El Thariq mendesah panjang melemparkan kekesalan.
"Dre ..., bisa nggak itu nggak usah dibicarakan sekarang?" protes laki-laki dengan bekas luka di pipi itu sambil sejenak menatap pada satu titik dengan tatapan menerawang.
Kemudian laki-laki itu kembali fokus pada isi stopmap teratas yang berada di atas pangkuannya.
"Hihh! Tinggal jawab saja, apa susahnya sih, El? Lagian, serapat-rapatnya Kamu menyembunyikan gadis itu, lambat laun mereka akan tahu juga. Mereka 'kan juga bukan orang yang diam saja, mereka pasti melakukan sesuatu, entah dengan menyelidikimu secara langsung atau mungkin menempatkan mata-mata di sekitarmu," balas dokter Dre tak puas.
"Dre ..., tunda dulu rasa penasaranmu itu. Lanjutkan laporanmu ...," tegur El Thariq tanpa ekspresi dan ... tetap fokus pada foto-foto dan beberapa kertas yang ada dalam stopmap itu.
Dokter Dreana mendecih dengan ekspresi wajah sebal.
Wanita itu kembali menatap ke depan sambil bersedekap.
"Hem ... selalu ... selalu saja rasa penasaranku ini diaborsi dengan perintah-perintahmu itu El," keluh wanita cantik dengan rambut yang diwarnai dengan warna coklat tua itu.
El Thariq hanya membalas dengan seringai misterius.
"Oke, kalau begitu mari kita lanjutkan, aku telah merangkum semua informasi yang diberikan oleh orangmu yang ditugaskan untuk menyelidiki Nyonya-El-Tha-riq," ucap dokter Dre dengan nada rendah.
Wanita itu memutuskan untuk mengalah karena nggak ada gunanya melawan laki-laki yang berpengaruh itu.
"Foto laki-laki yang bolak-balik Kamu pegang, walaupun berulang kali diletakkan lagi itu namanya Alex. Dan pacar dari istri barumu itu bisa dibilang laki-laki yang pertama dikenal istrimu, maksudnya ... em ... cinta pertama. Keduanya bersahabat sejak lama dan di ujung persahabatan itu, mereka saling jatuh cinta dan ya ... begitulah ... Kamu bisa merangkai sendiri akhir dari kisah cinta mereka," tutur dokter Dre.
Wanita muda itu mengedikkan bahu sambil melemparkan sindiran melalui lirikan mata.
El Thariq mengembuskan napas panjang.
"Aku tahu arti embusan napas panjangmu itu, perjuanganmu untuk mengalihkan hati gadis itu tentu sangat berat," komentar dokter Dre memprovokasi.
Wanita itu tersenyum simpul.
"Dre ..., singkirkan penilaianmu tentang embusan napasku, fokus ke laporanmu ...," balas El Thariq tanpa ekspresi.
Wanita yang duduk di samping laki-laki itu mengedikkan bahu sambil membuka dua telapak tangannya.
"Oke, lanjut ya .... Rachel, istri barumu itu, tidak begitu memiliki banyak teman dekat. Teman dekat yang paling sering berinteraksi dengannya adalah gadis bernama Nanny, dan aku yakin Kamu juga telah menghancurkan hubungan persahabatan di antara dua gadis itu." Dokter Dre menghentikan penjelasannya.
Kemudian, ia melirik dengan kesal ke arah lawan bicaranya.
"Dan?" tanya El Thariq tak sabar.
"Interaksi lain dengan beberapa teman tidak terlalu intens. Jadi, tidak perlu diperhatikan. Sedangkan, interaksi dengan keluarga pamannya kelihatannya tidak berjalan harmonis. Em ... Kamu bisa melihat foto yang lain, mungkin beberapa di antaranya Kamu sudah bertemu langsung," lanjut dokter Dre sambil menunjuk beberapa foto yang ada dalam pangkuan El Thariq.
Laki-laki berambut hitam itu mengangguk. Jari-jarinya menggeser-nggeser foto yang ditunjuk dokter Dre dengan pelan.
Wanita yang mengenakan celana panjang itu meluruskan kaki yang sebelumnya bersilang.
Kaki panjang wanita dengan tinggi seratus tujuh puluh itu terjulur lurus hingga ujung sepatunya hampir menyentuh meja pendek sofa berwarna putih itu.
Dokter Dreana terlihat makin membenamkan punggungnya ke sandaran sofa.
