Sindi yang tadinya ingin menyapa Riki dan Amanda tak jadi melakukannya karena Riki dan Amanda keluar dan seolah tak tahu jika ada dia didekat mereka.
Lalu Sindi mendekati Denna.
" Na, Riki dan Amanda tadi mau kemana?" Tanya Sindi penasaran.
"Aku tidak tahu Sin, cuma kelihatannya Riki ada keperluan penting dengan Amanda."
"Jangan-jangan Riki mau nembak Amanda."
"Ihhh... kenapa si Riki?" Sindi yang terlihat khawatir.
"Kenapa apanya Sin, bukankah mereka serasi?""atau kamu juga?"
Tanya Denna menebak-nebak.
"Enak saja , siapa juga yang suka sama dia, sok keren, ihhh.." jawab Sindi dengan raut wajah sebal.
"Ya sudah sin, aku pulang dulu ya"
"Aku juga mau pulang, yuk. Kita barengan saja?" sambil mengabil tasnya kemudian berjalan keluar bersama Denna.
" Amanda, Baru pertama kali kita bertemu, tapi seolah aku sudah lama mengenal kamu, aku tahu mungkin kamu belum siap atau menganggapku terlalu dini untuk mengatakannya. Tapi aku begitu resah, aku selalu memikirkan kamu, aku tidak tahu harus berkata apa lagi, tidak ada kata yang indah untuk mengutarakan rasa bahagiaku yang terlalu berlebihan ketika aku dekat dengan kamu. Bahkan aku tidak perduli tentang orang lain, aku tidak perduli orang lain mau bilang aku ini bagaimana. Tapi yang jelas aku tak ingin keduluan orang lain termasuk temanku, yang kulihat mereka juga memperhatikanmu, aku akan sangat bahagia lagi jika kamu memperbolehkanku menjadikanmu permaisuri dihatiku."
"Kamu tak harus menjawabnya sekarang, aku tunggu di malam minggu besok, aku tak akan memaksamu, tapi aku tak bisa memendam rasa ini menunggu hingga datangnya esok"
"Bagaimana Amanda." Tanya Riki dengan penuh harap.
"Rik.... kata-katamu indah sekali, cara penyampaianmu ini mulus tanpa beban, tapi kamu terlalu cepat untuk menilai seseorang.""kamu memang laki-laki yang baik, tapi aku tidak bisa menerimamu, kamu belum tahu banyak tentang aku, walaupun begitu tak ada sedikitpun rasaku kepadamu,, Entahlah apa yang mengganjal di hatiku sehingga tak dapat menerimamu""maafkan aku ya Rik, tak perlu menunggu besok, ku jawab sekarang, dan aku yakin takkan ada yang berubah."
"Biarlah kita berteman saja ya Rik"
"Baiklah Amanda, aku tidak akan memaksamu, yang penting aku sudah mengungkapkan perasaanku, ini membuatku sedikit lega." Jawab Riki sedikit tersenyum seperti memikirkan sesuatu.
"Ayo Rik, kita pulang, takutnya gerbang keburu ditutup"
" iya nda" sambil berjalan pelan menuruni tangga.
Denna telah sampai tepat didepan rumah,lalu ia segera memarkirkan sepedanya disamping rumah dan bergegas menuju kamar,.
""Apa yang sefang mereka lakukan sekarang ya?"
Apakah benar kata Sindi kalau Riki akan menembak Amanda."
"Kira-kira Amanda menerimanya tidak ya jika benar Riki mengungkapkan perasaannya?"
" kenapa denganku?"" Kenapa aku khawatir jika mereka berdua berpacaran?"
"Apakah aku sedang cemburu?"
"Kenapa hatiku berasa tak tenang seperti ini?."
"Kenapa aku tidak bisa berhenti memikirnya?"
"Kenapa aku tidak bisa berbicara didepannya?"
