Chereads / Salah Jalan / Chapter 3 - Rencana Riki

Chapter 3 - Rencana Riki

Bel istirahat berbunyi.

"Na.. kamu ke kantin tidak?" Tanya amanda dengan posisi berdiri.

"Aku tidak ke kantin nda, aku sudah bawa bekal dari rumah tadi, lagian aku juga tidak bawa uang."

" bisa temani aku ke kantin tidak Na?nanti aku beri kamu uang jika kamu ingin beli sesuatu, apa kamu sudah membawa minum?" Aku belum terbiasa dan baru ingin mengenal suasana disini, lagian yang aku kenal dekat disini kan kamu, kamu kan teman sebangku aku ,sekedar beli es juga tidak apa-apa Na"

"Tidak perlu kamu kasih aku uang, jika kamu ingin aku menemani, ayo aku temani." Sembari tersenyum

"Maaf ya, seharusnya aku ajak kamu jalan-jalan keliling untuk mengenalkan sekolah ini ke kamu."

"Terima kasih ya, iya tidak apa jika kamu tidak bisa."

"Bukam begitu maksudku, aku bisa, cuma mungkin bukan sekarang, besok saja ya." Bicara Denna sedikit lesu.

"Iya.. iya..bisanya kamu aja,tenang saja aku tidak memaksamu jika memang tidak bisa, apa kamu sakit?"

"Aku tidak sakit kok nda."

"Ya udah, ayo jadi tidak ke kantinnya."

"Iya Nda."

Ketika mereka melangkah menuruni tangga, Riki tiba-tiba muncul dihadapannya,, "ehh.. Amanda, mau kemana."Sambil memegang tangan Amanda.

"Riki.. ini mau ke kantin." Tersenyum menatap Riki sambil mencoba melepas tangannya.

Denna hanya menatap mereka berdua, dia hanya diam, karena dia tak bisa untuk berkata.

Denna hanya mengamati sikap Riki kepada amanda.

"Aku ke kantin dulu ya Rik?"

"Manda, aku tunggu dikelas ya?" "Ada sesuatu yang ingin kusampaikan."Sahut Riki

Amanda hanya membalas dengan senyuman.

"Ayo Na." Amanda menggapai tangan Denna dan menariknya menuruni tangga.

Denna menoleh kearah Riki..

Melihat Riki yang masih melihat Amanda terlihat pipinya sedikit merah.

Lalu Denna menatap Amanda, tak ada wajah yang tampak bercerita.

Langakah kaki, raut wajah dan gaya bicara yang tak menujukkan bahwa adanya sebuah getaran. Mungkinkah amanda menganggap peristiwa tadi hanyalah sesuatu yang biasa atau ia memang tak tertarik kepada Riki.

Di bangku pojok depan, Sindi dan teman-temanya sudah berkumpul menikmati makanan ringan yang telah mereka beli dari kantin.

Sambil menikmati mereka saling berbincang, mereka sangat akrab dan kompak.

Mereka juga pernah berselisih paham, tapi masalah mereka tak berlarut lama, mereka sudah kembali membaik.

Anggota kelompok mereka ada 4 yaitu Risa, Nuri , Sindi dan Laura.

Mereka yang selalu meramaikan kelas 12A, jika tak ada mereka kelas menjadi sepi.

"Nyo..." dari arah luar kelas Riki mendekati Sindi dan teman-temannya, dengan menarik satu bangku terdekat lalu duduk disitu kemusian memandang kearah Sindi.

"Kenapa Rik."

" aku punya rencana ingin mengajak kalian semua menikmati tempat ramai dekat rumahku, malam minggu besok, yang punya pacar silahkan ajak pacarnya."

"Memang ada tempat wisata didekat rumahmu?"

"Bisa dibilang begitu si.. tapi sebenarnya hanya ada sungai yang lumayan lebar dan lampu disekitarnya, tidak hanya anak muda seperti kita, banyak juga orang dewasa yang sengaja datang, tahu tidak yang datang juga banyak dari kalangan atas, pakaiannya rapi dengan jas dan sepatu kulit dan mobil." Jelas Riki.

Yang lain memperhatikan dengan beberapa sedikit membayangkan."

"Masa si.. ?" Laura seperti tidak percaya.

"Saya sering keluar tapi kok tidak pernah tahu tempat seperti yang kamu sebutkan ya" lanjut Laura sambil terus berpikir.

"Sudah jangan kebanyakan mikir, jika penasaran ya datangi saja" kata Riki mencoba mempengaruhi supaya mereka mau datang.

"Iya si.. tidak ada salahnya datang sekedar lihat-lihat saja siapa tahu kita dapat kesenangan." Timpal Risa.

"Bukannya gimana si tapi..."belum selesai Laura berkata Riki langsung memotongnya.

"Sudah...sekarang aku minta nomor kalian semua, besok sabtu aku kabari lagi, aku share lokasinya ke kalian."