"Sebenarnya, aku tahu tujuan penyelidikanmu itu, El. Kamu hanya perlu fokus pada para laki-laki yang menjadi pasangan istrimu sekarang 'kan? Jika penilaianku benar, Kamu hanya perlu menumpukan seluruh perhatian hanya pada laki-laki bernama Alex itu. Karena pasti hanya itu yang membuatmu khawatir 'kan?" ucap dokter Dre.
Wanita itu makin membenamkan tubuhnya ke dalam empuk sofa, matanya menatap lurus ke langit-langit yang dicat dengan warna putih.
El Thariq diam.
Tangannya sibuk merekam keterangan orang-orang yang berada di circle istrinya yang disajikan dalam berkas-berkas itu.
Kemudian laki-laki itu menutup stopmap itu dan meletakkannya di bagian bawah.
Kini, tangannya membuka stopmap yang semula ada di bagian bawah.
"Bagaimana laporan medisnya, Dre?" celetuk El Thariq setelah beberapa saat diam.
"Hem ... aku tahu, setelah pagi-pagi harus ke sini untuk mengecek calon nyonya, siangnya harus balik ke sini lagi untuk menjelaskan hasil medis itu. Kamu tahu 'kan, El? Gimana buru-burunya aku," ucap dokter Dre menunda jawaban.
"Aku akan membayar kompensasi untuk biaya buru-buru itu, Dre. Juga biaya bolak-balik antara rumah ini dan rumah sakit kita," jawab El Thariq enteng.
Tanpa mengubah posisinya, dokter Dre tersenyum lebar. Tangannya teracung ke atas dengan ibu jari terarah ke arah lawan bicaranya.
"Bagus sekali, kalau begitu silahkan dengarkan laporan medis dari dokter Dre, Tuan El yang terhormat," canda dokter Dre kemudian kembali tersenyum lebar.
"Secara keseluruhan gadis itu sehat. Gadis di usia awal dua puluhan yang seratus persen sehat pada pemeriksaan fisik general. Untuk tahapan lebih lanjut, Kamu bisa membawa ke rumah sakit kita, karena pengambilan sampel darah dan pemeriksaan yang lain hanya bisa dilakukan di sana. Em ... ngomong-ngomong, aku tahu kok tujuan dilakukan pemeriksaan itu sebenarnya," ucap dokter Dre sambil sekilas melirik ke arah El Thariq.
Laki-laki itu beringsut, dan itu membuat posisi duduknya sedikit menyerong ke arah dokter Dre yang sedang dalam posisi semi berbaring.
Pemilik rumah itu melemparkan pandangan penuh tanya dalam diamnya.
"Kamu hanya ingin tahu sejauh mana gadis itu pacaran dengan pasangannya itu 'kan? Kamu ingin tahu apakah gadis itu sudah terlibat 'hubungan fisik' dengan Alex, iya 'kan?" tebak dokter Dre dengan enteng.
El Thariq menatap temannya sejak kecil itu dengan ekspresi yang tak bisa dijelaskan. Kemudian, laki-laki itu menarik napas panjang dan mengembuskannya pelan-pelan.
"Dre, Keberadaanmu di sini untuk melapor bukan menebak," tegur El singkat. Satu alis laki-laki itu sedikit terangkat.
"Ihh! Iya tahu," balas dokter dengan ekspresi cemberut.
"Congratulation, kalau begitu, El! Gadis itu gadis lugu yang menjaga 'yang satu itu' dengan baik. Sepertinya dia tipe old school, konservatif atau pemuja hubungan secara emosi yang mengutamakan kasih sayang pure dan perasaan cinta. Ugh! Gadis itu benar-benar kebalikan gadis-gadis yang Kamu kenal, El. Ehm ... itu saja 'kan yang sebenarnya pengen Kamu ketahui?" tembak dokter Dre.
Sekilas ia menoleh pada lawan bicara yang tengah memandanginya dan menyimak penuturannya dengan saksama.
Mata El Thariq mengerjap. Wajahnya hampir-hampir tanpa ekspresi. Laki-laki itu ahli dalam menyembuyikan perasaannya.
"Kalau begitu, itu berita bagus untukku, Dre," balas El Thariq datar.
Dokter muda wanita itu memain-mainkan kaki panjangnya yang terjulur. Kaki-kaki itu bergantian saling menindih.
"Itu berita nggak bagus untukmu, El. Mungkin Kamu melewatkan beberapa hal. Karena hubungan emosi yang kuat dari gadis itu, aku sarankan padamu untuk menunda program bulan madu setelah pernikahan paksa yang diadakan hari ini," celetuk dokter Dre pelan ... tapi tegas.
"Ha?! gimana?!" seru El terperanjat.