Setelah 5 menit aku menunggu, dia akhirnya kembali dengan membawa tas kertas. Aku yang saat itu sedang bermain dengan seekor kucing, tidak sadar kalau gadis itu sudah berada tepat di belakangku.
"Maaf karena lama, apa yang kamu lakukan?"
Saat aku mendengar suara yang ku kenal beberapa menit yang lalu, aku mendongak dan melihat dia yang ternyata sudah berada di belakang ku.
"Eh? Ah, aku hanya bermain dengan kucing"
"Jadi gitu. Kalau begitu, terima ini. Ini sebagai ucapan terima kasihku"
Dia lalu menyerahkan tas kertas yang aku tidak tahu apa isinya. Aku langsung menerima pemberiannya tanpa pikir panjang.
"Terima kasih"
"Sama-sama"
"Kalau begitu, aku pergi ya"
"Oke"
Setelah menerima tas kertas tersebut, aku pergi karena memang urusanku dengannya sudah selesai. Hari sudah mulai terang, sebagian kecil matahari sudah mulai terlihat dari arah timur. Aku berjalan kaki dengan santai dan pulang. Saat di tengah perjalanan pulang, aku teringat kembali apa yang ada lembaran kertas itu.
"Surat pindah sekolah kah? Terlebih lagi, itu sekolah yang sama dengan sekolah ku"
Sesuai seperti yang kukatakan, gadis itu sepertinya akan pindah ke sekolah dimana aku bersekolah. Sepertinya dia akan hadir di sekolahku pada semester baru minggu depan.
"Ah, sudah sampai rumah ternyata"
Tanpa sadar, aku sudah berada di tempat yang sangat ku kenali. Yaitu rumah sederhana, dengan halaman yang penuh dengan tanaman. Di depan ada ibuku yang sedang menyiram tanaman. Dia memang sangat suka merawat tanaman, terutama bunga. Di halaman rumahku penuh dengan bunga seperti bunga mawar, bunga matahari, dan bunga yang paling mendominasi adalah bunga anggrek. Setiap orang yang datang kesini pasti akan langsung sadar dengan betapa banyaknya bunga anggrek disini.
"Ooh! Ryan, tumben kamu pulang sedikit lama dari biasanya"
"Soalnya ada sedikit urusan"
"Tumben kamu punya urusan, lalu apa isi tas itu?"
"Gak tau"
Dia adalah ibuku. Dia orang yang cukup ceria, walaupun begitu juga terkadang kata-katanya selalu mempunyai banyak makna, bahkan terkadang aku bisa merasa sangat tertekan karena kebiasaan kata-katanya. Salah satunya adalah 'Tumben kamu punya urusan'. Dia mengatakan hal itu karena dia tahu kalau aku adalah orang yang pemalas, dan jarang bergaul selain di sekolah. Maka dari itu, kalau aku tiba-tiba punya urusan itu hal yang sangat langka.
"Kok gak tau, kan kamu yang bawa. Kalau gitu, bikinin Ibu sarapan"
"Oke oke, pukul 8 nanti kita sarapan"
Aku berjalan masuk ke dalam rumah setelah melepas sepatu. Aku pergi menuju dapur untuk bersiap-siap memasak. Walaupun aku laki-laki, tetapi aku bisa memasak. Bukan karena aku menyukainya, tetapi karena kemampuanku untuk melakukan dan mempelajari sesuatu itu sangat tinggi.
Banyak yang bilang aku berbakat, tetapi aku tidak mengakuinya sebagai bakat karena aku merasa bersalah kepada mereka yang sudah berusaha keras.
Ah, aku lupa
Aku lupa tentang pemberian gadis tadi
Aku mengambil tas tadi yang aku letakkan di atas meja, lalu aku memeriksa isinya.
"Tupperware?"
Setelah memastikan isinya, aku membuka tutup tupperware itu lalu aroma yang sangat sedap keluar dari tupperware itu. Di dalamnya berisi nasi berwarna cokelat dengan serpihan-serpihan telur serta potongan mentimun dan tomat diatasnya. Dilihat dari manapun, ini sangat terlihat enak.
"Ini… Nasi goreng?"
Lalu aku mengambil sendok, dan mencoba memakannya. Saat nasi goreng tersebut masuk kedalam mulut, rasa asin dari garam, dan manis dari kecapnya sangat pas. Serta aroma itu sendiri sangat sedap. Tekstur nasi yang tidak terlalu keras dan tidak terlalu lembek membuatnya sangat enak. Terlebih lagi, ini adalah makanan sederhana yang merupakan makanan favoritku.
"Ini sangat enak! Ini benar-benar sesuai dengan seleraku! Aku pasti akan berterima kasih lagi dan membalasnya dengan layak!"