El mengembuskan napas panjang.
"Bisnis akan selalu rumit jika dijalankan dengan melibatkan perasaan. Ah ... selama ini aku tak pernah sepert ini. Hal seperti ini selalu berusaha keras kuhindari. Oleh karenanya, saat ini, aku bisa berada di posisi ini. Dengan alasan itu juga, Madam Golda selalu menjadikan aku favoritnya, andalannya. Tapi ..., sejak aku melihat Rachel, sejak aku menginginkan gadis itu, hal yang paling kuhindari itu seolah menerjangku, menjeratku dan membuatku terbelit langkahku sendiri," gerutu El dalam hati.
El melanjutkan pengembaraan pikir dalam diamnya.
"Gimana jika aku menolak tugas ini? Atau aku bisa melemparnya ke orang lain? Bukankah aku atau bukan yang dikirim untuk 'menyelesaikan' pacar Rachel itu, tetap saja ia akan disingkirkan? Bukankah tak ada seorang pun yang bisa menghalangi keinginan Madam Golda? Jadi, kenapa harus aku?" timbang El dalam hati.
Laki-laki tampan dengan bekas luka di pipi itu mulai termakan bimbang.
Detik mulai berganti menit.