"Aku tidak bisa seperti Amanda yang sanyai dalam berbicara kepada siapa saja, padahal dia bsru saja masuk satu hari, aku yang sudah lama berada satu kelas dengan mereka, tak bisa santai dan tak bisa bergaul bersama teman-temanku."
Selalu ada rasa khawatir, takut, gugup, hilang kata."
"Tak ada kata yang bisa kuungkapkan, tak ada kalimat yang tersimpan, tak ada keberanian untuk berkata-kata, dan tak ada kepercayaan diri bahwa aku bisa seperti mereka."
"Kenapa aku selalu begini."
"Mungkin Amanda adalah kriteria wanita idaman Riki"
"Tentu saja tak ada yang lebih dari diriku.""Aku kalah segala hal dari Amanda."
"Amanda memang pantas, dia anak yang baik, tidak sombong dan tidak banyak bicara."
"Tetapi dia selalu bicara jika dia ingin, dia mengungkapkan sesuatu yang perlu tanpa ada rasa malu, takut dan gugup, ia mengatakan sesuatunya dengan santai."
"Aku ingin sekali seperti dia, tapi tetap saja aku tak bisa."Gumam Denna.
"Srekk." Bunyi gorden yang ditarik.
"Kak Denna sudah pulang?" tanya Lusi yang tiba-tiba muncul dari arah pintu.
"Iya, kakak ingin istirahat dulu di rumah sebelum keliling."
"Ohh'.. Ayo kak, makan dulu!"
"Iya Lus, kamu duluan saja."
"Ya sudah kalau begitu aku kedapur dulu." Sambil berlari menuju dapur.
Denna melangkah menuju arah dapur, ditengoknya setiap tempat.
"Lus Ibu mana?"
"Itu ka, tadi teman ibu kecelakaan dijalan, bu Murni ajak ibu ke rumah sakit untuk jenguk "
"Ya ampun, semoga tidak parah dan bisa segera sembuh, sewaktu kakak berangkat sekolah juga tadi lihat seorang wanita mengendarai sepeda motor, sepertinya sedang terburu-buru dari arah pasar, dan mobil menabraknya, mengenai bagian belakang sepeda dan tubuh wanita itu terpental, tapi mobil tidak terlalu kencang. kakak hanya bisa melihat dari kejauhan, orang-orang yang dekat dari situ segera menolongnya."
"Mungkin itu teman ibu ka,"
" soalnya tadi sempat dengar kalau kejadiannya itu dekat pasar."
"Ya sudah, cepat lanjutin makannya."
Tak lama ayah Denna datang dengan membawa satu gepok pisang, yang sudah masak."
"Wahh.. Bapak sudah dapat pisang,"
"Ini Na pisangnya, langsung dimasak saja, nanti bapak bantu keliling."
"Yang satu sisir paling bawah goreng untuk kita saja."
"Baik pak."
Denna segera menggoreng pisang,
Menyiapkan dua tampah besar yang sudah dialasi plastik bening diatasnya.
Gorengan sudah siap Denna dan ayahnya berangkat dan menjajakannya kesekliling daerah dekat rumah sampai keujung-ujung jalan hingga gorengan habis terjual."
Suasana Sekolah tampak sunyi dan masih sepi, Denna duduk dibangku dipojoknya.
Memandangi dari luar jendela, tatapan yang penuh dengan cerita, sedih menghiasi wajahnya.
Kedipan mata menghela nafasnya. Satu demi satu langkah kaki mulai terdengar, mulai samar-samar hingga jelas terdengar, suaranya mulai mengisi sunyinya pagi ini.
Mulai terdengar langkah kaki yang dia kenal, namun dia hanya diam menatap langit biru dan kepulan awan yang menghiasinya.
Biarlah mereka menempati posisi mereka masing-masing.
Mata yang tak tertarik untuk melihat buku yang telah ada didepan.
Seakan tak ingin berhenti menatap keluar dan membiarkan ruangan ini terisi penuh.
