi masyarakat pada waktu itu.
Uniknya, penghuni hutong tidak memiliki kamar mandi di rumah masing-masing. Mereka menggunakan toilet umum yang bagi Kiara sangat unik. Bayangkan saja, masing-masing bilik toilet tidak memiliki pintu! Sebuah konsep yang agak sulit diterima oleh para foreigners. Salah satu hutong yang cukup terkenal adalah Nanluoguoxiang. Kiara jatuh hati saat melihat siheyuan yang diubah menjadi rumah modern.
Kiara bertemu dengan turis dari Australia yang menyarankan agar dia mengunjungi Tiananmen square dan mengikuti upacara pengibaran bendera di pagi hari. Untungnya, letak Tiananmen square tidak terlalu jauh dari forbidden city dan palace museum. Penjagaan di area ini sangat ketat, ada banyak tentara berjaga di area forbidden city dan Tiananmen square. Kiara bahkan menemukan sebuah markas tentara di salah satu sudut forbidden city.
Tanpa terasa, Kiara menghabiskan waktu satu minggu di Beijing. Malam ini dia berniat membeli selimut tambahan di IKEA, lalu makan malam di Huda untuk mencoba xialongxia atau crawfish. Karena tidak menyukai makanan pedas, Kiara memilih xialongxia masak bawang putih, mie dingin yang tampak seperti nangmyeon dari Korea selatan dan plum juice yang menyegarkan.
Satu porsi xiaolongxia terdiri dari 15 ekor xiaolongxia dan pengunjung dapat memilih ukuran xialongxia yang mereka inginkan. Harga yang ditawarkan mulai dari 5 yuan per ekor hingga 20 yuan per ekor. Kiara memilih xiaolongxia dengan harga 10 yuan per ekor. Restoran menyediakan sarung tangan dan celemek untuk pengunjung agar baju mereka tidak kotor.
Ketika hendak membayar tagihan, tiba-tiba terdengar suara teriakan seorang wanita. Ternyata anak wanita itu pingsan ketika sedang makan. Insting dokter Kiara langsung tergerak dan dia bergegas memberi bantuan. Dia meminta seorang staf restoran untuk menelepon ambulans.
"Halo, saya adalah seorang dokter. Tolong beri ruang agar anak ini mudah bernapas." kata Kiara dalam bahasa mandarin yang fasih. Ibu anak itu hanya bisa mengangguk sambil menangis.
"Siapa nama anak ini? Berapa umurnya? Nama ibu siapa?" tanya Kiara.
"Putri saya bernama Mu Wanqing, umurnya 7 tahun. Saya Wang Meihua." jawab wanita itu.
Ketika memeriksa keadaan Mu Wanqing, dia menyadari bahwa anak itu sedang mengalami syok anafilaktik. Bibir Wanqing membengkak, muncul ruam kemerahan dan dia kesulitan bernapas.
"Apakah Wanqing memiliki alergi? Makanan apa saja yang baru dia makan?" tanya Kiara.
"Saya tidak tahu dokter, tapi Qingqing baru pertama kali makan xiaolongxia," jawab wanita Meihua.
"Kelihatannya Wanqing alergi xiaolongxia. Berapa berat badan anak ini?" tanya Kiara.
"Aduh, berapa ya? Mungkin 16 kg?" jawab Meihua dengan panik.
Kiara segera mengambil epipen untuk anak-anak dari tas P3K yang ada di dalam backpack-nya.
"Saya akan memberikan suntikan epinefrin untuk membantu meringankan syok anafilaktik Wanqing." kata Kiara sambil membuka tutup epipen.
"Dokter, tolong selamatkan putri saya." Meihua berteriak histeris.
Setelah menerima suntikan epinefrin, keadaan Wanqing menjadi lebih baik. Dia bisa bernapas dengan normal meski tubuhnya masih lemah. Tidak lama kemudian, mobil ambulans tiba di restoran.
Meihua meminta sopir ambulans untuk mengantar mereka ke PLA General Hospital karena suaminya adalah tentara dan kakaknya bekerja sebagai dokter di sana. Petugas ambulans meminta Kiara ikut mereka ke rumah sakit untuk membuat laporan.