Chereads / Heart of Pezzonovante / Chapter 17 - Ancaman Dalam Suara Lembut

Chapter 17 - Ancaman Dalam Suara Lembut

"Aku sangat ingin percaya itu, El," ucap wanita itu dengan enteng.

"Aku tidak akan menuntut Kamu untuk percaya, Madam. Seperti katamu, sebuah kata memiliki celah untuk tidak dipercaya 'kan?" balas El Thariq dengan tenang.

Kedua bahu wanita itu sedikit menjengit. Kemudian kepalanya sedikit mengangguk ... sedikit.

Meskipun begitu gerakan samar itu membuat El menyimpan senyum seringainya.

"Sebelum membicarakan hal penting kita, ada sesuatu yang mengganjal pikiranku," ungkap Madam Golda sambil menatap dengan penuh selidik ke arah lawan bicaranya.

"Dan apa itu?" sahut El dengan tetap menjaga ketenangannya.

"Perusahaan Wood and Co," ucap Madam Golda, sorot matanya tak beranjak dari wajah tampan El Thariq.

El Thariq berusaha menjaga air mukanya tetap tenang, berharap tak ada sedikit pun riak-riak wajah yang akan membuka pintu kecurigaan lawan bicaranya.

"Apa dari perusahaan itu yang mengganjal pikiranmu, Madam?" jawab El dengan tenang.

Wanita itu tersenyum penuh arti.

"Sebenarnya secara sepintas tak ada yang aneh dari perusahaan itu, El. Tapi, jika ditelisik lebih jauh, aku menemukan sesuatu. Bagaimana bisa Kamu berinvestasi pada perusahaan yang sama sekali tidak layak pandang itu? Em ... maksudku ... jika dibandingkan dari perusahaan-perusahaan yang biasa Kamu dan kalangan kita pegang. Apa yang membuatmu tertarik mencampuri urusan perusahaan kecil itu?" jelas Madam Golda dengan nada tegas.

El menyandarkan punggung pada sandaran kursi tinggi yang terlihat kaku itu, kaki panjangnya bersilang dengan elegan.

"Ah ... itu rupanya. Em ... tapi sepertinya, ada yang harus diluruskan, Madam. Investasi berbeda dengan mencampuri," jawab laki-laki berambut hitam dengan sedikit bekas luka di pipi itu, senyum seringainya tersungging.

"Kamu tidak ada urusan pribadi dengan Ronnie, pemilik Wood and Co itu 'kan?" tebak Madam Golda dengan mata tajam.

"Hem ... benar-benar luar biasa, tak ada yang bisa luput dari penciuman Madam," ucap El Thariq lirih.

Wanita itu mengangguk pelan.

"Aku harap Kamu terus mengingat itu dalam pikiranmu, El," balas Madam dengan bangga.

"Tentu, tentu," sahut El dengan tenang.

Laki-laki itu menganggukkan kepala.

"Jadi, apa alasanmu?" desak Madam Golda tak sabar.

"Aku tertarik dengan perusahaan kecil itu. Perusahaan yang tetap konsisten mengolah kayu di tengah godaan barang-barang produksi yang lebih menguntungkan. Perusahaan itu telah berusaha bertahan selama puluhan tahun dan mungkin tahun ini menjadi tahun terberatnya. Aku berpikir, dengan pengembangan model-model dan tuntutan konsumen untuk barang-barang berbahan kayu, nggak ada salahnya untuk menyokong kelanjutan hidup perusahaan itu," jelas El dengan runut.

"Menurut pantauan sosial media, bahan kayu yang dipadupadankan dengan bahan lain banyak diminati masyarakat," imbuh El dengan nada meyakinkan.

Madam Golda menghela napas sejenak.

"Hem, alasanmu terdengar seperti berita ekonomi pagi ini, tapi, untuk saat ini tak ada yang bisa kulakukan selain memilih untuk percaya," balas wanita itu dengan enteng.

Bahunya kembali sedikit menjengit, tapi matanya kembali menyipit.

"Aku dengar Ronnie, pemilik Wood and Co itu memiliki seorang anak gadis," ucap Madam Golda kembali melempar kecurigaan.

El Thariq terkekeh pendek.

"Apa yang Madam harap kulakukan pada anak gadis Ronnie?" tukas El diplomatis.

Wajahnya menyiratkan ekspresi geli.

Wanita berambut putih itu menggelengkan kepala.

"Tentu aku ingin Kamu tidak ada hubungan apapun dengan gadis itu," tukas Madam Golda dengan nada cepat.