Tiba-tiba, pandangannya teralihkan oleh wangi segar yang terasa tajam-dan semakin tajam terhirup.
"Denna.." sapa Amanda dengan suara lembutnya.
"Ehh.. Amanda" aku menoleh kearah Amanda.
"Kamu sedang nglamunin apa si?"
"Tidak ada kok nda, aku cuma pengen cari kerjaan yang bisa kukerjakan sepulang sekolah. Agar ada tambahan untuk kebutuhan rumah dan makan sehari-hari."
"Ohh..kalau soal itu aku belum bisa bantu Na, kalau nanti aku menemukan lowongan kerja seperti yang kamu maksud akan aku kabari kekamu deh.."
"Terima kasih ya nda"
"Iya,. ini Na yang kemarin aku janjikan ke kamu." Sambil menyodorkan kotak kearahku.
"Nda... ini kan masih bagus, masih mulus, kardusnya saja masih utuh seperti baru, kamu tidak salah kasih ini ke aku?"
"Tidak Na, itu sudah tidak pernah lagi aku pakai kok."
"Ya ampun, terima kasih banyak ya Nda"
"Iya..sini aku ajarin"
Setelah Amanda selesai mengajari Denna.
"Nda kemarin gimana kamu sama Riki?" Tanya Denna penasaran.
"Ndak pa-pa si Na, cuma ngobrol biasa."
"Ohhh... " sambil tertunduk menatap buku.
"Kamu kenapa Na?"
"Kok sedih gitu."
"Tidak apa-apa kok Nda"
"Kemarin Riki sempat mengunkapkan "perasaannya ke aku."
"Terus kamu bilang apa Nda?"
"Terus aku tolak"
"Kok kamu tolak Nda?"
"karena aku tidak memiliki rasa apapun sama Riki, aku menganggap dia hanya sebagai temana saja Na."
"Tenang Na, aku tahu kamu menyimpan perasaan ke Riki kan?"
"Ehh, siapa?"
"Sudahlah, dari matamu saja aku sudah tahu, dari tingkah lakumu itu sudah dapat menggambarkan bahwa kamu menyimpan Rasa hanya saja
Kamu tak berani mengungkapkan,"
"Apa salahnya jika wanita lebih dulu mengungkapkan, dari pada harus dipendam, bukankan akan lebih sakit?"
"Kamu bisa tahu gitu si Nda, tapi aku minta tolong ya jangan beritahu siapapun."
"Aku tak akan memberitahukan ke siapapun tapi jika orang lain menyadari sikapmu bagaimana?"
"Jangan salahkan aku, karena kamu sendiri tak mampu menutupinya."
"Jika orang lain tahu, mungkin sudah waktunya aku harus merasa malu." Sambil tertunduk memikirkan sesuatu.
"Apa yang bisa aku bantu ,Na"
"Mungkin saja kamu butuh sesuatu dariku" tanya Amanda sambil menegang pundak Denna.
""Aku hanya ingin sepertimu Nda, bebas tanpa rasa malu dan percaya diri.""hanya itu yang kubutuhkan sekarang."
"Sesuatu itu akan muncul dengan sendirinya jika kamu mampu terus memaksa dirimu untuk melakukan sesuatu yang membuatnu kurang percaya diri."
"Jika kamu ingin merubahnya, aku akan bantu sebisaku, untuk menjadi dirimu seperti yang kamu inginkan."
"Tapi ingat Na, keberanian itu bukan hanya tentang kebaikan tapi juga keburukan,""jika kamu sudah menemukan dirimu,jadilah kamu manusia yang baik, jangan seperti aku."
" kok kamu bilang begitu Nda, aku justrus mengagumimu, kamu adalah motivasiku, aku ingin merubah diriku karena aku melihat orang baik sepertimu" jawab Denna dengan sedikit berkaca-kaca.
Amanda hanya tersenyum menatap Denna.