Sepeda ontel adalah kendaraan yang biasa kugunakan untuk berangkat ke sekolah, jarak sekolahku tidak begitu jauh, sekitar lima belas menit kurang lebihnya dari rumah ke sekolah.
Sepeda yang tak lagi baru dengan. Cat merahnya yang tak lagi menarik, sebagian sudah mengelupas, keranjangnya juga sudah dilepas karena penyok dan rusak serta tak dapat lagi digunakan penutup rantainya juga tak ada, sehingga kaos kaki terkadang tanpa disadari hitam terkena oli sepeda. Kukayuh sepedaku sedikit lebih cepat agar tak habis waktuku di perjalanan, tadi tak sempat melihat jam, aku terburu-buru karena cahaya matahari yang mulai terang memberi sedikit kehangatan.
Pemilik toko yang mulai membuka tokonya dipinggiran jalan besar, kendaraan yang sudah mulai ramai, mempersulitku untuk menyeberang, lama menunggu sepinya, beginilah kalau tidak berangkat lebih awal dan sedikit lebih pagi.
Seluruh kendaraan seakan berlomba-lomba untuk sampai ketempat tujuan masing-masing tanpa perduli orang lain yang juga memiliki kepentingan.
Tak akan ada yang memikirkan orang lain disaat yang terburu-buru serperti ini, semua ingin lebih dulu dari yang lainnya.
Terlihat dedepan ada seorang wanita dengan badan sedikit berisi mengendarai sepeda. Motor maticnya dengan membawa belanjaan terlihat diplastik benungnya kangkung yang diikat, dan beras 10 kilo dibagian bawah depan sepeda yang biasanya digunakan untuk tempat kaki atau tempat barang.
Ia terlihat terburu-buru beberapa kali yang mencoba menyerobot jalan, namun mundur lagi dan lagi, entah apa yang ia pikirkan, mungkin ia memiliki keperluan penting sehingga ia berani mengambil keputusan untuk mencoba memotong jalan orang lain.
Ketika sepi ia dengan cepat melajukan sepedanya namun perkiraannya ternyata salah. Tepat dari arah yang sejalur berlawanan yang sebenarnya akan menuju jalur yang sama,namun sebelum itu ia sudah dulu memotong jalur mobil, seketika wanita itu kaget, kemudian mendadak berhenti dan berteriak.
"Aaaaaakk."
"Eh eh eh.. awas mobil." Seorang pejalan kaki teriak histeris.
Irang-orang ditoko semua melihat kearah wanita itu.
Seketika mobil menabraknya.
"Brackk" bunyinya yang keras. Tapi mobil tak melaju begitu cepat, pengendara sepeda terpelanting namun tak jauh dari tabrakan tersebut, hanya bagian belakang sepedanya penyok karena saling berbenturan.
Seketika mobil berhenti, sopir mobil secepatnya keluar dari mobilnya dan menolong si pengendara itu, tak lama seorang ibu dengan membawa balita usia sekitar 2 tahun yang digendongnya keluar,. Aku yang terhenti diperbelokan hanya dapat melihat dari kejauhan, rasanya was-was dengan kejadian yang ada didepan walau lumayan agak jauh tapi kejadian itu terlihat dengan jelas.
Lalu akupun berbelok kearah gang yang lumayan luas dan sudah beraspal. Disebelah kanan dan kiri jalan juga masih ada toko- toko kecil.
Aku terus mengayuh sepedaku sampai tepat didepan gerbang sekolah.
Kulihat beberapa anak berjalan lebih cepat, sebagian lagi sedikit berlari.
Terlihat dati dinding sekolah jam menunjukkan pukul 7.55 waktu hanya tetsisa 5 menit lagi, anak yang lain sudah berbaris di halaman sekolah, para petugas benderapun sudah siap untuk memulai hanya menunggu bel sekolah berbunyi.
Aku yang juga terburu-buru memarkirkan sepedaku. Tentu parkiran sepeda sudah mulai penuh akupun sedikit bingung untuk meletakkannya. Tiba-tiba muncul satpam sekolah yang kemudian membantuku memarkirkan sepedaku.
"Sini dik.. biar saya saja yang parkirkan"
"Ohh.. iya pak terima kasihatas bantuannya"
Lalu aku menuju ke kamar mandi untuk berganti karena aku tadi memakai baju olah raga, memakai baju seragam abu-abu putih tentu sangat menyulitkan bagiku karena rokku sedikit sempit.
Setelah selesai aku langsung menuju barisan karena tak mungkin untuk menuju kekelas waktu sudah habis, kelasku ada dilantai dua dan untuk kesana harus melewati kerumunan yang pastinya akan sulit untuk berdesak desakan, siswa sekolahku sangat banyak sedangkan halaman sekolah lumayan sempit.
Tak berani jika harus melewati depan barisan bagian petugas bendera.
Kutaruh tasku di bagian dudukan depan kelas dekatku berbaris.
Aku tidak begitu pandai, aku tidak mudah bergaul, cara bicaraku tak menarik temanku untuk bisa berbincang lama. Pergaulanku masih kurang luas, seringkali aku tak nyambung jika diajak berbicara tentang tren anak sekarang, aku tak memiliki teman dekat, mereka mencoba berbicara padaku karena kasihan melihatku yang tiap hari hanya menyendiri, tak pernah ikut ke kantin karena aku tak pernah membawa uang saku, jika hari ini ada iuran maka aku baru akan memberikannya besok.
