Chereads / Aku Tidak Akan Mengkhianatimu / Chapter 9 - Chapter 9: Alya

Chapter 9 - Chapter 9: Alya

Kraaak~

"Huft~"

Saat aku memasuki rumahku, yang kulihat pertama kali adalah pemandangan yang sudah sangat familiar. Suasana saat aku masuk masih sama seperti biasanya, dan memiliki aroma yang sangat aku kenali.

Akhirnya aku bisa tenang.

Saat berjalan masuk, seseorang menyambutku...

"Oh! Alya, gimana sekolahmu?"

Seorang wanita menyambutku dengan nada yang sangat membuatku tenang. Dia menggunakan blus putih dengan celana hitam panjang dengan rapih. Mungkin dia baru saja pulang dari kerjanya.

Dia adalah kakak perempuanku, dan merupakan anak tertua dari dua bersaudara di keluarga ini.

Dia sangat ceria dan banyak berbicara, sehingga dia sangat berisik. Namun ia sangat peduli terhadap orang lain, dia adalah seorang kakak yang baik. Dan aku juga sangat menyayanginya.

"Lebih baik dari yang kukira"

"Tentu saja! Karena itu adalah sekolahku dulu!"

Dia membusungkan dadanya, dengan kedua tangan di pinggangnya dengan bangga.

"Reaksi kakak berlebihan"

"Oke! Ngomong-ngomong, apakah kamu bertemu dengan seseorang yang membuatmu tertarik?"

"Tidak ada"

"Alya dingin sekali!"

Ini adalah percakapan sepele yang biasa dilakukan sehari-hari, aku sangat senang dengan ini. Meskipun aku menjawab pertanyaan kakakku dengan acuh tak acuh, tetapi dia sama sekali tidak mempedulikannya dan tetap bersikap seperti biasanya.

Itulah sebabnya aku sangat menyayanginya.

"Alya, kalau kamu bertemu dengan laki-laki yang membuatmu jatuh cinta, tolong perkenalkan dia kepadaku!!"

Dia tersenyum lebar dengan mengacungkan jempolnya.

"Hal seperti itu tidak akan terjadi!"

Saat mendengar responku, dia mengehela napasnya dan merasa kecewa.

"Gitu? Yah, semoga saja kamu cepat dipertemukan dengan seseorang yang dapat memahamimu"

Ngomong-ngomong, dia sudah tahu tentang sebagian besar masa laluku. Aku yang menceritakannya sendiri agar aku bisa merasa lebih baikan saat itu, namun aku tidak menceritakannya dengan detail karena aku takut.

Saat aku sedang sangat depresi, hanya kakakku yang selalu mendukungku.

Dia sangat peduli terhadap keadaanku.

Aku sangat menutup diri setelah kejadian itu. Namun hanya dia yang selalu berusaha untuk menemaniku, dia mau menerimaku apa adanya.

Bahkan dia pernah mengambil cuti dari pekerjaannya hanya untuk meluangkan waktunya untuk bermain denganku.

Aku merasa tidak enak terhadapnya, tetapi dia selalu bilang untuk tidak perlu khawatir. Aku sangat menyayangi kakakku. Jadi, sebisa mungkin aku ingin untuk tidak menganggu kehidupannya.

Jadi aku berusaha untuk sedikit melangkah maju, agar dia tidak mengkhawatirkanku lagi.

Usahaku berhasil, namun dinding di hatiku tetap berdiri tegak bahkan sampai saat ini. Dan itu masih membuat kakakku khawatir.

Dia sadar kalau dia sendiri tidak akan bisa menghancurkannya, jadi dia selalu berharap akan kehadiran seseorang yang dapat mengerti tentang diriku dan dapat menyembuhkan lukaku.

"-ah. Tapi bukankah harusnya pukul empat sudah pulang? Lalu kenapa kamu baru sampai di rumah saat sudah gelap seperti ini?"

Saat aku hendak duduk di sofa di sebelah kakakku duduk. Kakakku tiba-tiba tersadar tentang itu.

"Aku ada tugas sekolah, jadi pulang sedikit lebih lama"

Kakakku yang kebingungan, lalu menanyaiku dengan dengan penasaran.

"Tapi, bukankah Alya biasanya langsung pulang sebelum gelap. Karena kamu takut kegelapan"

Apakah aku harus menjelaskan detailnya kalau ada pria yang menemaniku di belakangku?

Tetapi kalau aku menjelaskannya dengan jujur, aku yakin kalau aku akan digoda oleh kakakku dan dilempari banyak pertanyaan olehnya. Tetapi aku tidak bisa membuat alasan lain karena aku tidak ingin berbohong pada orang yang sudah menjagaku selama ini.

Lebih baik aku bekata jujur.

"Tugas yang aku kerjakan adalah tugas kelompok, dan kebetulan rumah dari teman sekelompokku itu berada di sekitar sini"

"Lalu?"

"Dia berjalan di belakangku, dan itu membuatku lebih tenang"

Aku membuat alasan jelas dengan berusaha untuk menyembunyikan bahwa orang yang aku maksud adalah pria yang duduk sebangku denganku.

Namun kakakku masih bingung dengan alasan yang kubuat. Lalu menanyaiku lebih dalam.

"Tapi, bukankah Alya biasanya tidak menyukai keberadaan orang lain di sekitarmu? Apalagi itu sampai bisa membuatmu merasa tenang"

"--Benar juga!"

Aku benar-benar baru sadar saat kakakku mengatakannya, bahkan aku sendiri tidak tahu mengapa keberadaannya tidak menggangguku.

"Kamu bahkan baru menyadarinya! Memangnya orang seperti apa dia?"

"Hmm~, kupikir dia orang yang tidak banyak berbicara, pendiam, suram, dan sepertinya dia menjaga jarak dari orang lain. Lalu kurasa dia cukup tampan?"

"Tampan? Jadi dia seorang pria?"