Chereads / Heart of Pezzonovante / Chapter 9 - Laporan dokter Dre

Chapter 9 - Laporan dokter Dre

El menoleh ke arah asal suara dan melihat seorang wanita mengenakan stelan celana dan blazer berwarna putih tulang berjalan mendekat, tas kulit wanita warna tosca diselempangkan di bahunya.

Wanita dengan rambut sebahu dan dibiarkan tergerai itu berhenti tepat di depan dua orang laki-laki yang tengah berbicara di ruangan itu.

"Dre ...," desah El Thariq pelan.

Laki-laki itu menatap wanita berkaca mata itu sambil mengangkat satu alisnya.

"Jangan menyalahkanku jika aku menyahut pertanyaan itu, salahkan ruangan luas yang memantulkan suara kalian hingga dari pintu masuk aku yang sedang berdiri di ambang pintu ruangan ini bisa mendengar itu dengan jelas. Dan bagaimana aku bisa berdiri di ambang pintu itu? Itu karena sepertinya ruangan kerjamu sedang digunakan oleh nyonya yang baru," jelas dokter Dre sambil mengangkat dua stopmap folio dengan dua warna yang berbeda.

"Ah ...," desah El Thariq kembali, matanya memandang tajam pada apa yang ada di tangan dokter Dre.

Laki-laki dengan tatapan mata elang itu menoleh ke arah tamu pertamanya.

"Ronnie, sepertinya pembicaraan kita harus dilanjutkan di lain waktu. Dokter keluargaku ini akan menjelaskan sesuatu yang penting," ucap El Thariq dengan nada rendah.

Tamu pemilik rumah megah itu langsung mengangguk patuh.

Pemilik rumah itu kemudian segera mengambil telepon genggamnya dan menekan satu nomor kontak di layar yang menyala itu.

Beberapa detik kemudian seorang laki-laki berambut pirang masuk ke ruangan itu, mengangguk pada Om Ronnie, menyapa dokter Dre, lalu memberikan perhatian penuh pada laki-laki yang memanggilnya.

"Armand, antarkan Ronnie ke depan, dan mulai hari ini kita bisa memberikan bantuan yang kita janjikan. Dan ... Ronnie, sekretaris pribadiku ini akan menindaklanjuti semua masalah perusahaanmu, em ... jika ada apa-apa, Kamu bisa langsung memberitahunya atau Kamu juga bisa langsung menginformasikan itu padaku," perintah El Thariq datar.

Kedua laki-laki itu mengangguk, merespons perintah itu dengan resmi kemudian bersama-sama meninggalkan ruangan.

Dokter Dre berjalan memutar dan duduk di samping El Tariq dengan santai, kemudian meletakkan tas toscanya di sampingnya.

Dokter muda wanita itu segera menyerahkan apa yang ada di tangannya begitu mendaratkan punggungnya di sofa empuk itu.

"Aku ingin mengucapkan selamat atas pernikahanmu, tapi di sisi lain, sebagai wanita, aku nggak suka memberimu selamat karena dari sisi mempelai wanita, pernikahan itu merupakan pernikahan paksa," ucap dokter Dre terus terang.

Wanita itu mengedikkan bahu sambil memberikan lirikan menyindir ada lawan bicaranya.

"Dre ...," tegur El lembut sambil menerima dua stopmap itu.

"Aku hanya mengungkapkan fakta, El," sanggah dokter wanita cantik itu sambil kembali mengedikkan bahu.

El membuka satu stopmap yang berada di bagian paling atas. Matanya menyipit dengan dengan sorot sinis ketika melihat foto seorang laki-laki muda ... yang terlihat beberapa tahun lebih muda dari dirinya.

"Ini ...?" ucap El Thariq sambil memegang foto laki-laki muda itu.

El memandang tajam pada foto laki-laki dengan manik mata coklat tua itu dengan sinis.

Raut wajahnya terlihat sudah memprediksi siapa sebenarnya identitas laki-laki dalam foto itu, tapi ia tetap saja mengulang pertanyaannya.

"Foto itu adalah foto pacar dari nyonyamu sekarang. Dan aku yakin, laki-laki itu saat ini masih belum memutuskan hubungan itu, lebih tepatnya, em ... bukan laki-laki itu saja sih, tapi juga wanita yang sekarang sedang dijaga oleh dua orangmu di ruang kerjamu itu juga belum memutuskan hubungan itu," jelas dokter Dre.

Wanita muda itu beringsut ke belakang untuk segera menyandarkan punggungnya di sandaran sofa empuk itu.

Sementara itu El Thariq mengembuskan napas panjang. Kemudian, dokter Dre bersedekap dan turut mengikuti posisi kaki El yang menyilang.

