Setelah berjalan melewati hewan ternak milik tentara keluarga Bai, Mu Yichen memimpin Kiara ke anggota inti rombongan itu. Pria dan wanita di sekitar Kiara berpakaian lebih rapi sehingga dia menduga status mereka pasti lebih tinggi dari pengungsi biasa.
Ketika orang-orang itu melihat Mu Yichen membawa anggota baru, mereka segera menghampiri untuk menyapa. Ketika mendengar beberapa anak remaja memanggil 'Paman Mu' dia dapat menebak latar belakang keluarga di sekitarnya.
"Semuanya, perkenalkan Nona Chen Huiling dan keluarganya. Dia memiliki kemampuan untuk menyaring air menjadi air bersih. Kalian semua harus berteman baik dan saling membantu." Mu Yichen memperkenalkan Kiara.
"Namamu Chen Huiling? Dari mana asalmu?" tanya seorang wanita muda dengan pipi chubby.
"Beijing. Keadaan di ibu kota sangat buruk. Kami kesulitan membeli makanan sehingga memutuskan untuk pindah ke selatan." Kiara memberi penjelasan singkat.
Gadis itu tahu dia dan keluarganya tidak akan mampu bertahan jika tidak memiliki Shangri-la.
"Ya, Tuhan! Aku pikir penduduk ibu kota tidak akan terpengaruh karena Kaisar kita tinggal di sana. Aku tidak menyangka kehidupan di ibu kota juga susah." kata wanita itu.
"Kami masih bisa mendapatkan makanan, tetapi harga beras sangat mahal dan toko-toko membatasi penjualan mereka. Namun, kehidupan di ibu kota memang lebih baik jika dibandingkan dengan kota lain." Kiara memberi penjelasan.
"Kalau begitu, kenapa kamu meninggalkan ibu kota?" tanya seorang pria.
"Ayahku gugur di medan perang dan anggota keluarga yang lain mencoba membunuh kami karena ingin merebut harta peninggalan Ayah." jawab Kiara dengan nada datar.
"Maaf karena mengungkit kenangan buruk." kata pria itu. Wajahnya berubah menjadi merah karena malu.
"Tidak apa-apa. Sekarang semuanya telah berakhir." Kiara tampak lega.
"Bagaimana kalau kalian bergabung dengan kami? Keluarga Bai akan mencarikan tempat tinggal untukmu." kata salah seorang gadis.
"Terima kasih, Ayah kami telah menyiapkan rumah untuk kami." Kiara mengamati gadis di depannya.
"Apakah tangan Kakak terkilir? Kelihatannya tangan kiri Kakak sedikit bengkak." kata Kiara.
"Ya, hanya terkilir sedikit. Awalnya aku pikir tanganku patah. Tetapi dokter militer mengatakan tanganku hanya terkilir." kata gadis itu sambil menggerakkan tangan kirinya.
"Sebaiknya Kakak menggunakan kain untuk menggantung tangan Kakak agar tidak banyak bergerak. Jika bengkaknya masih belum berkurang, silakan mengompres pergelangan tangan Kakak dan mengoleskan salep untuk mengurangi bengkak." Kiara memberi saran.
"Apakah kamu membawa obat?" tanya gadis itu dengan mata melebar.
"Obat lebih penting dari makanan karena kita akan melewati daerah yang baru saja terkena banjir." kata seorang pria muda.
"Nona Chen yang membantu Paman Mu untuk mengobati lukanya, bukan?" Pria itu tersenyum sambil menunjuk ke tangan Mu Yichen.
"Ya, luka Jenderal Mu mulai bernanah dan aku takut infeksi lukanya semakin parah. Kalian tinggal di daerah utara yang memiliki kelembapan udara rendah. Daerah selatan sangat berbeda dan memiliki tingkat kelembapan tinggi. Kita harus menjaga kebersihan agar tidak terkena penyakit. Kalian pasti pernah mendengar mengenai wabah penyakit, bukan?" kata Kiara.
Perkataan gadis itu membuat orang di sekitarnya ketakutan. Mereka tahu betapa berbahayanya wabah penyakit. Mu Yichen mengamati tangannya yang dibalut perban dan merasa lega.
"Kemampuan Nona Chen memang tidak diragukan. Kita sangat beruntung bertemu dengannya." kata Mu Yichen sambil tertawa.
