Keesokan harinya, dia menghampiriku saat aku sedang berada di dalam kelas. Dia mengembalikan seribu yang aku pinjamkan kemarin.
Namun setelah mengembalikannya, dia tidak segera pergi. Melainkan mencoba berbicara denganku.
Aku tidak ingin berhubungan dengan gadis manapun, jadi aku hanya menjawab obrolannya dengan singkat dan dingin.
Namun dia tetap tidak menyerah.
Saat aku sedang membaca buku di perpustakaan, terkadang dia masuk untuk meminjam buku, lalu membacanya di sampingku.
"Ryan!! Kamu selalu membaca buku sendirian di sini kan?"
"Iya"
"Kalau begitu, aku akan menemanimu membaca!"
Sejak saat itu, hampir setiap hari dia selalu menemaniku di perpustakaan.
Aku yang sangat takut untuk berhubungan dengan perempuan, kini aku sedikit merasa lunak terhadapnya.
Mungkin kalau hanya teman, itu akan baik-baik saja.
Aku berpikiran seperti itu, lalu hubungan kita semakin melunak seiring berjalannya waktu.
Namun suatu hari, ada kejadian tidak terduga.
Hari itu adalah hujan yang cukup lebat. Karena sejak pagi sudah hujan, jadi aku membawa payung sampai saat ini.
Sekarang sudah waktunya pulang, siswa siswi semuanya berjalan keluar menuju gerbang dengan payung atau jas hujan mereka.
"Ryan, kamu membawa payung tidak?"
"Aku membawanya, memangnya kenapa?"
"Tadi pagi aku diantar ke sekolah, jadi aku tidak membawanya"
"Payung ini cukup besar, kalau barengan mungkin bisa?"
"Iyakah?? Kalau gitu aku ikut!"
Lalu kita berdua berjalan menuju gerbang sekolah dengan payung yang sama. Hujan cukup deras sehingga langit sangat gelap, pandangan kita juga terbatas. Jadi kita harus lebih berhati-hati.
"Hati-hati, karena gelap. Karena sangat berkabut, jadi bisa saja tiba-tiba ada kendaraan yang lewat"
"Baik"
Kami berjalan dengan sangat berhati-hati menuju jalan raya. Kami berencana menggunakan angkutan umum untuk pulang kerumah.
Beberapa saat kemudian, kita berdua sampai di pinggir jalan raya. Kami berniat untuk menyebrang, namun kita kesusahan karena pandangan kita terhalang oleh kabut.
"Sebentar, jangan buru-buru"
"Saat ini tidak ada kendaraan lewat, jadi ini kesempatan untuk menyebrang!"
"Tunggu!"
Karena tikungan, jadi aku tidak dapat melihat adanya kendaraat yang akan lewat atau tidak.
Dia berniat menyebrang karena dia pikir tidak akan ada kendaraan yang lewat. Namun itu adalah kesalahan, karena aku dapat mendengar adanya suara kendaraan dari sebelah kananku.
Dia saat ini berada dalam tengah jalan di jalur terdekat denganku.
Sial! Dia akan tertabrak!
Cahaya mulai terlihat dari sebelah kanan. Saat dia melihatnya, dia membeku dan tidak bergerak sama sekali.
Segera setelah itu, aku refleks berlari kearahnya dan menarik tangannya. Karena mobil itu sudah sangat dekat, jadi aku menarik lengannya dan tidak sengaja memeluknya.
Gubrak
Kita berdua terjatuh di trotoar jalan. Kita terjatuh dalam posisi saling berpelukan dengan aku diatasnya. Ini pertama kalinya aku memeluk seorang gadis, jadi untuk sesaat pikiranku melayang ke arah yang aneh.
Namun situasi saat ini sangat darurat sehingga pikiran seperti itu segera hilang.
Aku segera sadar dan melepaskan pelukanku, lalu aku sedikit menjauhkan diriku.
Namun saat aku melihat wajahnya, dia menangis. Aku benar-benar bingung dengan apa yang harus kulakukan.
Saat aku kebingungan, tiba-tiba berteriak.
"Minggir!! Jangan sentuh aku!"
Dia mendorongku jauh dengan keras. Lalu dia duduk dan memeluk tubuhnya sendiri dengan air mata yang mengalir.
