Chereads / Aku Tidak Akan Mengkhianatimu / Chapter 5 - Chapter 5: Murid Pindahan

Chapter 5 - Chapter 5: Murid Pindahan

"Oh Ryan! Gimana liburan mu?"

"Biasa, rebahan setiap hari"

"Itu sangat Ryan sekali"

Hari ini adalah hari pertama semester kedua dimulai. Saat ini aku baru saja sampai dan suasana di dalam kelas cukup ramai karena aku berangkat cukup siang. Suasana di dalam kelas berisi banyak sekali perasaan, mulai dari perasaan tertekan karena libur sudah berakhir, hingga perasaan senang karena bisa bertemu dengan teman-temannya. Namun aku tidak merasakan hal seperti itu sedikitpun.

Dan yang mengajakku berbicara adalah Yanto Pratama, teman yang sebangku denganku saat semester satu. Karena sekarang ada pergantian ruangan, jadi dia sudah duduk dibangku dengan orang lain. Jadi aku harus mencari bangku yang masih kosong.

Saat aku melihat sekeliling kelas, ada empat baris meja dengan dua bangku permejanya. Ruangan kelas ini sama seperti ruangan kebanyakan. Lalu aku melihat barisan kedua dari kiri, tepat dimeja paling depan, meja itu masih kosong. Dan hanya itu satu-satunya bangku yang kosong, namun itu berada dibarisan perempuan.

"Umm.. Cuma ini kah bangku yang kosong?" (Ryan)

"Sepertinya begitu" (Yanto)

"Ryan, aku gak tahu kau itu sial atau beruntung"

"Karena aku yang terakhir datang, jadi harusnya aku akan duduk sendirian di sini. Jadi akan kuanggap ini sebagai keberuntungan" (Ryan)

Aku lebih suka duduk sendirian.

"Kau masih sama seperti biasanya"

"Berisik. Lalu, Kevin, kamu sekarang pasti udah jadian sama doi kan?" (Ryan)

Orang yang namanya aku sebutkan adalah Kevin Rinaldo. Dia duduk tepat di belakangku. Dan bisa dibilang kalau dia adalah buaya darat.

"Yep, itu sudah jelas!!"

""Kamu terlalu sering gonta-ganti pacar"" Aku dan Yanto mengatakannya secara bersamaan.

"Aku gak sesering itu kok!"

Dia mengatakannya dengan senyuman lebar, dan dengan mengacungkan jempolnya.

""Buaya"" Aku dan Yanto secara bersamaan untuk kedua kalinya

"Kalian benar-benar menyeramkan"

Inilah percakapan kami, setiap harinya pasti selalu ada topik seperti ini. Ini akan menjadi hari yang sama seperti biasanya.

Setidaknya, itulah yang kupikirkan saat ini.

Bel masuk berbunyi, yang artinya ini sudah berada pada pukul 06:45. Karena akan ada upacara bendera hari ini, jadi aku meletakkan tasku dan segera menuju kelapangan bersama teman-temanku.

****

"Hari pertama kok upacara" (Kevin)

"Bukannya itu normal?" (Yanto)

"Padahal langitnya gelap, tapi kenapa gak hujan?" (Ryan)

"Tapi lebih baik dari pada panas" (Yanto)

"Gak gitu, justru karena gak panas, pidato kepala sekolah berlangsung sangat lama sekali" (Kevin)

"Setuju" (Ryan)

Saat ini, kita sudah berada di dalam kelas. Setelah upacara, selalu ada istirahat selama lima menit sebelum guru masuk. Jadi kita selalu mengobrol seperti ini saat ada luang.

Tidak lama kemudian, guru wali kelas masuk. Semua siswa di dalam kelas segera bergegas menuju bangkunya. Suasana dikelas menjadi tegang dan hening. Biasanya tidak setengang ini, namun sekarang berbeda. Karena guru wali kelas datang dengan seorang siswi yang asing.

Aku bisa mendengar bisikan seperti "Siapa dia?", "Murid baru?", bahkan "Woww, cakep banget tuh cewek"

Namun aku tidak terlalu mempedulikan mereka, karena yang ada dibenakku saat ini adalah…

Loh?

Kok bisa?

Ya, siswi tersebut adalah gadis yang pernah kutemui beberapa hari yang lalu. Saat aku bingung, aku teringat oleh kejadian minggu lalu.

"Selamat pagi anak-anak, seperti yang kalian lihat, kelas kita kedatangan murid pindahan. Oke Liza, silakan perkenalkan dirimu"

Ibu Dewi, wali kelas dari kelas kita, datang dengan suasana yang ceria sama seperti biasanya.

"Nama saya Liza Alya Hanako, saya pindahan dari bandung. Saya pindah kesini karena mengikuti orang tua saya"

Perkenalan yang sangat singkat dan jelas. Dia memperkenalkan dirinya dengan sangat lancar, namun aura yang dia keluarkan benar-benar mencekam, sampai membuat semua teman sekelasku tegang. Namun entah kenapa, aura intimidasi yang dia tunjukkan tidak mempengaruhiku sama sekali.

"Baik, Liza. Kalau begitu silakan duduk di bangku yang kosong"

Ibu Dewi menyuruh Liza untuk duduk, namun…

"Hmm, Ryan. Kursi yang kosong hanya di sebelah kamu kah?"

"Eh? ah iya, sepertinya?"

"Kalau begitu Liza, maaf tapi kamu tidak apa-apa kan kalau duduk dengan laki-laki? Tenang saja, dia tipe herbivora dan yang sangat dingin kok!!"

Ibu mengatakan hal tersebut dengan mengacungkan jempolnya. Yang membuat kebanyakan teman sekelasku cekikikan.

"Hah?" (Ryan)

"Saya tidak masalah" (Liza)

"Kalau begitu, silakan duduk" (Ibu Dewi)

"Baik" (Liza)

Segera setelah itu, Liza duduk di sebelahku. Dia sepertinya sudah tahu kalau kita pernah bertemu, namun auranya masih berkata seolah 'jangan berbicara denganku'. Jadi aku hanya diam.

Aku tidak tertarik padanya. Aku hanya ingin berterima kasih soal makanan yang dia berikan, namun sepertinya dia tidak ingin mendengarnya.

Mungkin besok akanku kembalikan tupperwarenya

Aku berniat untuk mengembalikannya besok.