"Sebelum memaparkan penjelasan titipan dari orang yang Kamu suruh untuk menyelidiki orang-orang di sekitar nyonya baru itu, gimana kalau Kamu menjawab pertanyaan kami sebelumnya itu, El? Pertanyaanku dan tamu laki-laki yang baru saja meninggalkan ruangan ini. Kamu pasti tahu, pertanyaan itu tidak hanya terlintas di pikiran si paman tega itu, tapi juga di pikiranku dan mungkin di pikiran orang-orang yang mengetahui keadaanmu dan juga nyonya baru mu itu," sela dokter Dre enteng.

"Dre ...," tegur El Thariq kembali.

Laki-laki itu menoleh ke samping sambil menatap tajam.

"Haduh, El jawab saja deh! Kenapa harus gadis itu, padahal Kamu bisa mengambil gadis-gadis lain yang bersedia dengan rela menjadi istrimu? Kenapa sih harus mengambil yang nggak mau? Harus ya, memisahkan pasangan yang lagi senang-senangnya menjalin hubungan? Hem, kayaknya bukan gadis itu saja yang kesehatan mentalnya harus diperiksa, tapi Kamu juga," cerocos dokter Dre dengan wajah datar.

Dokter muda itu kemudian menggeleng-gelengkan kepala.

Alih-alih menjawab, laki-laki berambut hitam dengan bekas luka di pipi itu melirik dengan lirikan licik rubah pemangsa. Bibirnya pun menebarkan senyum seringai misterius.

Melihat itu wajah dokter Dre berubah. Wanita itu kini bersungut-sungut.

"Hei! Tunggu!" Mendadak raut wajah dokter muda itu kembali cerah.

"Sepertinya aku tahu jawabannya," ucap dokter Dre dengan mata berkilat-kilat.

"Kamu justru ingin menikah dengan gadis yang nggak mau sama Kamu karena Kamu sakit jiwa 'kan? Di situ Kamu merasakan kepuasan. Ada jiwa-jiwa psycho dalam dirimu yang harus dipenuhi tuntutannya." Dokter Dre tersenyum puas.

Seketika El terbahak, bahunya berguncang-guncang melihat ekspresi lugu dokter Dre yang dengan rasa nggak bersalah mentatap laki-laki itu tajam.

"Tebakan asalmu yang patut disebut sebagai karangan bebas itu ... patut dikembangkan," sanggah El setelah tawanya berhenti.

"Eh jangan salahkan aku jika aku ngomong gitu. Lihat apa yang terjadi denganku! Siapa yang memaksaku sekolah di kedokteran? Siapa juga yang menyuruhku lanjut ngambil psikologi? Dan menyebalkannya, setelah semua tercapai, itu harus digunakan untuk membantu kepentinganmu. Itu benar-benar menyebalkan!" lanjut dokter Dre kesal.

El Thariq kembali tertawa terbahak-bahak.

Laki-laki itu sedikit beringsut dan mengubah duduknya agak menyamping ke arah lawan bicaranya.

"Terus rumah sakit terbesar dan terlengkap dengan segala kecanggihan alat medisnya itu mau kuserahkan pada siapa? Aku 'kan hanya memberikan fasilitas pada jiwa menologmu yang begitu menonjol sejak kita kecil, Dreana." El Thariq mengulurkan tangan dan menepuk-nepuk pelan bahu dokter wanita itu.

"Phuhh! Dan jangan lupa, jiwa menolongku yang suci itu kerap ternodai dengan dikirimnya tubuh-tubuh orang tak berjiwa yang sudah membeku yang adalah hasil dari beberapa kegiatan bawah tangan Kamu dan anggotamu!" seru dokter Dre sambil melanjutkan aksi cemberut.

Senyum seringai El Thariq terbit.

"Itu bagian dari hal-hal yang tak bisa dihindari, Dre. Kadang dalam bisnisku memang ada orang-orang yang harus dikirim ke rumah sakit kita dalam keadaan seperti itu," sanggah El berkilah.

Dokter muda wanita itu menghela napas panjang. Kedua bahunya bergerak turun dengan pelan ke bawah. Tubuh wanita muda itu makin tenggelam dalam keempukan sofa.

"Aku nggak bisa ngomong apa-apa lagi, El, give up ... give up," ucap dokter Dre sambil mengangkat kedua telapak tangan sejajar bahu.

El kembali mengeluarkan senyum seringainya.

"Eh tapi, El ...."

Mendadak, wanita itu menegakkan punggungnya sambil menggeser posisi duduknya ke arah laki-laki itu, matanya menatap tajam ke arah laki-laki itu seraya berkata, "Kira-kira berapa lama Kamu bisa menyembunyikan pengantinmu dari 'Ibu Suri' dan kroni-kroninya?"

"Agh!"