Kiara baru kembali ke hotel pada pukul 23.00 dan dia merasa sangat lelah. Setelah memastikan Mu Wanqing tidak apa-apa, Meihua dan suaminya mengundang Kiara makan siang bersama di Siji Minfu. Tetapi manusia hanya bisa berencana, malam itu Kiara mengalami kejadian yang mengubah hidupnya!
Di sebuah ruangan yang hanya diterangi cahaya lilin, ada enam orang pelayan mengerumuni seorang gadis yang sedang tidak sadarkan diri. Seorang pelayan tampak mencekik leher gadis itu dan pelayan yang lain menyiapkan ember berisi air. Pelayan itu menenggelamkan kepala gadis yang sedang pingsan ke dalam air.
Gadis itu meronta sekuat tenaga sehingga air tumpah membasahi lantai. Karena paru-parunya terisi air, dia terus meronta selama beberapa menit sebelum akhirnya berhenti bergerak.
"Apakah dia sudah mati?" tanya pelayan yang memegang kepala gadis itu. Dia mengamati keadaan dan bersiap-siap menenggelamkan kepala gadis itu jika masih hidup.
"Aku tidak tahu. Coba lihat apakah dia masih bernapas." kata pelayan lain.
Mereka menarik tubuh gadis yang pingsan ke lantai dan memeriksa keadaannya.
"Dia sudah mati! Jantungnya berhenti berdetak dan dia tidak bernapas."
"Baiklah, ayo siapkan pakaian kering dan kita akan menggantungnya setelah mengganti pakaiannya." kata pelayan yang paling tua.
"Aduh, kenapa kita harus melakukan tugas ini?" keluh salah seorang pelayan.
Namun, para pelayan segera melaksanakan tugas mereka dan membuat mayat gadis itu tampak seperti baru saja bunuh diri dengan menggantung diri.
Mereka tidak menyadari jari gadis itu bergerak dan dia mulai bernapas lagi. Setelah para pelayan menyiapkan tali dan bangku, mereka ingin mengganti pakaian gadis itu agar orang lain tidak curiga. Dua orang pelayan menarik tubuh gadis itu ke atas tempat tidur dan bersiap melepas pakaiannya.
Tiba-tiba ada kilatan cahaya dan darah menyembur dari tangan pelayan di dekat tubuh gadis itu. Pelayan yang lain berteriak ketakutan dan segera menjauhi gadis itu.
"Ah!"
Pelayan lain terdiam selama beberapa detik sebelum menyadari apa yang sedang terjadi.
"Nona, kami hanya menjalankan perintah Nyonya Besar. Tolong maafkan kami." Kata seorang pelayan sambil menangis.
Para pelayan itu sangat ketakutan saat melihat tangan rekan mereka hampir putus.
Gadis yang ada di tempat tidur segera bangun dan menatap tali yang tergantung dengan tatapan kosong. Para pelayan yang melihat reaksi gadis itu tampak senang dan saling berpandangan untuk menjalankan rencana selanjutnya. Gadis di depan mereka harus mati malam itu juga. Para pelayan segera menyerang gadis itu.
Gadis itu segera bereaksi dan menggunakan pisau scalpel yang tajam untuk melawan para pelayan. Teriakan kesakitan memenuhi ruangan itu selama beberapa menit.
"Nona, tolong jangan bunuh kami. Semua ini adalah perintah Nyonya Besar. Kami hanya menjalankan perintah. Nyonya ingin kami membunuh seluruh anggota keluarga Nona." kata pelayan itu.
"Bawa mereka pergi." Suara gadis itu terdengar sangat serak.
"Terima kasih, Nona. Terima kasih, Nona." kata pelayan itu sambil menyeret pelayan lain yang sedang pingsan.
Tidak lama kemudian, ruangan itu menjadi hening. Kepala Kiara terasa pusing dan potongan-potongan memori memenuhi benaknya. Kiara mengamati keadaan di sekelilingnya dan melihat tempat tidur kayu yang sering dia lihat di drama Tiongkok.
Tiba-tiba, Kiara mendapat firasat buruk. Dia segera memeriksa apakah bisa masuk ke dalam Shangri-la. Gadis itu melihat sebuah kotak dari kayu mahogani dan membawa kota tersebut masuk ke dalam Shangri-la.