Belum ada guru masuk.. yeman-temanku sibuk bercerita, bersenda gurau bersama kelompok masing-masing, murid dikelasku ada 21 anak, 11 perempuan dan 10 laki-laki.
Risa dan Nuri yang tiba-tiba masuk kelas seperti terburu-buru membicarakan sesuatu dengan keteman-teman se-gengnya, tiba-tiba sindi yang suka memberi informasi ke teman sekelas maju ke depan kelas.
"Hai.. teman-teman hari ini kita dapat teman baru." Berbicara dengan suara nyaring.
"Siapa nyo" kata Riki dengan sebutan "nyonyo" yang biasa dijulukkan ke Sindi.
"Aku belum tahu namanya, tapi tadi Risa dan Nuri yang dengar kalau murid baru itu akan sekelas dengan kita"
"Iya Rik, tadi waktu aku mau ke kelas aku dan Nuri dengar kalau ada anak baru yang mau masuk kelas kita, ya terus kami tengok, anaknya si membelakangi kami tapi kami lihat kulitnya putih bersih rambutnya panjang bergelombang terurai seperti habis dicat warna hitam gitu.
Seragamnya seperti anak sma elit keren modelnya. Badannya langsing, tinggi, tapi ndak tahu wajahnya gimana..sepertinya.." belum selesai Risa berbicara.
Terdengar langkah mendekati kelas kami dengan cepat semua mencari tempat duduk mereka masing-masing.
"Ayo masuk!" Bu Ana menyuruh anak baru itu masuk.
"Iya bu" jawab anak baru sambil tersenyum.
"Selamat datang dikelas 12A, semoga betah dengan teman-teman barumu ya."sambut bu Ana
"Silahkan perkenalkan dirimu"
"Iya bu"
"Perkenalkan nama saya zeeya Amanda Melty"
"Boleh dipanggil zeeya, amanda atau melty terserah sesukanya saja, tapi biasanya orang memanggilku dengan nama Amanda."
"Kalau dipanggil sayang boleh tidak?"
Kata Riki.
"Huuuuu.. "sorak yang lainnya.
"Boleh.. " jawab amanda dengan tersenyum. "kalau tidak malu" lanjutnya.
"Hahahaha...." tawa yang lainnya
"Rik.. ambil baskom sana awas nanti pada netel ilermu" teriak Sindi dengan menatap kearah Riki.
"Hahahaha.."tawa anak-anak semakin pecah.
"Amanda silahkan duduk ditempat yang kosong, ada beberapa bangku kosong disini tinggal pilih mau disamping Riki, Roy atau Denna.
"Emmmm" terlihat Amanda sedang berpikir."
"Ehh.. hati-hati kalau duduk sama Riki ya nanti jadi ndak bisa konsen karena banyak digodain" tambah bu Ana sambil tersenyum melirik Riki.
"Iya bu" jawab amanda tersenyum
"Ahh ibu, malah digituin ndak jadi nanti Amanda pilih aku."
"Siapa juga Rik yang mau pilih kamu, belum-belum Amanda udah begidik duluan "Ledek Nuri
"Ahh kamu Nur ikut-ikutan aja, bilang aja kalau cemburu"
"Hahahaha.. " tawa Riki dan teman-temannya.
"Yikkk.. ueeekkk"sambil menutup mulutnya seperti akan muntah menanggapi Riki.
"Sudahlah Rik, jangan menutupi. Kegilaanmu." Risapun ikut berkomentar.
"Hahaha..Orang gila sekolah." Tawa Risa.
"Huuuuuu.." sahut yang lainnya.
" sudah.. sudah.. sekarang waktunya belajar." Pinta Bu Ana
"Bagaimana Amanda?" Tanya bu Ana kepada Amanda.
"Emm saya duduk sama Denna saja bu"
"Ohhh.. iya silahkan."
Dengan membawa tasnya yang mungil itu, Amanda mendekati Denna dan duduk tepat disampingnya.
Ia langsung menyapa Denna.
"Hai Denna, salam kenal aku amanda"
Seketika kelas menjadi sedikit hening.. keriuhan yang sempat terdengar sudah tidak terasa lagi.
"Iya Amanda, salam kenal juga, semoga betah ya duduk sama aku" kata Denna sedikit kurang percaya diri."
"Kenapa tidak betah?""Aku lihat kamu orangnya baik, pendiam tidak banyak bicara aku justru suka."
" Dan aku malah kurang suka dengan anak yang terlalu banyak bicara, pusing kepalaku, aku dulu suka berantem dengan temanku yang suka asal bicara dan tak hentinya berbicara, karena sulit terkendali akhirnya sesuatu yang sifatnya rahasiapun ia buka semua. Aku memutuskan untuk tidak berteman lagi dengannya" curhat Amanda.
"Ehhh.. maaf ya Denna, aku malah jadi curhat" lanjut amanda dengan sedikit tertawa.
"Iya tidak apa-apa, aku senang jika kamu bisa curhat ke aku." jawab Denna sembari tersenyum kearah Amanda.