Chereads / Aplikasi biru penghacur rumah tanggaku / Chapter 9 - Angga nekad 2

Chapter 9 - Angga nekad 2

Sudah satu minggu semenjak kejadian itu aku enggan menemui mas Angga . Niatku tidak mau memutuskan silaturahmi antara ayah dan anak bagaimana pun mereka memiliki ikatan yang sangat kuat . Namun rasa kecewaku terhadap mas Angga masih menghinggapi sampai saat ini . Aku sudah memaafkan mas Angga karena tidak kesetiaannya terhadap pernikahan kami dulu namun aku tak bisa melupakan apa yang ia torehkan di dalam lubuk hatiku ini .Biarlah waktu yang akan menjawabnya semua kesakitan ini , aku yakin setelah hujan pasti ada pelangi setelah selesai .

"Bu , apa ayah boleh tinggal bersama kita di sini ?" tanya Fikri anakku .

"Nak , ayah dan ibu sudah tidak punya ikatan apa apa ! kami tidak mungkin tinggal satu atap lagi . Tapi ibu tidak membatasi mu bertemu ayahmu selagi kamu tidak meninggalkan sholat dan pelajaran di sekolah mu !" .

"Tapi Bu ! aku ingin seperti teman temanku yang mempunyai orang tua lengkap !" kata Fikri memaksa ..

"Nak , kamu masih mempunyai orang tua yang lengkap ! jangan jadikan temanmu untuk memaksa ibu untuk menerima ayahmu kembali ! sudah sangat sakit hati ibu di buat ayahmu.Jangan paksa ibu menjadi tidak bahagia atas kemauan mu yang ibu tak sanggup !" aku terdiam , aku tahu anakku Fikri membutuhkan sosok ayah di dalam hatinya ini ! tapi.....sudahlah aku malas membahas masa lalu yang aku inginkan sekarang adalah menjadi single parents yang sukses dunia akhirat .

Hari ini aku mendapatkan undangan dari sebuah talk show di sebuah televisi swasta di Jakarta , banyak undangan yang datang pengusaha muda yang sukses mereka geluti hingga sukses hingga saat ini . Aku bukannya sombong atau apalah tapi yang jelas kerja kerasku yang ku bangun dari nol membuahkan hasil .

Aku termasuk salah satu pengusaha wanita yang sukses dalam kurun lima tahun terakhir , sungguh gelar yang membanggakan tak pernah terpikir olehku menyandang gelar tersebut . Asam manis pahitnya kehidupan telah banyak aku jalani .

Kesuksesan ku di bidang kuliner patut di acungi jempol tapi tidak dengan kisah asmaraku , sampai saat ini aku menjadi enggan membuka pintu hati untuk namanya laki laki .

"Siang Bu Ina !" sapa salah satu pegawai ku yang berada di kantor cabang .

"Aku hanya tersenyum simpul tanpa mengeluarkan sepatah katapun , kakiku terus melangkah ke ruangan orang aku percayai ."

"Pagi , pak yoga !" sapaku di pagi hari .

"Pagi Bu Ina !" jawabnya sopan ."Silahkan duduk Bu Ina !" kata pak yoga kepadaku .

"Aku menurunkan bokongku di kursi kebesaran di restoran untuk memeriksa laba pendapatan bulan ini . Sebenarnya aku masih belum paham betul dengan semua tentang masalah kantor , yang aku tahu adalah bagaimana cara membuat restoran ku maju dan dapat mensejahterakan para karyawan ku di sini yang telah mendedikasikan hidupnya di restoran ku ini .

Satu jam berlalu aku sudah memeriksa semua laporan keuangan bulan ini , bulan ini memang ada sedikit penurunan pendapatan tapi tak apalah aku juga yakin mereka sudah berusaha semaksimal mungkin demi kemajuan kita bersama .

Jam empat sore aku pulang ke rumah , rasa lelah mendera di sekujur tubuhku . Kulajukan mobil yang aku kendarai , macet lelah rasanya melihat semua ini membuat kepalaku pening . Akhirnya kutepikan mobilku di pinggir warung kopi . Aku memesan secangkir teh hangat untuk menyegarkan tubuhku yang lelah .