"Jangan khawatir Paman Mu, kami akan menjaga Nona Chen dengan baik." Para remaja itu segera berjanji.
Setelah melanjutkan perjalanan selama beberapa jam, rombongan tentara Bai memutuskan untuk beristirahat dan melanjutkan perjalanan keesokan harinya. Beberapa orang koki dan anak buahnya segera mendirikan dapur umum. Mu Yichen mengajak Kiara untuk melihat sistem penyaringan air mereka. Air ini digunakan untuk minum para jenderal dan seluruh anggota rombongan.
Kiara melihat ada banyak tentara muda mondar-mandir membawa air dari sungai di dekat mereka. Kualitas airnya cukup baik dan mereka tidak perlu khawatir kekurangan air bersih. Kiara mengamati ember berisi air dan sistem penyaringan milik tentara keluarga Bai.
Ternyata materi yang digunakan untuk menyaring air terlalu sedikit. Kemudian dia memberi kursus singkat mengenai cara menyaring air yang benar. Air yang dihasilkan jauh lebih jernih dari sebelumnya. Setelah itu, Kiara memasukkan tablet penjernih air secara diam-diam. Satu tablet aquatabs dapat menghasilkan 200 liter air bersih.
Ketika berjalan kembali ke gerobaknya, Kiara melihat para wanita mulai memasak untuk keluarga mereka. Gadis itu mempercepat langkahnya karena khawatir adik-adiknya sudah kelaparan. Selama perjalanan ke selatan, rombongan Kiara memiliki tugas masing-masing. Para pria bertugas menjaga keselamatan rombongan, mengumpulkan kayu bakar dan menyalakan api. Zhao Xiulan dan Chen Huining bertugas menyiapkan merebus air dan membantu Kiara menyiapkan bahan jika diperlukan. Kiara bertugas memasak makanan untuk mereka semua. Sedangkan Chen Jiaxing bertugas menjaga si kembar ketika ibu dan kakaknya sibuk memasak.
Menu yang mereka makan setiap hari cukup terbatas. Makan pagi mereka terdiri dari bubur, sebutir telur rebus dan teh. Sebelum makan siang, Kiara memberi snack berupa buah apel atau pir atau biskuit. Kemudian, mereka makan mie untuk makan siang.
Kiara memberikan roti dengan selai atau sosis untuk snack di sore hari. Makan malam mereka biasanya berupa nasi atau sup. Kiara sering sekali membuat claypot rice khas Hongkong yang mudah dibuat atau takikomi gohan khas Jepang yang sangat mengenyangkan. Dia juga banyak menggunakan sup instant dan sayuran kering untuk memasak.
Terkadang, dia memberikan protein bars, mixed nuts, buah kering atau dendeng sapi pada pengawal karena takut mereka kelaparan. Sedangkan si kembar biasanya minum susu atau bubur. Meski keadaan sangat terbatas, Kiara selalu memastikan agar rombongannya tidak kekurangan makanan.
Malam itu, Kiara memasak claypot menggunakan jamur kering, sosis dan ham. Anggota rombongan tentara Bai mengundang Kiara dan keluarganya untuk makan bersama, lalu mereka saling memperkenalkan diri.
Gadis yang tangannya terkilir bernama Qiao Shiyi dan dia berusia tujuh belas tahun. Dia memiliki tunangan bernama Cheng Zimo. Kakak Cheng Zimo bernama Cheng Zihan dan dia sudah berkeluarga. Selain itu, ada banyak pria dan wanita muda yang masih lajang.
Suasana di sekitar api unggun sangat santai. Berdasarkan pengamatan Kiara, pria dan wanita dari utara dapat berinteraksi dengan bebas. Wajar saja karena mereka hidup di lingkungan yang keras dan terbiasa bekerja sama untuk bertahan hidup.
Kiara berkali-kali mengingatkan teman-teman barunya agar mencuci tangan dengan sabun sebelum makan. Dia juga membagikan sampel sabun yang dia dapatkan sebagai bonus ketika membeli perbekalan.
Cheng Zimo mengatakan metode penyaringan air Kiara sangat membantu dan mereka akan pergi ke dapur untuk meminta air bersih. Pria itu mengatakan jika mereka mampu menyimpan air bersih selama dua atau tiga hari ke depan, mereka akan memiliki air bersih hingga perhentian selanjutnya.