"Berangkat sama-sama saja, biar lebih enak."

"Aku juga akan ajak Amanda dan mungkin sekalian Denna."

"Rik, kamu tidak kasihan kalau ajak Denna, dia anaknya tidak pernah terbuka, jika perlu sesuatu mungkin dia malu, sepertinya dia itu sedikit pemalu, nanti dia berpikir yang tidak-tidak tentang kita gimana?"

"Tidak mungkinlah, aku yakin dia itu anak baik, cuma dia itu kurang percaya diri aja, justru kasihan kan lalau kita cuma ajak Amanda didepan Denna."

"Iya juga si." "Ya udah terserah kamu aja Rik."

"Semoga saja tempatnya bagus seperti kata kamu, jadi malam minggu kita, tidak mengecewakan."

Tak lama, Denna dan Amanda muncul.

"Amanda sini dulu, kamu juga Na" sambil melambaikan tangannya.

"Ada apa Rik," kata Amanda sedikit penasaran, Amanda dan Denna mulai mendekat, mengambil kursi didekatnya dan duduk disamping Riki.

"Ini, aku ingin ajak kalian berdua dan teman-teman, menikmati suasana baru di dekat rumahku, tempatnya ramai, tempatnya lumayan nyaman, pokoknya asik untuk kumpul-kumpul." Lagian kamu kan baru disini, dan Denna selama ini belum pernah tahu rumahku kan?"

"Denna Diam saja si jadi aku tidak enak mau ajak-ajak kamu."

Kalau kelompokku semua sudah tahu Rumahku, ntah sekarang lagi pada kemana, mungkin masih di kantin."

"Tinggal kalian para cewek."

"Yah'.. yah'.. ? Mau kan."

"Aku tidak tahu ya.. bisa atau tidak." Jawab Denna sedikit khawatir.

" masa tidak boleh si ijin cuma sehari saja di jam malam, untuk malam minggu besok."

"Aku juga tidak memiliki WhatsApp sharelockednya gimana?"" Lagian aku juga belum tahu rumah amanda."

Yang lain hanya terdiam mendengar Denna berbicara, dan merasa kasihan"

Risa dan sindi menatap Denna dengan serius. Denna yang tertunduk menunggu tanggapan dari teman-teman.

"Kalau masalah itu tenang... kita masih punya beberapa hari sampai dengan sabtu untuk memikirkannya lagi, jika ada rencana berkumpul, kita harus benar-benar teliti memikirkan segala sesuatunya, agar tidak terjadi masalah nantinya." Amanda menanggapi Denna Dengan nada tenang.

"Aku punya ponsel yang sudah tidak aku pakai Na, bisa kalau hanya Untuk WhatsAppan dan beberapa aplikasi, besok aku bawakan ya, kamu pakai saja."

"Nanti aku akan ajarkan kamu sampai kamu bisa menggunakannya." Sambil tersenyum Amanda menatap Denna.

"Tapi Amanda.. kamu gimana?" Jawab Dena

" Aku punya beberapa ponsel di Rumah, lagian itu tidak terpakai, aku tidak masalah dan aku justru senang bisa ngasih kamu sesuatu yang berguna dan kamu butuhkan"

"Iya... Na, rejeki kamu itu, jangan ditolak" sahut Risa

"Ya ampun, terima kasih banyak ya amanda" menatap Amanda dengan mata berkaca-kaca.

" sama-sama." Jawab Amanda.

Melihat sikap Amanda Riki semakin mengaguminya.

bel masuk berbunyi saatnya materi selanjutnya.

Saat guru kelas menerangkan didepan, dengan membuat beberapa coretan dipapan tulis, dengan suara lantang pak Heri menerangkan meteri hari ini, sambil sesekali mengamati siswanya.

Suara pak Heri yang tak lagi terdengar,  ternyata diam-diam pak Heri menghampiri seorang anak,

Anak-anak terdiam sambil melihat pak Heri yang sedang meletakkan jari telunjuknya kedepan bibirnya yang sedikit monyong.

Dengan sedikit tertawa beberapa anak yang telah mengerti maksud pak Heri.

Tepat di samping sedikit agak kebelakang agar tak disadari oleh Riki.

"Ternyata diam-diam pak Heri mengamati tingkah laku Riki yang sedari tadi menatap Amanda."

Amanda yang juga tidak menyadari bahwa dirinya diperhatikan oleh Riki masih tetap menulis dengan sambil mengobrol dengan Denna."

Amanda baru menyadari saat anak-anak mulai bersorak dan menertawai Riki dengan Pak Heri yang berbicara dengan Riki sambil menjewer telinga Riki.

"Ehh.. ehh..ehh.. sakit pak."

" ohh.. sakit ya ?" Tanya pak Heri sambil sedikit tersenyum.