Setelah itu aku lanjutkan perjalanan menuju rumahku , jarak antara rumah dan restoran ku sebenarnya tidak terlalu jauh hanya memakan perjalanan satu setengah jam saja bisa sampai kalau tidak terjebak macet , Karena hari ini pulang jam kantor jadi jalan macet , kendaraan padat merayap di sepanjang jalan .

Setelah sampai aku memakirkan mobilku di halaman rumah , ku lihat kendaraan roda dua Fikri sudah ada di depan rumah , syukurlah aku tak perlu cemas lagi anakkku berada di mana ! .

Karena badanku yang terasa lengket aku segera ke kamarku dan menuju kamar mandi

rasa penat berangsur menghilang setelah aku mandi dengan air hangat dan berendam aromaterapi rasa rileks aku rasakan , setelah puas mandi aku segera keluar menggunakan handuk kimono , rambutku yang basah menggunakan handuk kecil .

Wangi sabun menyeruak hingga ke luar kamar mandi , saat memilih baju yang aku kenakan dengan tiba tiba sepasang tangan besar melingkar sempurna di pinggang ramping ku , aku berteriak dan membalikkan badanku .

"Ma....mas angga apa yang kau lakukan di kamarku ! dan bagaimana kamu bisa masuk ke dalam kamarku ?" tanya yang masih kaget kehadiran mas Angga saat ini.

"Senyum licik tergambar jelas di wajah pria yang pernah aku kagumi ."aku ke sini di ajak oleh anak kita Fikri ! ia ingin kita bersatu lagi Ina !" imbuhnya .

"Ti....tidak mungkin anakku seperti itu ! pasti kamu telah meracuni pikiran anakku !" kataku yang saat ini was was dengan sikap agresif mas Angga dengan tatapan liarnya seolah olah menelanjangi diriku .

"Tenang Ina sayang , anak kita memang pengertian ia sedang keluar membeli sesuatu dan mengizinkan kita untuk menghabiskan malam yang dingin ini bersama sama !"

Aku hendak membuka pintu kamarku namun mas Angga sudah mengunci pintu kamar .

Ceklek....

ceklek....

Mengapa pintunya tidak bisa di buka ," Fikri , Fikri !" imbuhku memanggil nama anakku sambil menggedor-gedor pintu .

" Tenang sayangku Ina anak kita sedang keluar !"

Flashback on .

"Fikri tolong belikan ayah nasi goreng yang ada di sebrang jalan sana !" ucap ayah sambil menonton televisi .

" Ayah makan di rumah saja , sayang kalau masak ibu di buang buang !" sahut Fikri .

" Tapi saat ini ayah ingin makan nasi goreng yang super pedas !"

" Baiklah ayah ! ayah tunggu saja di sini , Fikri akan ke depan membeli nasi goreng untuk ayah !" .

Setelah Fikri keluar rumah membeli nasi goreng mas Angga segera pergi menuju kamar Ina , mas Angga masuk dengan langkah pelan , suara gemericik air di dalam kamar mandi menandakan sang punya kamar sedang melakukan ritual mandinya .

Mas Angga menunggu Ina keluar dari kamar mandi . Dua puluh menit kemudian Ina keluar dengan rambut yang di gulung dan Ina terlihat semakin cantik setelah berpisah dengan mas Angga .

Flashback off .

"Kurang ajar kamu mas Angga ! kita bukan suami istri lagi , lebih baik kamu keluar sebelum aku teriak memanggil orang !"ancamku .

Mas Angga semakin menggila dan semakin berani membuka kimonoku dengan kasar , aku tidak tinggal diam aku melawan dengan sengit . Cakaran demi cakaran aku berikan di wajah mas Angga , hingga akhirnya aku menemukan kotak catur yang ada di atas meja segara aku hantam kepala mas Angga dengan kotak catur dengan keras hingga akhirnya mas Angga terkulai lemas karena pingsan .

Aku segara membuka pintu dengan kunci cadangan yang ada di lemari bajuku , aku sangat lega melihat anakku sudah pulang dari membeli nasi goreng di sebrang jalan sana .

"Ibu! ibu kenapa ! ibu tidak apa-apa kan ?" cecar anakku .

"Fikri ! tolong lihat ayahmu di kamar ibu ! tadi ayah nekad ingin menodai ibu dengan terpaksa ibu memukul ayahmu dengan kotak catur yang ada di kamar ibu !" imbuhku .