Chereads / Back to the Qing Dynasty / Chapter 19 - Bab 19 Persiapan Menuju ke Selatan 

Chapter 19 - Bab 19 Persiapan Menuju ke Selatan 

Saat ini, Kiara dan ibunya tinggal di sebuah rumah tua di salah satu kawasan kumuh ibu kota. Dia berencana mengambil kembali harta yang seharusnya menjadi milik keluarganya. Kiara keluar dari Shangri-la dan memeriksa keadaan ibu dan adik-adiknya.

Tubuh Zhao Xiulan tampak kurus, namun wajahnya masih terlihat cantik. Orang-orang pasti tidak akan menyangka dia telah melahirkan 5 orang anak. Kiara merasa sedih saat melihat penampilan adik-adiknya, karena mereka tampak kekurangan nutrisi. Si kembar yang berusia 8 bulan tampak seperti bayi berumur 6 bulan karena terlalu kurus.

Gadis itu segera memindahkan keluarganya ke dalam Shangri-la dan melanjutkan misinya malam ini. Langit di luar tampak gelap dan jalanan hanya diterangi cahaya bulan. Kiara mengeluarkan sepeda dan pergi ke rumahnya untuk membuat perhitungan.

Ketika tiba di kediaman Chen, dia pergi ke bagian belakang rumah dan mengeluarkan drone untuk memeriksa situasi di dalam. Rumah itu tampak sepi dan hanya ada beberapa orang pelayan berjaga di beberapa titik. Kiara mengeluarkan sebuah tangga kayu untuk masuk ke dalam rumah.

Dia segera menuju ke gudang penyimpanan dan memindahkan semua makanan yang ada di dalam. Dia juga mengambil beberapa kain dan pakaian tua yang tidak terlalu mencolok. Kemudian, Kiara pergi ke ruang akuntan untuk mengambil uang serta perhiasan milik ibunya yang direbut oleh Cai Cuilan. Gadis itu hanya menyisakan uang sejumlah lima ratus tael perak untuk kakek dan neneknya.

Setelah itu, Kiara kembali ke rumah kumuh yang dia tempati. Dia mengeluarkan keluarganya dari Shangri-la, lalu memutuskan untuk tidur. Mulai saat ini, dia adalah Chen Huiling dan dia akan membawa keluarganya ke Selatan sesuai dengan permintaan ayahnya.

Beberapa jam kemudian, dia merasa ada yang menepuk bahunya.

"Lingling, apakah kamu sudah bangun?" tanya Zhao Xiulan.

Chen Huiling membuka matanya dengan perlahan dan melihat ibu serta kedua adiknya sedang memandangnya dengan wajah khawatir.

"Ibu, aku sudah bangun." jawabnya sambil menggosok mata.

"Kak Huiling, aku pikir kakak tidak akan bangun lagi," kata Chen Huining dengan mata berkaca-kaca.

"Kakak baik-baik saja, hanya merasa pusing." balas Chen Huiling.

"Kakak, aku lapar." kata Chen Jiaxing.

"Tunggu sebentar Jiaxing, kakak akan memasak bubur untukmu." Chen Huiling segera bangun dan berniat ke dapur untuk memasak.

"Ibu sudah memasak air," kata Zhao Xiulan.

Tubuh Zhao Xiulan seolah memiliki memori. Dia selalu bangun pada pukul empat pagi dan segera pergi ke dapur untuk memasak air. Kemudian, dia akan membangunkan anak-anaknya dan mengganti pakaian si kembar.

Sementara itu, Chen Huiling memanaskan bubur millet dari Shangri-la dan menyiapkan susu kedelai untuk mereka semua. Dia juga menyiapkan susu bayi untuk si kembar. Setelah menyajikan makanan di meja, dia membantu ibunya memberi susu pada Chen Jiarui dan Chen Huiying.

Pada zaman ini tidak ada botol susu bayi, jadi Kiara hanya bisa menyuapi kedua adiknya menggunakan sendok kecil. Untungnya, si kembar tidak rewel dan makan dengan lahap. Kiara membaringkan si kembar di tempat tidur dan mulai makan bersama ibunya.

"Bu, Huining, Jiaxing, bagaimana kalau kita pergi ke Selatan untuk mencari Ayah?" tanya Chen Huiling.

"Yuxuan?" kata Zhao Xiulan.

"Kak, apakah Ayah ada di selatan?" tanya Huining dengan wajah penuh harap.

"Ayah meninggalkan sebuah surat dan meminta kita untuk pergi ke Selatan. Saat ini bencana kelaparan telah mencapai ibu kota dan kita harus membuat rencana agar bisa bertahan hidup. Ayah telah menyiapkan rumah untuk kita di Selatan. Apakah kamu mau pergi ke sana?" Kiara menjelaskan dengan sabar.