Air mata itu terlihat samar karena dia kebasahan karena hujan, tapi aku tahu kalau dia sedang menangis ketakutan.
Saat aku melihatnya seperti itu, aku merasakan sesak di dadaku.
Aku hampir tidak bernapas saat melihatnya.
Namun aku berusaha untuk menenangkan dia dan menjelaskannya.
"Lia-"
"Lia!!"
Tiba-tiba dua gadis datang menghampiri kami. Aku bingung dengan keadaan, namun saat aku melihat sekeliling.
Mata semua orang tertuju kepadaku.
'Dia tadi memeluknya kan?'
'Laki-laki itu memeluk gadis itu dengan paksa'
'Padahal gadis itu tidak mau, tapi laki-laki itu tetap memaksanya!'
Tatapan mereka dengan merendahkan ku.
Sepertinya mereka tidak dapat melihat kalau dia akan tertabrak. Namun tetap saja, aku hanya berusaha melindunginya.
"Kamu laki-laki itu kan!?"
"Jangan pernah berbicara dengan Lia lagi setelah kamu menyerangnya!"
"…Tidak, aku tidak menyerangnya"
"Itu sudah jelas! Kamu tiba-tiba memeluknya! Memangnya apa lagi yang bisa menjelaskannya!?"
"…"
Dadaku terasa sangat sakit dan sangat sesak. Aku tidak dapat mengatakannya dengan lancar.
Napasku sangat tersendat-sendat.
Tubuhku kaku.
Pikiranku kosong.
"Ayo Lia, kita pergi dari laki-laki ini"
Mereka bertiga lalu pergi meninggalkanku.
Pikiranku sangat kosong. Namun aku berusaha untuk berdiri dan pergi dari sini.
Semua orang di sekitar menatapku dengan jijik.
Aku segera berjalan pergi dari tempat itu.
Hatiku sakit.
Sesak.
Terasa sangat sakit sehingga aku tersadar kembali. Harusnya dari awal aku tidak boleh berhubungan denganya. Walaupun hanya teman.
Ini kesalahanku sendiri.
Aku merasa tembok di hatiku semakin menjadi tebal dan kokoh.
Aku dikhianati lagi.
Aku tidak dapat berpikir dengan jernih.
*****
Keesokan harinya aku terkena demam parah. Mungkin karena aku berjalan pulang dan kehujanan sejauh dua kilo meter. Mungkin juga karena depresi yang berat.
Keadaan mentalku sangat tidak stabil, namun aku berusaha untuk tetap menjaga pikiranku. Agar orang tuaku tidak mengetahui apa yang telah terjadi di sekolah.
Beberapa hari kemudian setelah aku pulih. Aku menuju sekolahku dengan rasa berat hati.
Saat aku sampai di gerbang, kebanyakan siswa melihatku dengan tatapan jijik.
Aku dapat merasakan itu.
Sepertinya beritanya sudah menyebar lagi.
Aku berjalan menuju kelas dengan sikap senatural mungkin. Saat aku masuk ke dalam kelasku sendiri, semua orang di dalam kelas melihat kearahku.
Namun aku tetap berjalan dan berpura-pura untuk tidak mempedulikannya.
Berita fitnah itu sepertinya sudah menyebar luas.
Aku sudah tidak dapat merasakan emosi di hatiku.
Sejak hari itu, aku bersumpah untuk selalu berhati-hati saat berhubungan dengan seseorang.
*****
Sudah satu bulan sejak kejadian itu. Selama satu bulan ini, Aulia sudah tidak pernah menemuiku.
Aku tidak tahu apakah dia sadar atau tidak kalau aku berusaha untuk menyelamatkannya saat itu. Namun aku sudah tidak peduli.
Selain itu, aku juga menjadi korban pembullyan lagi dari orang-orang di sekolah ini.
Bahkan aku pernah masuk BK karena beritanya sudah masuk ketelinga para guru.
Aku menjelaskan pada guru BK tentang kejadian aslinya. Namun karena tidak ada bukti, pada akhirnya mereka tidak mempercayaiku.
Tapi itu tidak masalah.
Tidak ada yang mempercayaiku.
Tapi aku baik-baik saja dengan itu.
Aku tidak merasa kesepian sama sekali.
Karena aku sudah melupakan emosiku.