Kiara segera masuk ke dalam vila untuk mencari makanan dan berusaha memahami situasi yang sedang dia alami. Saat ini, dia berada di kerajaan Dalong di daratan Tiongkok.
Tubuh yang dia tempati memiliki nama Chen Huiling. Ayahnya adalah seorang jenderal bernama Chen Yuxuan dan ibunya adalah putri seorang dokter istana bernama Zhao Xiulan. Pasangan itu memiliki lima orang anak. Putri pertama bernama Chen Huiling yang berumur 12 tahun. Putri kedua bernama Chen Huining berumur 9 tahun. Anak ketiga adalah seorang putra bernama Chen Jiaxing yang berumur empat tahun. Lalu ada si kembar Chen Jiarui dan Chen Huiying yang baru berumur delapan bulan.
Dua bulan yang lalu, mereka menerima kabar bahwa Chen Yuxuan gugur di medan perang. Keluarga Chen Yuxuan merebut harta peninggalan pria itu dan mengusir Zhao Xiulan bersama anak-anaknya. Seolah penderitaan mereka masih belum cukup, Zhao Xiulan jatuh dari tangga dan kepalanya membentur lantai.
Ketika sadar, dia dapat mengenali orang tetapi cara berpikirnya seperti anak kecil. Kiara menduga benturan di kepala Zhao Xiulan mengakibatkan pembekuan darah di otaknya sehingga ingatannya terganggu. Gadis itu segera mandi, lalu berganti pakaian dan makan bubur untuk mengisi tenaga. Tubuh Chen Huiling sangat kurus karena malnutrisi.
Setelah selesai makan, dia mencari Milktea dan Mochi. Kedua anjing itu tampak sedang tidur, seperti ketika Kiara baru pertama kali masuk ke dalam Shangri-la. Dia menyiapkan makanan untuk kedua anjingnya dan mulai memeriksa isi kotak mahogani yang dia temukan.
Kiara melihat kotak itu berisi uang kertas senilai sembilan ratus ribu tael perak, uang senilai enam ratus tael, surat kepemilikan sebuah perkebunan, kartu keluarga mereka dan surat dari Chen Yuxuan. Pria itu meminta Zhao Xiulan untuk membawa anak-anak mereka ke rumah yang telah dia siapkan jika sesuatu terjadi pada dirinya. Chen Yuxuan meminta mereka merahasiakan hal ini dari keluarganya karena dia tahu ibunya pasti akan merebut uang dan rumah ini.
Hati Kiara terasa sakit saat membaca surat peninggalan ayahnya. Dia tahu itu adalah reaksi dari Chen Huiling. Kiara berjanji dalam hati untuk merawat keluarga Chen Huiling dengan baik. Tiba-tiba, dia mendengar seorang gadis kecil mengucapkan terima kasih dan perasaan sesak di dadanya tiba-tiba hilang.
Dia mulai menganalisa situasi yang sedang dia hadapi. Berdasarkan memori milik Chen Huiling, dia menarik kesimpulan sedang berada di kerajaan Dalong yang mirip sekali dengan kerajaan Qing pada masa pemerintahan Kaisar Kangxi. Mereka mengalami bencana kelaparan sejak tahun lalu. Harga makanan sangat mahal karena petani gagal panen akibat kemarau berkepanjangan.
Paman dan bibi Chen Huiling berniat membunuh gadis itu dan keluarganya karena ingin menguasai harta peninggalan Chen Yuxuan. Awalnya, keluarga Chen Yuxuan adalah keluarga petani miskin, Chen Yuxuan bergabung dengan tentara angkatan darat dan berhasil meraih kemenangan hingga akhirnya menempati posisi sebagai seorang jenderal.
Menurut tradisi, anak laki-laki tertua harus merawat kedua orang tua mereka di masa tua. Chen Yuxuan memutuskan untuk membawa kedua orang tuanya ke ibu kota. Namun, ibu Chen Yuxuan yang bernama Cai Cuilan lebih menyayangi putra bungsu mereka. Setelah menerima berita Chen Yuxuan gugur di medan perang, Chen Tingyu dan istrinya, Li Qinshuang memiliki niat jahat untuk merebut harta kakaknya. Mereka membujuk Cai Cuilan sehingga wanita paruh baya itu membujuk suaminya untuk membantu putra bungsu mereka.