"Oke, oke. Yuxuan ada di Selatan." Kata Zhao Xiulan sambil menganggukkan kepalanya.

"Kak, apakah kita memiliki cukup makanan? Bagaimana caranya kita pergi ke Selatan?" tanya Huining lagi.

"Kakak akan membeli gerobak dan sapi jadi kita tidak perlu berjalan kaki. Kamu jangan khawatir, kita tidak akan kekurangan makanan." kata Huiling.

"Baiklah kalau begitu, kita akan pergi ke selatan untuk mencari Ayah." kata Huining dengan penuh tekad.

Setelah matahari terbit, Kiara pergi ke bank untuk menukar uang lalu pergi ke pasar hewan untuk membeli dua ekor sapi dan gerobak. Sebenarnya, dia bisa menggunakan sapi yang ada di Shangri-la, tetapi sapi miliknya tampak terlalu sehat dan gemuk. Dia tidak ingin orang lain curiga, sehingga memutuskan untuk membeli sapi lokal.

Sebelum pulang ke rumah, Kiara menyiapkan perbekalan berupa makanan, air, pakaian dan obat-obatan. Ketika tiba di rumah, dia melihat si kembar sedang bermain di tempat tidur dan menatapnya dengan mata bulat mereka. Kiara mencium pipi si kembar, lalu meminta keluarganya untuk bersiap-siap.

"Huining, sebentar lagi kita akan berangkat. Kakak harus duduk di depan untuk mengendarai gerobak, jadi kamu harus membantu ibu mengurus adik-adik di belakang, oke?" kata Kiara sambil mengelus kepala adiknya.

"Aku mengerti, Kak. Jangan khawatir." jawab Chen Huining dengan patuh.

Barang-barang mereka tidak banyak. Kiara membantu ibu dan adik-adiknya naik ke gerobak. Zhao Xiulan menatap gerobak dengan penasaran, tetapi dia menuruti perintah putrinya. Chen Huining dan Chen Jiaxing menatap gerobak dengan penuh semangat.

"Kakak, kita tidak perlu berjalan kaki sehingga Kakak tidak akan capek menggendongku," kata Chen Jiaxing dengan riang.

Rombongan itu memulai perjalanan mereka ke Selatan. Begitu keluar dari gerbang kota, Kiara melihat ada banyak pengungsi ingin masuk ke Beijing namun para tentara tidak mengizinkan mereka masuk. Dia merasa kasihan, tetapi harus mengeraskan hatinya karena dia tidak bisa membantu semua orang, bukan? Tugas utamanya saat ini adalah membawa keluarganya ke Hangzhou, menyembuhkan ibunya, menghasilkan uang untuk keluarga mereka dan merawat adik-adiknya hingga dewasa.

Pada masa ini, peta hanya dimiliki oleh pejabat kerajaan atau pihak militer. Rakyat jelata seperti mereka tidak berhak memiliki peta. Untuk menjamin keselamatan keluarganya, Kiara menyewa beberapa orang pengawal pribadi untuk mengawal mereka ke Hangzhou.

Tim pengawal Kiara terdiri dari enam orang. Pemimpin tim bernama Lu Jianguo dan wakilnya bernama Lu Guoqiang. Mereka memiliki empat orang anak buah bernama Lu Aiguo, Ma Junjie, Li Yanghao, dan Wang Zihao. Hubungan kelima orang itu sangat dekat. Lu Jianguo adalah kakak Lu Guoqiang dan Lu Aiguo, sedangkan Lu Guiqiang dan Lu Aiguo adalah saudara kembar. Mereka bertemu dengan Ma Junjie, Li Yanghao dan Wang Zihao ketika menjadi tentara di perbatasan. Setelah pensiun karena terluka, mereka memutuskan untuk mendirikan agen pengawal pribadi. Li Yanghao dan Wang Zihao adalah saudara sepupu.

Akhirnya, Kiara membeli gerobak dan sapi tambahan untuk membawa perbekalan mereka. Dia dan Lu Guoqiang telah mendiskusikan rute perjalanan dan kota-kota yang akan mereka kunjungi untuk membeli perbekalan jika diperlukan.

Pria itu sangat mengagumi keberanian Kiara. Bayangkan saja, sebagai seorang gadis berumur 12 tahun yang baru saja kehilangan ayahnya, dia berani membawa ibu dan adik-adiknya melakukan perjalanan jauh ke selatan. Lu Guoqiang dan timnya merasa kasihan ketika mengetahui ayah Kiara gugur di medan perang, jadi mereka memutuskan untuk membantu keluarga ini.