Masih dengan menjewer Riki

"Rik, tadi materinya apa?" Tanya pak Heri.

"Eh.. anu pak, maaf saya tidak mendengar bapak berbicara"

"Tadi sedang ngapain kamu disini?"

"Tidak sedang ngapa ngapain pak."

"Kalau tidak sedang apa-apa, pak Heri tidak mungkin menghampirimu Rik"

" ehh... iya ini tadi sedang lihat ke Amanda pak."

Karena pak Heri semakin keras menjewer Riki, akhirnya Riki mengakui kesalahannya.

"Memangnya Amanda sedang apa, kok kamu terus melihat ke Amanda."

"Amanda sedang menulis saja kok pak.""saya cuma suka saja melihat Amanda."

"Cieee..." sorak yang lain.

"Huuu..." sorak sebagian lagi.

"Bapak Lihat Semua teman kamu memperhatikan betul penjelasan bapak"

"Berarti bapak tidak begitu menarik ya bagimu, Amanda pasti lebih menarik" lanjut pak Heri.

"Memandang teman sekelas itu boleh, tapi harus tahu waktu ya, jangan terlalu lama,  waktunya pelajaran dan guru menjelaskan kamu juga  harus perhatikan supaya tidak tertinggal materinya." Lanjut pak Heri sambil tersenyum.

Pak Heri selalu tahu jika ada siswa yang kurang memperhatikan dirinya.

Terutama kelompok Riki dan Sindi.

Tak terasa Bel yang menandakan berakhirnya kegiatan belajar mengajar berbunyi.

Riki dengan santai memasukkan buku sambil sesekali melihat Amanda.

"Nda, dari tadi kamu dilihatin terus sama Riki, mungkin ada sesuatu yang ingin disampaikan."

"Gimana ya Na, aku sebenarnya risih dilihatin terus sama dia, lagian kita juga baru kenal dan sebenarnya aku tidak mau ikut ajakannya, tapi aku juga tidak enak jika harus menolaknya."

"Untung ada kamu, jadi kamu harus ikut ya?"

"Nanti biar aku ke rumah kamu dulu aja, setelah itu kita sama-sama ke tempat Riki."

"Je..jangan" sambil mengangkat dan menggoyangkan tangannya.

"Kenapa Na?"

"Aku merasa tidak enak, jika harus menerimamu di rumahku, rumahku kecil, dan kamu pasti akan kecewa jika datang ke rumahku, aku saja disini naik sepeda ontel"

"Haduh kamu ini, memangnya kamu lihat aku seperti apa, aku tidak melihatmu dari apa yang kamu punya, tapi dari sikapmu"

"Iya Amanda maafkan aku, bukan maksudku untuk,.. " Denna tak melanjutkannya.

" tapi jangan kaget lihat kondisi rumahku ya?"

"Iya..Denna, kamu ini kenapa, jangan berpikiran negatif, jangan berpikir bahwa temanmu akan meninggalkanmu jika tahu kondisimu." sambil tersenyum Amanda menanggapi kata-kata Denna.

Riki yang dari jauh terihat sedang mencoba mencari waktu untuk mendekati Amanda,.

"Sin, kamu tidak pulang?" Tanya Risa yang sudah berdiri disamping  tempat duduknya melihat Sindi yang belum memasukkan buku-bukunya kedalam tas.

" iya, aku mungkin ingin disini dulu"

"Kami duluan ya" sapa Nuri dan Laura karena mereka sudah dijemput.

"Iya, hati-hati"

"Ya sudah kalau gitu aku duluan ya Sin"

"Iya Ris, hati-hati dijalan."

"Iya sin, kamu juga."

Sindi yang masih duduk ditempat duduknya, memasukkan bukunya satu persatu dengan pelan, sambil sesekali manatap kearah Riki yang mulai mendekati Amanda.

Lalu ia mencoba mendekati mereka bertiga.

"Nda, Riki kesini." Bisik Denna kepada Amanda.

Amanda segera menoleh kearah Riki.

"Ada apa Rik?" Tanya Amanda

"Aku pengen bicara berdua sama kamu, kamu ada waktu tidak hari ini."

"Maaf Rik, sepertinya aku harus buru-buru pulang hari ini."

" kalau besok bagaimana nda, bisa?"

"Memangnya ada apa si Rik, apa itu sifatnya rahasia, tidak bisakah bicara disini saja?"

"Tidak bisa ini tentang aku dan kamu saja"

" emmm.. Na' aku tinggal sebentar ya, atau kalau kamu ingin pulang duluan juga tidak apa-apa Na."

"Oh iya nda, aku pulang duluan saja ya, sampai jumpa besok ya".

Riki dan Amanda keluar kelas, mereka melewati Sindi yang berjalan kearah Denna seakan tak menyadari keberadaan Sindi.

Mereka berhenti ditangga pojok kelas yang tak akan dilewati oleh Sindi dan Denna.