El kembali terkekeh.

"Tentu saja tidak, aku tidak ada hubungan apa-apa dengan anak gadisnya, Madam," jawab El tak kalah cepat.

Wanita yang terlihat berwibawa itu mengangguk pelan.

"Bagus! Jawabanmu cukup melegakan," lanjut wanita itu dengan ekspresi puas.

Wanita itu kemudian membuka salah satu laci yang berjajar di bawah permukaan meja itu.

"Kalau begitu, mari kita bicarakan hal penting yang tertunda gara-gara alasan sibukmu itu," ucap wanita itu ketika mengeluarkan sebuah amplop berwarna coklat dengan ukuran besar dari salah satu laci meja itu.

Wanita berambut putih dengan sanggul modern yang rapi dan simple itu menatap mata El Thariq lekat.

"Kamu tahu aku bukan orang tua yang otoriter, jika Kamu tidak menyukai mereka, Kamu bisa menolaknya tanpa ragu, aku akan mencari kandidat lain yang berkualitas untuk mendampingimu. Kamu tentu percaya aku nggak akan memilihkan wanita sembarangan untuk jadi istrimu 'kan?" ucapnya sambil memegang amplop berwarna coklat itu.

Wanita itu kemudian meletakkan amlop di atas meja dengan pelan, lalu mendorong amplop kertas petak itu ke arah laki-laki yang sejak tadi dengan khidmat menyimak ucapannya.

"Aku tertarik dengan kalimat 'boleh menolak tanpa ragu' itu, Madam. Tapi, aku yakin itu tak sesederhana itu," ujar El dengan tenang.

Lawan bicaranya tersenyum penuh arti.

El mengambil amplop coklat itu dan mengeluarkan isinya.

Beberapa lembar foto wanita cantik berada di tangan El.

Laki-laki itu melihat satu per satu foto itu dengan ... menyembunyikan ketidakminatannya.

Kemudian, foto-foto itu ditumpuk dengan rapi dan kembali dimasukkan ke tempatnya semula.

Mulut laki-laki itu tak mengeluarkan satu patah kata pun.

"Aku akan mengirimkan biodata dan informasi lainnya pada Armand, sekretaris pribadimu. Biar dia yang akan mengatur jadwal pertemuan dengan calon-calonmu itu," celetuk Madam Golda ketika lawan bicaranya tak kunjung memberikan pernyataan.

El Thariq mengangkat pandang, membalas tatapan tajam wanita yang duduk hanya berjarak meja kerja itu.

"Aku harap, Kamu nggak lupa jika aku bukan orang yang suka berjanji, Madam," ujar El Thariq dengan penekanan pada setiap katanya.

"Tentu saja, aku tahu itu. Dan itu yang paling kusuka darimu. Kamu juga paling berbeda di antara saudara-saudaramu yang lain."

Wanita itu menatap tajam tepat pada manik mata berwarna hitam lawan bicaranya.

"Tapi, itu bukan berarti Kamu nggak bisa melakukan itu 'kan, El?" kejar wanita yang ekspresinya seolah kokoh dan tegas itu.

"Aku tidak akan menjanjikan apapun. Itu saja," balas El Thariq dengan hati-hati.

Wanita itu menghela napas dalam.

Tangannya kembali menarik amplop itu dan memasukkannya ke dalam salah satu laci itu.

"Aku nggak ingin dianggap orang tua yang memaksakan kehendak. Tapi, ini demi kebaikan kalian. Aku akan mencari kandidat yang setara dengan kelasmu. Dan ini kulakukan tidak hanya padamu, tapi juga pada saudara-saudaramu yang lain. Kamu tahu 'kan?" ucapnya dengan nada penuh perhatian.

El berusaha keras menampakkan tanggapan atas ucapan itu di wajahnya.

Laki-laki itu menjaga ekspresi wajahnya tetap menunjukkan seolah-olah setuju dengan ucapan wanita yang masih menatapnya dengan lekat itu.

"Aku tahu apa yang diperbuat kalian kadang berada di luar jalur hukum. Em ... pembisikku yang berada di rumah sakit yang dikelola oleh Dreana banyak berbicara tentang itu. Kalian butuh pendamping-pendamping yang membuat semua kegiatan kalian itu tetap tak tercium publik," ungkap Madam Golda dengan enteng.

El menekan emosinya mendengar kata lembut tanpa nada tinggi yang adalah sebuah ancaman yang tak bisa ditawar itu.